Senin, 17 September 2012

Pengertian Oikumene


PENGERTIAN OIKUMENE
            Oikumene umumnya dipahami secara terbatas yaitu sebagai suatu istilah yang dipakai untuk perkumpulan lintas denominasi berupa kegiatan-kegiatan atau ibadah bersama, tanpa menekankan tata cara peribadatan atau liturgi dan doktrin gereja tertentu. Kata Oikumene sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti “rumah” dan Monos yang berarti ‘satu”.  Yang dimaksud “rumah” adalah dunia ini, sehingga kata oikumene berarti dunia yang didiami oleh seluruh umat manusia.
            Manusia yang berada di dalam dunia yang sama, memiliki latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda (majemuk), karena itu oikumene menjadi dasar pendekatan bagi hubungan persekutuan dalam kemajemukan tersebut.  Disini budaya dan agama tertentu tidak lebih menonjol dan lebih utama, tetapi kemajemukan itu secara bersama-sama memberi tempat bahkan mengupayakan apa yang menjadi kepentingan bersama/umum.
            Dalam kekristenan, oikumene dapat dimaknai sebagai upaya untuk mempersatukan orang-orang Kristen lintas denominasi di dalam satu kesatuan tubuh Kristus untuk secara bersama-sama melaksanakan misi Tuhan bagi dunia.
DASAR DAN TUJUAN GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA
            Gerakan oikumene di Indonesia berawal dari pembentukan Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950 di Jakarta dalam Konperensi Pembentukan DGI tanggal 22-28 Mei 1950 di Jakarta. DGI kemudian berganti nama menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sejak Sidang Raya DGI di Ambon (1984) dengan pertimbangan bahwa “persekutuan” lebih mencerminkan kesatuan lahir batin, lebih mendalam, lebih gerejawi daripada nama “dewan”. Pembentukan organisasi ini bertujuan untuk mewujudkan gereja kristen yang esa di Indonesia.
Signifikansi gerakan oikumene di Indonesia adalah karena melihat keadaan gereja-gereja yang sering diwarnai perkelahian dan perpecahan. Harus diakui bahwa persoalan perbedaan pandangan teologis dan ambisi memiliki andil dalam perpecahan tersebut. Munculnya banyak denominasi di dunia dan terus ke Indonesia justeru mengkotak-kotakkan umat-umat Tuhan. Dan tidak jarang satu denominasi merasa lebih benar, lebih baik dan layak dibandingkan yang lain. Karena itu perlu dicarikan solusi dari keadaan ini melalui gerakan oikumene dengan melihat kepentingan terbesar dari semua kepentingan denominasi yaitu misi Tuhan di emban dengan penuh tanggung jawab oleh gereja-gereja.  Dengan gerakan oikumene diharapkan terjalin komunikasi dan interaksi diantara umat-umat Tuhan dan denominasi-denominasi dapat meninggalkan sikap isolasinya. Demikianlah cita-cita oikumene dalam kekristenan diharapkan, bahwa denominasi-denominasi secara bersama-sama membangun persekutuan yang kuat dalam satu kesatuan sebagai tubuh Kristus tanpa menonjolkan dogma/doktrin masing-masing
Doa Tuhan Yesus yang ditulis oleh Yohanes di Yoh.17:21 “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”, menjadi dasar alkitab beroikumenenya gereja. Yesus merindukan supaya orang-orang Kristen sebagai tubuh Kristus bersatu menjadi saksi-saksi Kristus.
Dalam perkembangannya gerakan oikumene di Indonesia juga semakin berkembang. Setelah PGI, kemudian lahirlah organisasi-organisasi lokal yang oikumenis antara lain :
  1. Sinode Am Gereja-gereja Sulawesi Utara/Tengah (SAG SULUTTENG).
  2. POUK (Persekutuan Oikumene Umat Kristen) di tempat-tempat seperti pemukiman, perusahaan dll di mana umat Kristen dari berbagai gereja bertemu. POUK ini bukan gereja karena itu anggota POUK tetap menjadi anggota gereja masing-masing.
  3. BK3 (Badan Kerjasama Kegiatan Kristen).
  4. BKSAG (Badan Kerjasama Antar Gereja).
  5. Forum Komunikasi Antar Gereja. Forum tidak melembaga, hanya merupakan pertemuan untuk membahas masalah-masalah atau maksud-maksud lain. Wadah-wadah ini tumbuh dari prakarsa gereja-gereja setempat. Anggotanya tidak terbatas pada gereja-gereja anggota PGI

