BAB
III
KETELADANAN DEBORA SEBAGAI PEMIMPIN
MENURUT HAKIM-HAKIM 4:1-16
Sebagai pemimpin sebaiknya memiliki karakteristik yang baik,
karena jika
tanpa karakter yang baik seorang pemimpin tidak dapat memimpin dengan baik dan
tidak dapat mencapai tujuan dengan maksimal.
Karakteristik yang dapat dimiliki oleh seorang pemimpin adalah rendah
hati, berani. Berani disini bukan
sembarang berani, berani yang dimaksud adalah berani karena kebenaran dalam
arti tidak kompromi dengan kejahatan,
korupsi dan lain sebagainya. Kemudian terakhir karakteristik
seorang pemimpin adalah menjadi motivator bagi bawahan dan murid-murid mereka. Bab ini akan membahas mengenai kitab Hakim-hakim,
biografi Debora, karakteristik Debora sebagai pemimpin dan eksegesanya.
A. Introduksi Kitab Hakim-hakim
Pada waktu umat Israel tiba di tanah
yang dijanjikan, mereka tidak mempunyai raja, sebab sebenarnya hanya Tuhan
Allah raja mereka. Tetapi setelah mereka
tidak setia lagi kepada Tuhan, Allah menyerahkan mereka kepada musuh selaku
hukuman.[63] Ketika
kesusahan itu mencapai puncaknya Tuhan membangkitkan orang-orang perkasa
menjadi panglima dalam peperangan, dan setelah peperangan selesai mereka
mendapat kemenangan, maka panglima itu sangat dihormati, dipandang selaku
hakim-hakim.
Pada waktu Yosua memperbaharui
perjanjian dengan umat Israel di Sikhem, bahwa mereka menegaskan tidak pernah
meninggalkan Tuhan untuk ilah-ilah lain.
Yosua menjawab mereka, bahwa mereka tidak akan mampu untuk hidup bagi
Tuhan, mereka akan tidak setia dan itu akan mendatangkan bencana atas diri mereka
sendiri (Yosua 24:16-20).[64] Peristiwa yang ditakuti Yosua terhadap bangsa
Israel benar-benar menjadi kenyataan, maka selama beberapa abad Tuhan secara berkala memberikan pemimpi-pemimpin
yang datang untuk membantu mereka.
Pemimpin-pemimpi ini disebut “pelepas” atau “orang yang membawa
keadilan”. Nama yang diberikan kepada
mereka adalah Hakim-hakim.
Dalam kitab Hakim-hakim ada tiga belas
Hakim.[65] Pertama,
adalah Otniel yang mengalahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram Mesopotamia
(3:7-11). Kedua Ehud, yang membunuh
Eglon, raja Moab (3:12-30. Ketiga,
Samgar yang mengalahkan orang Filistin (3:31).
Keempat, Debora dalam pasal 4-5 berita tersebut dalam bentuk prosa dan puisi mengenai Debora. Di zaman Debora, Barak adalah pemimpin
Israel. Musuh bangsa Israel ialah Sisera
bersama orang Kanaan yang mau mengeluarkan orang Israel berdiam di bagian utara
Karmel. Kelima, Gideon.
Dalam pasal 6-8 didapati mengenai cerita
Gideon yang mengalahkan orang Median.
Keenam, Abimelekh (pasal 9). Juga dalam kitab ini ada Hakim-hakim yang
kurang terkenal, seperti yang ketujuh, Tola (pasal 10:1,2), delapan, Yair
(pasal 10:3-5), sembilan, Ebzan (pasal 12:8-10), sepuluh, Elon dari suku
Zebulon (pasal 12:11-12) dan yang sebelas, Abdon (pasal 12:13-15). Hakim-hakim ini di sebut “Hakim kecil”. Yang lebih penting adalah Yefta dan
Simson. Dua belas, Yefta mengalahkan
orang Amon (11:30-40) dan tiga belas, Simson yang mengalahkan orang-orang
Filistin (pasal 13-16).[66]
1. Penulisan Kitab Hakim-hakim
Dalam
kitab Hakim-hakim tidak ada petunjuk mengenai penulisnya. Dalam tradisi Yahudi, kitab ini ditulis oleh
Samuel, namun pandangan ini tidak dapat diterima karena tidak jelas.[67] Indikasi mengenai penulisan atau penyusun
kitab ini tidak ada, mengenai Samuel penulis kitab inipun tidak jelas sementara
ungkapan yang berulang-ulang oleh narator bahwa pada zaman itu tidak ada raja
di antara orang Israel (17:6; 18:1), memberikan bukti yang jelas pada waktu (si
penulis) menuliskan peristiwa-peristiwa ini bangsa itu telah mempunyai raja. Dari petunjuk ini perlu dipahami bahwa
penulis melibatkan satu proses yang barangkali beberapa abad.[68]
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat
penulisannya:
Pertama,
penulisannya terjadi setelah
tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hakim-hakim 18:31; Hakim-hakim 20:27; bandingkan.