Description: Change Settings

Pengertian Hikmat


PENGERTIAN HIKMAT
Hikmat adalah hidup benar, artinya tau kebenaran lalu melakukannya.dan yang bukan hikmat adalah tau kebenaran tetapi tidak melakukannya.
Pengertian Hikmat secara Visual :
Ada lima meja makan :
Meja 1     : diatas meja ini ada nasi dan tanpa sayur.
Meja 2     : diatas meja ini ada nasi dan lauk.
Meja 3     : diatas meja ini ada nasi,lauk, dan sayur, air putih
Meja 4     : menu lengkap yaitu empat sehat lima sempurna
Meja 5     : ada nasi tapi basi, lauk, air putih, ada buah.
Nah orang berhikmat akan memilih meja nomor empat, tidak mungkin ia memilih nomor lima, atau nomor 1,2,3 dan 5. Itulah pengertian hikmat.

MACAM-MACAM KARAKTERISTIK


Kejujuran.
Kejujuran (honesty) merupakan perbuatan nyata dan dampak yang ditimbulkannya.  Perilaku seorang pemimpin yang jujur akan nampak pada kemudian hari dan nyata pada segala situai apapun, sedangkan perbutan atau perilaku seorang pemimpin yang tidak jujur akan nampak pada perilaku yang sebenarnya walaupun mereka sedang menutupinya.  Alkitab berkata: “apa yang kamu tuai, itulah yang akan kamu tuai” (Galatia 6:7).  Memberikan kritik kepada orang lain selalu lebih mudah dilakukan dari pada mengkritik diri sendiri.   “selumbar” di mata orang lain mudah terlihat, sementara “balok” di mata sendiri tidak.  Oleh sebab itu, orang yang mampu melakukan otokritik (kritik atas diri sendiri) pastilah seorang yang berjiwa besar.  Injil Markus ditulis dengan semangat otokritik yang berani. 
Injil Markus dialamatkan kepada orang Kristiani, tetapi juga ditulis untuk mengkritik para pemimpin Kristiani.  Sebagai pemimpin dapat melihatnya dari bagaimana Injil ini menceritakan murid-murid Yesus, yang notabene adalah para rasul, yaitu pemimpin Gereja.  Kelemahan para pemimpin itu “ditelanjangi” dengan sangat jujur.  Termasuk tatkala mereka semua “melarikan diri” waktu Yesus ditangkap di Taman Getsemani.  Memalukan, tetapi nyata Markus benar, tindakan memalukan para pemimpin termasuk para pemimpin Kristiani masih terus ada dan terjadi sampai sekarang.  Untuk itu, harus ada yang berani mengkritiknya demi perbaikan.  Namun, yang luar biasa adalah Markus bukan hanya mengkritik para senior, tetapi juga mengkritik diri sendiri.  Bahkan lebih tajam!, Jika para murid melarikan diri, mereka adalah pemuda yang “ lari dengan telanjang ”.
Sebenarnya pemuda itu adalah Markus sendiri! Jadi, di sini seolah-olah Markus berkata, “Mereka semua lari meninggalkan Yesus, lebih-lebih Markus sendiri!” Ini adalah sebuah otokritik yang pantas dihargai.  Jadi jujur artinya bersedia mengakui kebenaran dan kesalahan baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.  Berani mengakui kesalahan kepada orang lain itu sangat sulit untuk di lakukan, sebagai seorang pemimpin kejujuran menuntut mereka berkata benar tentang perilaku atau perbuatan dari pemimpin itu sendiri.  Jika pemimpin itu berani mengakui kesalahan mereka, bearti mereka sedang mengkritik diri sendiri dan mereka sedang mengatakan yang sebenarnya tentang diri mereka, jadi mereka adalah pemimpin yang berjiwa besar karena mereka sudah mengatakannya dengan jujur.[1]
Kejujuran tidak merugikan seseorang.  Jika pemimpin menanamkan kejujuran itu, maka mereka akan menuai kepercayaan.  Kepercayaam merupakan penghargaan terbesar dalam kehidupan ini, banyak pemimpin yang tidak dapat di percaya untuk memegang lembaga yang sedang mereka pimpin bahkan mereka menggunakan jabatan mereka untuk kepentingan mereka.  Pemimpin yang demikian sangat berbahaya bagi lembaga pendidikan, karena mereka akan melahirkan kebohongan-kebohongan lainnya dalam lembaga tersebut.  Sikap jujur akan membuat seseorang dapat di percaya dan mendapat kepercayaan.  Jadi kejujuran penting bagi pemimpin Kristen secara khusus kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen pada umumnya.[2]
Kejujuran merupakan pondasi yang pokok dalam memimpin dan dalam manajemen.  Jika seorang pemimpin tidak jujur, maka pemimpin tersebut tidak layak memimpin orang benar dan jujur.  Jadi kejujuran adalah krusial bagi pemimpin Kristen pada umumnya tanpa memandang siapa dan dari latar belakang mereka.  Kejujuran wajib bagi pemimpin Kristen masa kini.  Jika pemimpin jujur dalam segala hal, maka akan membawa dampak bagi bawahan dan anak didik mereka. 
Seorang pemimpin sebaiknya menyadari kerohanian diri sendiri.  Sebagai pemimpin tidak dapat mengukur kerohanian orang lain, tetapi dapat mengukur kerohanian diri sendiri.  Jika seseorang sudah mengerti kerohanian diri sendiri, maka mereka dapat berdiri menolong orang lain, segala sesuatu dalam diri pemimpin diukur dari segi rohani mereka sendiri.  Kalau pemimpin gagal secara rohani baiklah mereka mengaku kegagalan tersebut.  Pengakuan yang jujur menolong orang lain untuk mengerti bahwa seorang pemimpin bukanlah supermen. 
Jadi kejujuran rohani menimbulkan kepemimpinan yang berwibawa di dalam pengurapan Allah.  Itulah sebabnya sebagai pemimpin jujur dalam hal apapun merupakan hal yang terpenting, karena memberi pengaruh yang baik dan  tidak boleh di abaikan oleh pemimpin Kristen.[3]
Dapat di percaya
Intergritas orang percaya yang sebenarnya adalah bertahan sampai akhir.  Tuhan Yesus adalah satu-satunya contoh pribadi yang berintegritas.  Integritas kehidupan kemanusiaan Tuhan Yesus sungguh bertahan sampai akhir hidupNya di dunia.  Dapat dipercaya adalah kualitas yang luar biasa. Untuk dapat dipercaya, pemimpin tidak saja harus jujur dalam bekerja, tapi juga memegang janji-janji yang telah dibuat dan memiliki integritas tertinggi.[4]  Alkitab dengan jelas mengatakan tentang orang yang dapat di percaya dan orang yang tidak dapat di percaya, yaitu perumpamaan hamba yang baik dan hamba yang jahat (Matius 25:21)”  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.  Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.  Atau “Baik! Bagus! Hai hamba yang baik dan setia; engkau telah (ada) setia dalam hal kecil atau sedikit, aku akan atau hendak mengangkat atas hal besar atau banyak; aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar.[5] 