1 Samuel
4:3-11);
Kedua,
penulis yang sering menyebut
masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hakim-hakim 17:6; 18:1; 19:1; 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah
berdiri ketika kitab ini ditulis;
Ketiga,
Yerusalem belum direbut dari
suku Yebus (Hakim-Hakim 1:21; bandingkan. 2 Samuel 5:7).
Keempat, petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan
sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja
Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini
dengan Samuel. Yang pasti ialah: kitab
ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (Hakim-hakim
2:1-5). Musa
sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa
Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari
perjanjian (Ulangan 28:25,33,48). Kitab
Hakim-hakim menggaris
bawahi kenyataan nubuat
tersebut dalam sejarah.
Tanggal penulisan kitab ini kira-kira 1050-1000 SM.
2. Latar Belakang Kitab Hakim-hakim
Kitab Hakim-hakim menjadi mata rantai
utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun
1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai
tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan
orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga.
Para hakim (berjumlah tiga belas orang
dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima
perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada suku
mereka sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel yang pada umumnya dipandang sebagai
hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
3.
Judul kitab Hakim-Hakim
Judul kitab ini
ditemukan dari gelar atau panggilan yang diberikan kepada pemimpin-pemimpin
yang diangkat oleh Tuhan untuk memerintah bangsa Israel antara zaman Yosua dan
zaman raja-raja. Judul kitab ini “Hakim”
adalah seorang yang diangkat oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya, supaya mereka
mengetahui bagaimana seharusnya mereka hidup sesuai dengan perintah-perintah
Tuhan, serta melepaskan mereka dari penjajahan dan penindasan dari
bangsa-bangsa lain di sekitar mereka.[69]
Nama kitab ini
dalam bahasa Ibrani disebut “שֹׁפְטִים” (S̀ōpetim) yang berarti Hakim-hakim (Hakim
2:16;11:27), dalam Septuaginta disebut dengan istilah “Κριται” (Kritai), dan dalam Vulgata disebut 'Judicum'.[70] Judul LAI: TB juga “Hakim-hakim” diambil dari
versi Inggris “Judges” yang juga diadopsi dari versi Latin (Vulgata) “Judicum”. Semua judul ini berasal dari tradisi LXX
(septuaginta) yang memberi judul Kritai (“Hakim-hakim”).
4. Tema Kitab Hakim-hakim
Tema
kitab Hakim-hakim adalah “Kemurtadan dan pembebasan”. Kemurtadan bangsa Israel adalah penyimpangan mereka terhadap Allah
yang kemudian beralih kepada allah-allah asing.
Kemurtadan yang mereka lakukan membuat Allah menghukum mereka melalui penjajahan dan
penindasan dari bangsa lain. Begitu
berat penindasan yang mereka hadapi sehingga mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan
mendengarkan doa mereka, kemudian Tuhan membangkitkan pemimpin-pemimpin untuk
melepaskan atau membebaskan mereka dari penindasan tersebut.[71]
5. Tujuan Penulisan Kitab Hakim-hakim
Tujuan
kitab Hakim-hakim adalah menyelidiki apa yang terjadi secara teologis selama
tahun-tahun antara Yosua dan Daud. Tuhan
telah memberikan negeri yang dijanjikan kepada umat Israel, dan dalam
perjanjian di Sikhem mereka telah merumuskan komitmen mereka untuk tetap setia
kepada-Nya (Yosua 24). Namun selama
berabad-abad telah terjadi kegagalan yang pada akhirnya diselesaikan ketika
Tuhan secara resmi menetapkan perintah di bawah raja melalui perjanjian (2
Samuel 7).[72]
Dari
segi sejarah, Hakim-hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah
perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan
kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri
itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang
senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan
mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
6.
Survei Kitab Hakim-hakim
Kitab Hakim-hakim
terbagi atas beberapa bagian
utama.
Bagian pertama (1:1-3:6) mencatat kegagalan Israel untuk
menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah
kematian Yosua. Bagian kedua (3:7-16:31)
merupakan bagian utama kitab ini. Bagian
ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa
hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing,
perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah
melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya.
Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup
dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai
suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (Ibrani 11: 32). Bagian ketiga (17: 121:25) menutup dengan
kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa
dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel.
7.
Ciri-ciri Khas
Kitab Hakim-hakim
Ada enam
ciri khas kitab
Hakim-hakim:
Pertama, Kitab ini mencatat aneka
peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan
permulaan zaman kerajaan.
Kedua, Kitab ini menggaris bawahi tiga
kebenaran yang sederhana namun mendalam:
Pertama, Menjadi
umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
Kedua, Dosa
selalu menghancurkan umat Allah; dan
Ketiga, Ketika
umat Allah merendahkan diri mereka, bercela, dan berbalik dari cara hidup
mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (2 Tawarikh
7:14).
Ketiga, Kitab ini menekankan bahwa
setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah
pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran
kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat
apa yang benar menurut pandangannya sendiri (21:25; bandingkan. 17:6).