Orang yang dapat di percaya mereka yang bertahan sampai akhir memegang kepercayaan dengan utuh dari tuan mereka.  Jika seorang pemimpin lembaga pendidikan diberi kepercayaan oleh atasan yang lebih tinggi dari mereka, maka mereka akan memperoleh kepercayaan yang lebih besar.  Perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta jelas bahwa yang penting bukan seberapa besar tanggung jawab yang diberikan kepada mereka, melainkan seberapa besar tanggung jawab mereka dalam mengerjakan pelayanan.  Seorang hamba yang menerima satu talenta berpikir tuan itu kejam, karena hanya memberi satu talenta. 
Hamba tersebut mengira sang tuan akan merampas keuntungan, seorang hamba yang demikian  tidak mengerjakan bagian yang telah di percayakan dengan sungguh-sungguh.  Hamba itu malah menyembunyikan talenta di dalam tanah, lalu mengembalikan talenta itu kepada sang tuan (ayat 24,25).  Kedua hamba yang pertama adalah baik dan setia (ayat 21, 23), sebab mereka memakai kesempatan sebaik-baiknya untuk kepentingan tuan mereka.  Hamba yang ketiga mencoba mengusahakan laba yang akan  masuk kantong tuan itu, sebab ada bahaya hamba ketiga ini berpikir akan rugi, oleh karenanya hamba ketiga ini mendapat hukuman. 
Hamba ketiga dihukum sebagai hamba yang jahat (ayat 26).  Sebagai hamba yang jahat kata Yunani “πονηρός (ponerós)” barangkali hamba ini mempunyai unsur kikir; (bnd 20:15) dan malas lawan dari baik dan setia.  Kamu sudah tahu...(ayat 26) adalah tepat sebagai kalimat tanya.  Sekiranya memang benar hamba ini mengetahui begitu, seharusnya hamba yang ketiga ini melakukan  kebalikannya dari apa yang telah dilakukan. 
Jadi dari perumpamaan di atas dapat disimpulkan ialah bahwa manusia diberi kesempatan rohani yang berbeda-beda, artinya orang yang mempergunakan kepercayaan yang telah diberikan oleh tuan mereka, mereka akan diberikan  kesempatan lain lagi (terutama dalam hidup yang akan datang) dan orang yang tidak memakai kesempatan itu akan dibuang sebagai yang tidak berguna.[6]
Orang-orang yang setia dan dapat di percaya dalam Alkitab dapat di teladanani di antara mereka adalah: Yusuf adalah pemimpin besar dan hamba setia Allah.  Yusuf lebih menyukai dijebloskan ke penjara dari pada berkhianat kepada Tuan yang setia (Kejadian 37-38).  Yosua dipilih untuk memimpin Israel ke tanah perjanjian, Tuhan memilih Yosua karena Yosua adalah pemimpin yang setia dan dapat di percaya.  Kesetiaan yang dilakukan Yosua dalam Kitab Yosua 9 ketika menepati perkataan diri sendiri dan menolak untuk membunuh orang-orang Gibeon.  Integritas adalah modal utama kepemimpinan, namun modal ini paling jarang dimiliki oleh pemimpin.  Inilah tragedi terbesar dalam kepemimpinan. 
Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry Posner dalam buku mereka berjudul Credibiliti: How Leaders Gain and Lose it, Why People Demand It: Mereka melaporkan riset mereka selama dua puluh tahun dari survei terhadap ribuan kaum profesional dari empat benua bahwa karakteristik nomor satu  yang paling kritis bagi seorang pemimpin adalah integritas.  Itu artinya langkanya karakteristik ini pada kepemimpinan, integritas menyatakan orang itu sebenarnya. 
Lemah Lembut
Dalam kitab Injil Matius 5:5 mengatakan”Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”  Tuhan Yesus tidak sedang menyuruh menjadi lemah.  Kata-lemah lembut dalam bahasa Inggris adalah meek bukan weak (lemah).  Meek adalah orang yang memiliki hati yang lembut, penurut tanpa perlawanan.  Sedangkan weak adalah orang yang lemah bearti mereka tidak mampu melakukan sesuatu oleh karena mereka sering sakit-sakitan.
Di dalam Alkitab, sifat lemah-lembut ini dikenakan pada diri Musa: “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (Bil. 12:3). Begitu juga dengan sifat Tuhan Yesus, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati . . .” (Mat. 11:29).
Dalam beberapa ayat, lemah-lembut dikaitkan dengan buah Roh Kudus; dengan respons terhadap fitnahan, penghinaan, dan serangan dari orang-orang yang belum percaya terhadap iman kekristenan; dengan teguran terhadap orang-orang percaya yang sedang tersesat; dan dengan sikap ketika menerima Firman Tuhan (Gal. 5:22, 23; 6:11; Pet. 3:15;Yak. 1:21).  Di sini, lemah-lembut dikaitkan dengan sifat-sifat seperti rendah hati, ramah, sopan, sabar, dan mau diubah.  Maka orang yang lemah-lembut, bukanlah orang yang sombong, kasar, pemarah, keras kepala, serta suka membalas kejahatan dengan kejahatan.  Menjadi orang yang lemah-lembut perlu proses, hal-hal yang buruk harus di pangkas supaya menghasilkan buah yang lebih banyak. 
Dalam Injil Matius 5:5 ada yang menafsirkan mengenai lemah-lembut, yaitu sama dengan ungkapan “orang-orang miskin” dan “orang-orang yang berdukacita”, yaitu sama dengan apa yang Tuhan Yesus maksudkan mengenai mereka yang lemah-lembut.  Orang yang lemah-lembut ialah orang yang kira-kira sama dengan orang-orang yang miskin di hadapan Tuhan dan orang-orang yang berdukacita, yaitu “orang-orang yang hina”, “orang-orang yang sederhana”.  Orang yang lemah-lembut dapat diterjemahkan dengan “orang-orang yang tidak mempunyai kuasa”  terhadap orang-orang yang berkuasa mereka tidak dapat berbuat apa-apa.  Satu-satunya harapan mereka yang lemah-lembut ialah hanya Yesus Tuhan.  Hanya Yesus Tuhan saja yang dapat menolong dan melindungi mereka (Matius 25:40, 25).[7]
Pemangkasan perlu proses yang lama supaya menjadi lebih baik dan bersih.[8]  Jika proses tersebut sudah di lakukan, maka hasilnya akan memuaskan, pembersihkan dilakukan secara berkesinambungan, supaya dapat berbuah banyak.  Hasil dari pemangkasan adalah menghasilkan buah yang baik dan banyak, sehingga Bapa di Sorga dipermuliakan, ini tujuan dari pemangkasan.
"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. ...Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah... Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:1,2,8).