Keempat, Kitab ini menyatakan beberapa
pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua
perjanjian:
Pertama, Jika
umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih
yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan
tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan.
Kedua, Allah
panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati
untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan
dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas.
Ketiga, Para
pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali
menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati,
watak, atau kebenaran.
Kelima, siklus utama dalam kitab ini
yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula
dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN" (2:11; 3:7).
Keenam, Kitab ini menyatakan bahwa Allah
memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat dari pada umat-Nya sendiri untuk
menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada
pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya
campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan
seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.[73]
8. Teologi Kitab Hakim-hakim
Kitab Hakim-hakim mengajarkan beberapa
konsep teologis yang penting. Pertama, natur dari kepemimpinan
para hakim.[74] Para
hakim tidak dipilih maupun ditahbiskan secara formal melalui pengurapan. Mereka
muncul untuk menjawab kebutuhan tertentu yang mendesak. Allah
langsung memilih mereka melalui nubuat (4:4-7) maupun malaikat (6:12-14). Kepemimpinan
mereka juga tidak diwariskan kepada keturunan mereka. Gideon
menolak permintaan bangsa Israel untuk
menjadikan dirinya dan keturunannya sebagai pemimpi mereka (8:22-23).
Keterkaitan para hakim dengan
aspek-aspek kerohanian tidak terlalu tampak. Mereka
memang seharusnya membawa orang Israel menaati TUHAN, tetapi hal itu seringkali
tidak terjadi, entah karena orang Israel tidak mau mendengarkan mereka (2:17) atau
mereka sendiri melakukan kesalahan (8:27).
Mereka tidak pernah dihubungkan dengan kemah suci maupun tabut
perjanjian. Pemilihan mereka pun
tampaknya tidak selalu didasarkan pada
pertimbangan
kualitas kerohanian.
Para hakim melakukan tindakan-tindakan
negatif tertentu (Gideon
bersikap sebagai pengecut dan menyebabkan bangsa Israel menyembah berhala, Yefta
melakukan pengorbanan
anak, Simson mengumbar nafsu seksual), bahkan mencapai keberhasilan mereka
dengan cara yang tidak benar (Ehud menipu Eglon). Gambaran
di atas merupakan pelajaran rohani yang penting. Tidak semua orang yang dipakai TUHAN secara
hebat adalah orang yang sempurna.
Pertama, sebagai pemimpin
tidak boleh menjadikan kehidupan para hakim sebagai teladan tanpa melihatnya
dari terang firman Tuhan.
Kedua, kaitan antara TUHAN dan dosa
manusia. Kitab Hakim-hakim menceritakan bagaimana
Allah berdaulat sekalipun dalam tindakan-tindakan manusia yang berdosa. Bangsa Israel berdosa dengan tidak menghalau
penduduk Kanaan (2:1-5), namun hal itu dipakai TUHAN untuk tujuan yang lain,
yaitu menguji kesetiaan mereka (2:3, 21-23; 3:1, 4) dan melatih generasi yang
akan datang untuk berperang (3:2). TUHAN sengaja tidak menghalau
musuh mereka (1:19; 2:3, 21). Ketika orang-orang
Israel tidak setia kepada TUHAN, Ia menghukum mereka dengan cara menyerahkan
mereka ke tangan musuh yang mungkin lebih jahat daripada mereka (3:8, 12; 4:2;
bdk. Hab 1:5-11, 13).
Beberapa kemenangan diraih melalui
cara-cara yang tidak benar (3:19-22; 4:17-21), tetapi dalam semua itu TUHANlah
yang memegang kendali (3:28; 4:9b; 5:24-27). Ketika Simson mendesak
orang tuanya untuk menikahkannya dengan seorang perempuan asing (14:1-3), hal itu
memang bagian dari rencana Allah untuk mengalahkan bangsa Filistin (14:4). Ketika
Simson memohon kekuatan untuk terakhir kalinya untuk merobohkan gedung
pertemuan supaya semua bangsa Filistin yang ada di dalamnya (termasuk Simson
sendiri) mati, TUHAN mengabulkan permintaan itu (16:28-30).
Ketiga, Roh TUHAN. Frase
“Roh TUHAN” muncul berkali-kali dalam kitab ini (3:10; 6:34; 11;29; 13:25;
14:6, 19; 15:14). Karya Roh Kudus dalam
Alkitab sangat beragam. Dalam konteks Kitab
Hakim-hakim karya yang ditekankan adalah pemberian kuasa (empowering). Kehadiran
Roh Kudus bukan “sekali untuk selamanya” (bdk. Ef 5:18), tetapi pada saat-saat tertentu
yang diperlukan. Simson dipenuhi Roh
TUHAN beberapa kali (13:25; 14:6, 19; 15:14), yang menunjukkan bahwa kehadiran
Roh Kudus bersifat tidak permanen.