Jadi kelemahlembutan ini dimulai dari hati dan keluar dalam bentuk sikap dan perkataan.  Hati terlebih dulu diubahkan, hati hanya mungkin berubah setelah seseorang dilahirbarukan oleh Roh Kudus dan percaya kepada Tuhan Yesus.  Perubahan ini bersifat proses ketika mereka mengizinkan Tuhan untuk mengubahkan sifat-sifat yang tidak baik menjadi lebih baik dari sebelumnya.  Ini melibatkan penundukan diri yang sepenuhnya kepada Tuhan dan kerendahan hati untuk diubahkan oleh Tuhan.[9]
Karakter pemimpin kristen adalah "Lemah- lembut", juga yang dimaksud lemah-lembut bukan lemah gemulai (seperti sifat perempuan).  Lemah lembut yang dimaksudkan disini adalah cara berbicara yang lembut dengan nada yang tidak tinggi (dilihat dari intonasi bicaranya), sopan, sabar, dapat menguasai diri.  Sebagai seorang  pemimpin Kristen di haruskan untuk memiliki karakter ini.  Tuhan Yesus mengharapkan karakter ini, supaya pemimpin Kristen menjadi pemimpin yang lemah-lembut dalam segala aspek.  Karena Yesus sangat mencintai orang yang lemah-lembut.[10]
Ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin tidak boleh marah.  Orang yang lemah-lembut tidak marah secara kasar, brutal, dan tak terkendali.  Mereka juga tidak marah karena mengikuti hawa nafsu, emosi, kesombongan, dendam, kepentingan diri sendiri, atau alasan-alasan yang sepele.  Sebaliknya, kemarahan mereka terkendali dan karena alasan yang tepat yaitu ketika Firman Allah dilanggar, orang lain ditindas, dan muncul ajaran sesat.  Sifat-sifat lemah-lembut seperti itu sepertinya bukan sifat yang akan membuat seseorang menang di dunia yang penuh persaingan dan kekerasan ini.
Orang dengan sifat ini tak ubahnya seperti seekor domba di tengah serigala dan singa buas yang siap menerkam.  Dan orang dunia akan lebih memilih menjadi serigala dan singa.  Itulah sebabnya, Allah berjanji bahwa mereka yang lemah-lembut akan memiliki atau mewarisi bumi.  Mewarisi bumi bukan berarti bahwa mereka akan tinggal di bumi yang sama ini selama-lamanya. Mewarisi bumi juga bukan berarti bahwa mereka akan kaya raya. Mewarisi bumi berarti tinggal di bumi yang baru (langit dan bumi yang baru, Wahyu 21:1), di mana Yesus akan memerintah sebagai raja dan umat percaya, orang-orang yang lembut hatinya, menjadi penduduknya.  Inilah Surga yang akan  dimiliki dan tempat tinggal mereka yang lemah lembut.
Sebagai pemimpin akan selalu digoda untuk marah, kasar, dendam, dan sombong, tetapi orang yang lemah-lembut adalah mereka yang mengalahkan godaan-godaan ini.  Sifat lemah-lembut ini dimulai dari hati yang diubahkan dengan mengizinkan Allah untuk mengubahnya dan rendah hati di hadapan Dia, kemudian keluar dalam bentuk perkataan dan sikap.  Lemah-lembut merupakan ciri khas yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen, baik di sekolah maupun gereja dimana mereka memimpi.  Pemimpin yang lemah lembut cepat membangun relasi terhadap orang lain.[11]