Ketika rambutnya dipotong, itu berarti
TUHAN telah meninggalkan Simson
(16:20). Setiap kali Roh TUHAN
menghinggapi seorang hakim, maka mereka diberi otoritas kepemimpinan (3:10), kekuatan
ekstra untuk memegang dalam pertempuran (3:10; 11:29; 14:6, 9; 15:14), otoritas
atas suku-suku lain (6:34-35).
Keempat, penyembahan berhala. Kitab
Hakim-hakim memberikan catatan yang sangat banyak tentang dosa penyembahan
berhala yang dilakukan orang Israel. Pasal 2:19b mengatakan,
“dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka
yang tegar itu”. Walaupun sudah dihukum berkali-kali mereka tetap melakukan
dosa tersebut. Kitab Hakim-hakim
memberikan beberapa jawaban:
Pertama,
Tidak
adanya para pemimpin rohani yang kompeten (2:7; 4:1; 8:33; 17:6; 21:25); (2) kekerasan hati (2:17);
Kedua,
Kurangnya
pengenalan terhadap perbuatan TUHAN yang ajaib di masa lampau (2:10-11; bdk. Ul
6:4-9);
Ketiga,
Pengaruh
lingkungan (2:3), terutama konsep monoteisme yang sangat eksklusif dan aneh
menurut ukuran waktu itu;
Keempat,
Perkawinan
campur (3:6; bdk. Hak 14-16).
Kelima,
Anugerah
TUHAN.
Keenam,
Kedaulatan TUHAN atas para
dewa kafir.
Walaupun kata “kasih karunia” hanya
muncul sekali (6:17), tetapi konsepnya dapat terlihat di seluruh kitab. Konsep ini dinyatakan dalam berbagai cara. Penyelamatan
yang dilakukan TUHAN berkali-kali membuktikan anugerah-Nya yang sangat
besar. Alasan
dibalik penyelamatan tersebut adalah belas-kasihan TUHAN (2:18b).[75]
Seluruh Kitab Hakim-hakim sebaiknya
dipandang dalam konteks keagamaan politeisme pada waktu itu. Salah
satu dosa utama bangsa Israel pada waktu itu adalah politeisme (2:12, 17; 3:7;
6:10; 8:33). Ketika TUHAN memanggil
Gideon, Ia memerintahkan Gideon untuk meruntuhkan mezbah Baal (6:25-26). Beberapa
kisah peperangan secara jelas menunjukkan sentimen antar allah (11:24;
16:23-24). Dalam konteks ini TUHAN menampilkan
pribadi-Nya yang berdaulat. Kemenangan
bangsa kafir atas Israel, karena TUHAN menyerahkan bangsa Israel kepada mereka,
bukan karena kehebatan mereka begitu pula dengan kemenangan bangsa Israel,
tetapi TUHANlah yang menyerahkan bangsa Midian ke dalam tangan bangsa Israel
(7:7).
B.
Biografi Debora
Debora adalah seorang nabiah yang menerima
firman Allah untuk disampaikan kepada umat-Nya yang memerintah sebagai hakim
atas Israel dan memimpin bangsa Israel dalam kemenangan atas orang Kanaan
bersama Barak. Debora memiliki suami yang bernama Lapidot. Pada suatu ketika orang Israel berseru kepada
Tuhan lalu Allah menyampaikan firman-Nya kepada
Debora, firman itu dikhususkan bagi Barak panglima perang.[76]
Seorang wanita hebat ini mengatur
pemerintah, dan memobilisasi bangsa Israel dalam masa darurat nasional. Debora
adalah seorang perempuan yang memimpin Israel, Debora sangat dihormati.
Kualitas kepemimpinan Debora tidak diragukan lagi. Selain nabi, mungkin juga dapat diperhatikan bahwa
Debora adalah seorang wanita yang sudah menikah (Hakim-hakim 4). Sebagai seorang hakim yang memimpin Israel
Debora tetap tunduk kepada sang suami Lapidot dalam kehidupan sehari-hari. Pernikahan tidak pernah dirancang untuk
menghalangi pelayanan wanita; pernikahan justru dirancang untuk mendukung
pelayanan.
Debora adalah salah
satu pahlawan wanita dalam sejarah. Debora adalah salah satu wanita yang paling bertalenta dalam
Alkitab, seorang istri, ibu,
nabi, hakim, penyair, penyanyi, dan pemimpin politik.[77] Hidup Debora adalah ilustrasi yang indah
tentang kekuatan bahwa kaum wanita dapat memengaruhi masyarakat dengan hal-hal yang
baik. Pengaruh besar yang dimiliki
Debora adalah bukti nyata bahwa semua orang Israel datang kepada Debora untuk
meminta nasihat dan penilaian. Kehidupan
Debora dicatat di dalam Hakim-hakim pasal 4-5.
Kalau memperhatikan kondisi dan
latar-belakang dari Debora, maka Debora saat itu dibesarkan di tengah-tengah
masyarakat yang patriakhal. Sebagaimana dapat dipahami bahwa dalam
masyarakat patriakhal sebenarnya tidak membuka kemungkinan bagi seorang wanita
untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi memimpin perang. Seorang wanita tidak boleh diremehkan, Debora
adalah wanita yang hebat dan bijaksana serta berani membela kebenaran.
Di dalam Hakim-hakim 4:4 dicatat bahwa
Debora sebenarnya hanya bertugas sebagai seorang nabiah (mulut TUHAN) yang
secara khusus mengadili berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat Israel, tetapi
karena kondisi umat Israel sedemikian buruk, maka Debora melakukan tugas yang
mulia di bawah pohon korma. Selain itu
di Israel juga tidak ada tokoh atau pemimpin lain yang mampu berperan, sehingga
kondisi patriakhal saat itu tidak mampu mencegah Debora untuk tampil sebagai seorang
pemimpin utama. Sehingga dalam keadaan
yang sulit dan kritis, Debora dapat tampil sebagai panglima perang dan memerintah
di Israel. Alasan TUHAN mengangkat
hakim adalah untuk melepaskan umat-Nya dari tangan orang kafir.[78] Jadi, menurut kitab Hakim-hakim wanita boleh
memimpin (band. 1 Timotius 2:12).
Pasal 4 berisi kisah dalam bentuk narasi
dan pasal 5 berisi kisah dalam bentuk puisi. Dari
itulah dapat menemukan fakta-fakta tentang kehidupan Debora.[79] Tugas-tugas dan pelayanan Debora sama dengan tugas dan
pelayanan hakim-hakim Israel lainnya, bahkan lebih banyak. Dalam bagian ini dapat dilihat mengenai
seorang Debora adalah sebagai pemimpin suatu bangsa, membantu
menyelesaikan perselisihan mereka (Israel), Debora juga
seorang nabiah yang memberikan petunjuk Tuhan kepada bangsa Israel, Debora dihormati oleh semua orang, Debora
dipanggil oleh Allah, tanah yang ditinggali bangsa Israel menjadi damai selama
40 tahun karena pelayanan Debora (Hakim-hakim 4 dan 5). Jika Debora ditempatkan dalam konteks
sekarang, Debora menduduki posisi pendeta, nabi, dan pengajar.[80]
Debora dikhususkan sebagai pelayan Israel pada
waktu Yabin menindas bangsanya. Debora
adalah seorang nabiah atau mulut Tuhan untuk bangsa Israel, mengoreksi
pelanggaran dan menyelesaikan keluhan, terutama yang terkait untuk menyembah
kepada Allah mereka.[81]
C. Karakteristik Debora
Sebagai seorang pemimpin yang
berkharisma dan bijaksana dalam mengambil setiap keputusan, Debora seorang yang memiliki karakter yang
baik. Karakteristik yang dimiliki Debora
sangat mendukung dalam kepemimpinan dan tugas kehakimamnya bagi bangsa Israel. Debora tidak hanya sebagai Hakim di Israel, tetapi Debora menurut kitab Hakim-hakim
dapat dikatakan sebagai pahlawan iman.
Seorang “pahlawan iman”pastilah seorang
yang membela kebenaran dengan segenap hati mereka untuk menegakkan keadilan
bagi setiap orang yang lemah dan tertindas. Artinya seseorang yang dianggap dapat
menyandang gelar “pahlawan iman” adalah ketika mereka tidak berkorban dengan
penuh keberanian untuk membela pihak yang menjadi penindas bagi sesama mereka.[82]
Pada waktu itu Debora, seorang nabiah,
isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.[83] Debora
adalah seorang wanita hebat yang dipakai Tuhan untuk memeritah Israel. Debora dilihat dari bahasa Ibrani דְּבוֹרָה “devôrâ” kata benda
feminim tunggal, seorang
nabiah yang menyampaikan pesan TUHAN atau sebagai mulut Tuhan. Nabiah (Ibrani nevi’a; Yunani profetis). Di seluruh Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, ‘nabiah’ dipakai dalam arti yang sama dengan ‘nabi’, dan
nabiah mengacu kepada perempuan dan nabi mengacu kepada laki-laki.
Jabatan Debora adalah sebagai Hakim di
Israel pada waktu itu. Gelar Hakim dalam
bahasa Ibrani שֹׁפֵט “s̀hōphet”,
mengandung arti seorang yang berperan untuk
membawa
ke dalam hubungan yang benar dengan yang berwenang. Tugas sophetim dalam kitab ini
berbeda dengan konsep umum tentang hakim. Hakim dalam bahasa Ibrani שׁפֵט (dari kata kerja
שָׁפַט saphat qal partisif, maskulin/feminim
tunggal), Hakim ini hanya
mengurusi masalah hukum untuk memutuskan suatu perkara, namun para Hakim dalam
kitab ini memiliki tugas yang lebih luas dari pada itu.