Cerdas
Pertama, mampu meneladani Yesus Tuhan sebagai pemimpin dan Guru Agung adalah kemampuan memimpin dalam mencapai tingkat profesional sebagai seorang pemimpin.  Hal-hal yang dicapai mengacu pada visi, sikap dan cara Yesus Tuhan mengkomunikasikan ajaran-Nya kepada murid-murid dan orang lain. 
Kedua, mampu menjadi teladan dan panutan moral bagi peserta didik dan bawahan mereka adalah kemampuan pemimpin dalam membentuk karakter dan integritas mereka sebagai pemimpin.  Hai ini dicapai dengan mengacu pada sikap Yesus Tuhan yang selalu singkron antara kata-kata dan perbuatan-Nya.
Ketiga, memanfaatkan hasil penelitian untuk kepentingan pembelajaran, artinya seorang pemimpin memiliki kemampuan dalam mengembangkan intelektualitas, kepekaan serta ketajaman berpikir dan skills dengan cara mengadakan berbagai observasi di bidang belajar-mengajar di sekolah. 
Keempat, mampu mengembangkan inovasi dalam memimpin secara kreatif dan relevan, adalah kemampuan pemimpin dalam melahirkan gagasan positif, konstruktif, serta kreatif demi kepentingan bersama.[12]
Peduli
Debora adalah seorang pemimpin yang peduli terhadap bangsanya.  Penderitaan karena tekanan yang begitu berat yang hadapi oleh orang Israel membuat Debora peduli.  Kondisi yang dihadapi adalah kondisi yang sulit dan begitu berat dengan tidak adanya pemimpin.  Pemimpin yang dibangkitkan TUHAN ini adalah pemimpin yang berhikmat serta memiliki karakteristik takut akan Tuhan.  Sebagai pemimpin Kristen yang takut akan Tuhan, hendaknya peduli terhadap sesama dan menaruh perhatian yang amat dalam apabila mau dihormati masyarakat dan bawahannya.
Rendah Hati
Sikap rendah hati bearti pengakuan bahwa seseorang tidak mempunyai karunia untuk memimpin, namun karunia itu yang memiliki pemimpin.[13]  Sang karunia telah memilih seseorang untuk memimpin dunia menuju suatu tempat baru, itulah sebabnya seseorang harus bersikap rendah hati dan bangga dengan kesempatan yang telah diberikan kepada mereka.
Fasilitator
Tanpa sumbangan orang-orang ini, kemampuan kelompok untuk memahami atau menghadapi berbagai situasi akan lebih mengurang. Peran seorang fasilitator adalah memunculkan pengetahuan dan gagasan dari anggota-anggota kelompok.  Fasilitator dapat membantu anggota kelompok untuk belajar satu sama lain dan bertindak bersama.  Inti dari hal memfasilitasi adalah memperlengkapi dan memampukan orang lain, kelompoklah yang harus bertanggung jawab atas hasil suatu proses, bukan pembimbing kelompok. 
Pemimpin lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik ini adalah memberi kemudahan pada peserta didik mereka dan sarana kepada siswa agar dapat aktif belajar sesuai dengan kemampuan mereka.[14] Pemimpin yang baik mereka memandang bawahan dan anak didik sebagai pribadi yang bertanggung jawab yang mampu mengolah sumber-sumber belajar sebagai anak didik dan mampu mendidik siswa bagi guru.  Pemimpin sebaiknya mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar, misalnya menata ruang kelas supaya aman, bersih dan nyaman.  Selain itu fasilitator dapat menyedikan waktu untuk konsultasi-konsultasi pribadi atau kelompok kecil dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas.[15]
Seorang fasilitator sebaiknya fokus pada dinamika kelompok.  Perubahan persepsi menimbulkan perubahan sikap, orang merasa puas jika mereka menyadari bahwa persepsi dan sikap mereka yang berdasarkan persepsi tersebut dianggap benar dalam pandang kelompok di mana mereka menjadi anggota.  Jadi setiap pemimpin hendaknya menghargai persepsi pengikut mereka, terhadap pandangan yang mereka ungkapkan.  Inilah konsep dinamika kelompok sebenarnya, konsep ini perlu dipegang oleh seorang pemimpin.[16]
Pemimpin yang menyediakan fasilitas atau segala sesuatu yang dapat melancarkan tugas, untuk memudahkan proses tugas yang sedang dikerjakan dalam organisasi tersebut.  Sebagai pemimpin Kristen sebaiknya menyediakan fasilitas untuk staf dan karyawannya, salah satu fasilitas yang sedang dilakukan sekarang adalah memberi kesempatan kepada bawahan untuk menambah pengetahuan melalui pendidikan (studi lanjut) dan menghargai atau mendukung pendapat yang mereka utarakan.[17]  Kewajiban pemimpinlah memperlengkapi anak buahnya, supaya bawahannya dapat memberikan yang terbaik bagi lembaga tempat mereka pelayanan dan bekerja baik digeraja maupun dilembaga Kristen lainnya.  Itulah fungsi fasilitator yang sebenarnya.  Bagian ini menjadi peringatan penting bahwa memperlengkapi bukan hanya dari skill melainkan mencakup ketiga-tiganya yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik.