Sedangkan tugas s̀ōphetim
“שֹׁפְטִים”dalam kitab
ini adalah menyelamatkan orang Israel secara militer dari tangan para penindas
mereka (2:16, 18; 3:10). Setelah situasi
aman dan orang Israel bebas dari musuh, sophetim
tetap berfungsi sebagai pemimpin (10:2, 3; 12:7; 12:11, 13; 15:20; 16:31). Beberapa tugas yudisial (berkaitan dengan hukum)
memang juga diemban oleh sophetim
(4:5), namun hal tersebut hanya bagian dari tugas memimpin secara umum. Dalam konteks kuno tidak terlalu membedakan
antara aspek legislatif, eksekutif, dan yudikatif, kata sophetim dari kata kerja (saphat
שָׁפַט ), kata kerja Qal partisip maskulin/feminim
tunggal, sebaiknya
dipahami secara luas dalam arti pemimpin.
Sophet שֹׁפֵט Kata Ibrani menjelaskan tugas seorang
hakim adalah mereka sebagai hakim atau wasit melakukan pertimbangan dan yang
memutuskan hukuman.[84]
Kata Ibrani שֹׁפֵט “sophet”
kata benda Qal partisip
maskulin/feminim
tunggal, memiliki arti
yang sama dengan שֹׁפְטָ֥ה (Jdg 4:4 WTT) ”sophetah”, kata kerja Qal
partisip feminim tunggal,
ini adalah bentuk partisip, bentuk partisip tidak menyatakan waktu, melainkan
melukiskan keadaan sesuatu.[85]
Jadi seorang hakim yang menegakkan keadilan dan
kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar.
Debora
adalah Hakim yang bijaksana, kebijakan Debora mengambil keputusan membuat
bangsa Israel tidak dapat melawan keputusan yang telah diputuskan oleh
Debora. Debora menyampaikan keputusan
dengan cara yang menarik sehingga bangsa itu menyetujui keputusan yang telah diputuskan
oleh Debora. Kecakapan Debora dalam
mengambil keputusan adalah luar biasa hikmat yang diberikan Allah kepada Debora,
sehingga Debora dapat menjalankan tugas sebagai hakim di Israel dengan baik.[86]
Kejahatan
atau dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel, akibatnya mendatangkan hukuman
bagi mereka sendiri. Tuhan menyerahkan
mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di
Haroset-Hagoyim, lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai
sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya
Sisera menindas bangsa Israel dengan keras.
Hakim-Hakim 4:1 “Jahat” atau kejajahatan Kata
Ibrani (רע ra) kata sifat maskulin tunggal
memiliki arti jahat, buruk, susah, dan
rasya berasal dari satu akar yang artinya merusak atau meremukkan sehingga
tak berharga lagi, tidak menyenangkan, tidak enak, menjijikkan. Kata
ini mencakup perbuatan jahat itu dan akibat-akibatnya. Dalam bahasa Yunani, kakos
dan poneros; athesmos dan anomos, yang diterjemahkan tidak mengenal
hukum dan durhaka.
Kata kakia
biasanya diterjemahkan kejahatan, tetapi diterjemahkan kebusukan dalam Roma 1:29 (TB) dan keburukan dalam 1Korintus 5:8. Jadi orang
Israel dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengenal hukum yang melakukan
kejahatan dimata TUHAN, mereka tidak
menyenangkan TUHAN, dan mereka bahkan melakukan hal-hal yang buruk serta
menjijikkan, itulah sebabnya TUHAN menghukum mereka sebagai
akibat kejahatan yang mereka lakukan.[87]
Akibat
kejahatan yang dilakukan oleh bangsa itu, mereka ditindas oleh Sisera selama
dua puluh tahun lamanya. Sisera menindas
bangsa Israel “Menindas” bahasa Ibranioooלָחַץ lahas…kata kerja qal perfeck orang ke
tiga maskulin tunggal, memiliki arti menindih (menghimpit, menekan)
kuat-kuat atau dengan barang yang berat, memperlakukan dengan sewenang-wenang
(dengan lalim, dengan kekeraasan), memeras, menguasai dengan paksa, memerangi
atau memberantas dengan kekerasan. Kalimat
dari kata
kerja qal perfeck orang ke tiga maskulin tunggal adalah “dia telah menekan; dia telah menghimpit
atau dia telah mendesak)”. [88] Jadi Sisera dan tentaranya menindas bangsa
Israel dengan keras. Kalimat ini
menyatakan peristiwa yang telah terjadi atau sudah selesai di masa lampau,
sehingga membuat bangsa Israel berseru kepada TUHAN (4:3).
Atas buah dosa
itu, Allah menyerahkan Israel untuk ditindas oleh Yabin dan Sisera. Kekuatan yang besar karena mempunyai 900 kereta besi. Ini menandakan jumlah pasukan yang besar, karena di atas dan sekeliling
kereta besi itu tentara akan berbaris untuk bertempur. Sembilan ratus kereta besi
merupakan angka yang berlebihan, angka berlebihan kadang-kadang di timur kuno
untuk memperbesar kekuatan lawan dan berfungsi sebagai sarana untuk menambah
kemuliaan yang lebih besar ketika menang.[89]
Oleh karena kekuatan yang besar itu,
mereka dengan keras menekan, menganiaya orang-orang Israel, selama dua puluh tahun pula. Penindasan, bukan karena Kanaan hebat, tetapi karena
Tuhan mengizinkan untuk menghukum Israel sebagai akibat dosa yang
mereka lakukan.[90] Pembahasan yang selanjutnya adalah mengenai
karakteristik seorang Debora yang dapat diteladani oleh pemimpin Kristen masa
kini untuk mecapai kesusksesan. Mencapai
kesuksesan tidak terlepas dari campur tangan Tuhan dan memiliki hubungan secara
pribadi dengan-Nya. Adapun karakteristik
Debora dalam kitab Hakim-Hakim 4:1-16 adalah sebagai berikut:
1. Rendah Hati (Hakim-hakim 4:4-6,7)
Debora
adalah seorang hakim bahkan pemimpin bagi bangsa Israel, tugas seorang hakim
yang dilakukan Debora adalah tugas seorang laki-laki. Kantor Debora untuk mengadili, menghakimi, serta menasihati bangsa Israel di
bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, di situlah
orang Israel datang menghadap berhakim atau meminta supaya perkara mereka
diadili. Debora adalah seorang pemimpin
yang rendah hati ayat (5),
istilah Ibrani
שֹׁפֵט”s̀ōphet” kata
kerja partisip yaitu bentuk-bentuk kata kerja untuk kegiatan yang telah selesai
(perfek) serta kegiatan yang
akan terjadi dalam tekanan imperfek.
Sedangkan istilah s̀ōphet
yang digunakan disini adalah partisip aktif, yaitu kata kerja untuk
menggambarkan suatu kegiatan yang sedang berlangsung atau terus-menerus
berlangsung. Kegiatan ini dapat
berlangsung pada waktu sekarang (present tens) atau pada waktu lampau sesuai
dengan konteks, karena mengungkapkan suatu kegiatan yang berlangsung secara
terus- menerus, maka partisip sering menyatakan suatu sifat. Partisip ini terdiri dari tiga konsonan dasar
dan memiliki urutan vokal yang khas dalam bentuk maskulin tunggal, yakni “o…e”
kata kerja bentuk partisip, jpevo “s̀ōphet”
hakim artinya sedang atau biasa
mengadili, bentuk partisip aktif harus menyesuaikan diri dengan jenis
kelamin dan jumlah dari subyeknya seperti hj'îp.vo “sophetah” kata kerja qal
partisip feminim tunggal.
Jadi kata “sophet”
dapat berarti seorang yang memberlakukan keadilan dengan jalan
menghukum pelaku kejahatan dan membela orang benar, dalam terang ketentuan hukum
tertentu.[91] Debora adalah hakim yang memerintah sambil
menjalankan peradilan (Hakim-hakim 4:4-5), dengan peran panglima perang tetap
ditonjolkan. Debora hakim yang menjalankan
tugas dengan baik, istilah
yang diambil adalah “pemimpin yang profesional” yang bearti bertanggung
jawab. Pemimpin yang bertanggung jawab
adalah mengerjakan tugas dengan senang hati, dan tidak menggerutu. Debora adalah pemimpin yang tunduk pada
profesi dalam arti tunduk
kepada yang memerintah yakni TUHAN.
Profesi
adalah pekerjaan yang diberikan TUHAN
kepada
Debora penuh dengan tanggung jawab,
dan penuh dengan ketundukan yang dipercayakan Allah kepada Debora. Debora sudah biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di
pegunungan Efraim sebagai hakim bagi orang Israel, kata
“biasa” berarti tidak terpisahkan dalam kehidupan Debora sehari-hari, biasa
karena terbiasa artinya menghakimi sudah sering kali dilakukannya.
Dalam pasal 4:6 Debora memanggil Barak
bin Abinoam dari Kadesh untuk maju berperang melawan Sisera panglima tentara
Yabin dan orang-orang Kanaan. Jadi dalam
hal ini Debora tidak menganggap diri lebih tinggi dari pada Barak, meskipun
Debora menjadi orang pertama dari bangsa Israel. Debora menempatkan diri di bawah pimpinan
Barak dan bersama-sama dengan Barak menempatkan diri mereka di bawah pimpinan
Allah.[92] Pesan yang disampaikan Allah kepada Debora
untuk “maju” melawan musuh-musuh mereka adalah perintah langsung dari Tuhan
Allah sendiri.
Oleh sebab itulah Debora menyuruh Barak
agar maju berperangan melawan Sisera panglima perang Yabin raja Kanaan, dengan
keyakinan yang teguh Debora memerintahkan langsung kepada Barak untuk maju
menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani
Zebulon.
Hakim-hakim 4:8-9 “Jawab Barak kepada
Debora: “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut
maju aku pun tidak .” Kata Debora “Baik, aku turut! Hanya engkau tidak akan mendapat kehormatan
dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera
ke dalam tangan seorang perempuan.” Lalu
Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kadesh.