[1] Kristen-Jujur. Online: http://blog-medi.blogspot.com/. diakses 12 Desember 2011.

[2]Kejujuran Tidak Pernah Merugikan. Online:  http://www.cahayapengharapan.org. diakses 12 Desember 2012.

[3] P. Octavianus,  Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah, (Malang: Gandum Mas, 2002), hlm. 75-77.

[4] Karakter-karakter berperilaku etis. Online: http://www.scribd.com/. diakses 11 Desember 2011.


[5] Drewes, B. F., dkk, Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru: Kitab Injil Matius hingga Kitab Kisah Para Rasul, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008., hlm. 83.
[6] A. Simanjuntak,  dkk., Tafsiran Alkitab Masa kini 3 Matius-Wahyu,(Jakarta: Medio, 1982.,hlm. 114.
[7] Abineno. Ch . J. L, Khotbah di Bukit: Catatan-catatan Tentang Matius 5-7, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002)., hlm. 17.

[8] Andre Bustanoby, Kepribadian Menunjang Pelayanan, (Malang: Gandum Mas, 1991)., hlm. 7-8.

[9] Bukan Orang Lemah. Online: http://panggilanhidup.net/. Diakses 12 Desember 2011.
[10] Karakter Kristen.  Online: http://vlusia.blogspot.com/. diakses 12 Desember 2011.
[11] Lemah-lembut, “Jonathan Ministry”.  Online:  http://themessenger.web.id/. diakses 12 Desember 2011.

[12] Belandina Janse  Non-Serrano, Profesionalisme Guru dan Bingkai Materi, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm.16-17.

[13] Ian Percy, Going Deep: Menjelajahi Kedalaman Spiritualitas dalam hidup dan kepemimpinan.,(Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2003).,hlm. 240.

[14] Ibid.,hlm.56.                        

[15] Ed. D. Sidjabat S.B. Belajar Secara Profesional: Mewujudkan Visi Guru Profesional, (Bandung: Kalam Hidup, 1993.,hlm.111-112.

[16] Gangel, Kenneth O, (Malang: Gandum Mas, 2001), hlm. 175-176.

[17] Tim Penyusun, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008).,hlm. 405.

CIRI-CIRI ORANG PERCAYA DIPIMPIN ROH KUDUS


Kisah Para Rasul 4:31
4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Ciri-ciri orang dipimpin oleh Roh Kudus :
1. Berani memberitakan Injil.
“Injil” kata Yunani euanggelion bearti: kabar gembira, berita baik. Kedatangan Yesus Kristus dan mulainya pemerintahan Allah didunia ini merupakan inti Injil yang harus diberitakan kemana-mana(bd. Mat.24:14). Kemudia tulisan rasul-rasul yang membukukan kesaksian tentang diri Yesus Kristus disebut juga: kitab-kitab Injil.
“Penuh dengan Roh Kudus” adalah hidup yang dipimpi/perendahan diri yang permanen. dikuasai oleh Roh Kudus, sehingga orang tersebut berani memberitakan firman Allah, artinya Roh Kuduslah yang menguasainya sehingga ia berani
menyampaikan injil.”Berani” bukan sembarang berani, tetapi berani karena kebenaran,itulah berani.berani artinya kita melakukan pekerjaan kita”contoh” ketika kita berdoa kepada orang sakit apalagi orang yang belum percaya Yesus, apa bila ibu percaya Yesus maka ibu pasti sembuh” itulah artinya berani.
Roh Kudus; Oleh Roh dan firman-Nya Allah menciptakan langit dan bumi dan memberi nafas kepada manusia(Kej 1:2; 2:7; Mzm 33:6; 104:23). Roh Allah juga menggerakkan orang-orang tertentu: hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi. Dalam Perjanjian Baru seringkali disebut : Roh Kudus atau Roh Allah atau Roh Yesus(Kis 16:7)atau Roh Anak Allah(Gal 4:6) ialah pelaksanaan kehendak Allah dibumi. Ia sebagai penghibur(Penolong) melanjutkan dan menterapkan karya keselamatan Yesus(a.l. Yoh. 14:16). Dialah dinamik perkabaran injil (Kis. 1:8). Ia memberikan kesaksian Allah dalam hati orang-orang percaya bahwa mereka anak-anak Allah(Rm.8:15-16).  
BY: Kirenius, S.PdK.