Maksud Debora untuk menyuruh Barak maju
sendiri adalah untuk memberi kesempatan supaya Baraklah sendiri yang akan
dikenang dalam sejarah perjuangan orang-orang Israel pada waktu itu. Tetapi ternyata Barak enggan dan menolak
maksud Debora, karena Barak sedang dikuasai oleh ketakutan terhadap kekuatan
musuh. Debor tidak suka mencari pujian
terhadap diri sendiri, Debora biasa hidup dalam kerendahan hati. Menghadapi kehidupan di tengah-tengah krisis,
sikap rendah hati itu penting, karena orang yang merendahkan diri di hadapan
Tuhan, mereka itulah yang akan ditinggikan pada waktunya. Orang yang rendah hati tidak terganggu dengan
segala gengsi dalam kehidupan. Orang
yang rendah hati akan mudah untuk berserah, dan mereka tetap berharap kepada
Tuhan. Orang yang rendah hati akan
mendapat kemenangan di tengah segala
bentuk krisis yang sedang mereka hadapi.[93]
A.
Tunduk
Tentu tidak mudah bagi Lapidot untuk hidup "di bawah bayang-bayang
istrinya". Jabatan, kedudukan, dan
peranan istrinya begitu besar di mata umat Israel, dan bagi Debora sendiri
tentu sangat mudah untuk "meninggikan dirinya" di hadapan
suaminya. Namun firman Tuhan
mengatakan:" Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala
jemaat" (Efesus 5 :22-23). Di
bagian lain, firman Tuhan mengatakan: " Hai istri-istri, tunduklah kepada
suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan" (Kolose 3:18).[94]
Tunduk kepada suami adalah perintah
Tuhan, dan sebagai seorang yang takut akan Tuhan, dapat diyakini bahwa itulah
yang Debora lakukan.
Debora tidak hanya tunduk kepada suaminya, terlebih sebagai pemimpin yang
berhasil Debora menunjukkan ketaatannya kepada semua perintah Tuhan.[95] Di dalam kitab hakim-hakim, pemimpin-pemimpin
yang berhasil adalah pemimpin yang memperlihatkan ketaatan mereka kepada
perintah Tuhan atau komitmen mereka kepada Tuhan, walaupun perintah itu kadang-kadang
tidak masuk akal. Debora dan Barak juga
adalah pemimpin sukses. Debora
memperlihatkan ketaatannya kepada Allah ketika mereka maju berperang melawan
Bangsa Kanaan (Hakim-hakim 4). Hasil
dari ketaatan mereka atau komitmen mereka, Allah membuat mereka menjadi
pemimpin yang berhasil (Hakim-Hakim 4:16).
B.
Mengutamakan Orang Lain
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
mengutamakan ialah menomorsatukan, menjadikan utama, menganggap lebih penting
atau mendahulukan.[96] Berdasarkan definisi di atas mengutamakan
orang lain berarti menomorsatukan, menganggap orang lain lebih penting atau
mendahulukannya dari kepentingan diri sendiri.
Debora tidak menonjolkan diri, Debora mengutamakan
Barak dalam Hakim-hakim 4:6a. Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari
Kedesh di daerah Naftali” Tuhan sudah berkata kepada Debora sebelumnya untuk
maju melawan panglima Sisera, sebenarnya Deboralah yang maju untuk bertindak
keyakinnya akan kemenangan sudah dimilikinya dengan pasti, akan tetapi Debora
memberikan kesempatan itu kepada Barak, supaya Baraklah dikenang dalam sejarah
ini.
Debora tidak mengutamakan diri sendiri,
Debora ingin Barak mejadi pemimpin yang besar, karena Barak menolak ahkirnya
Debora maju dan tepat bahwa Deboralah yang dikenang sepanjang sejarah dalam
kitab Hakim-hakim sebagai pahlawan bagi bangsa Israel. Debora tidak hanya mengutamakan orang lain
dengan cara mendahulukannya supaya menjadi besar, melainkan Debora mengutamakan
damai sejahtera bagi bangsa Israel.
C.
Mendengar Orang Lain
Kamus
besar bahasa Indonesia mendefinisikan “mendengarkan” ialah mendengar akan
sesuatu dengan sungguh-sungguh; memasang telinga baik-baik untuk mendengar;
memperhatikan, mengindahkan; menurut atas nasihat, bujukan dari orang yang
menyampaikannya.[97] Orang yang mendengar belum tentu
mendengarkan, tetapi orang yang mendengarkan ialah orang yang benar-benar
mendengar dengan memasang telinga dengan baik dengan istilah lain memperhatikan
dengan cermat serta sungguh-sungguh.
Sedangkan
dalam kamus bahasa Inggris mendengarkan memakai kata “phrase” memiliki arti ungkapan, ucapan dengan kata lain menyusun
kata-kata.[98] Maksudnya ialah kata-kata tersusun dengan baik
sehingga membuat orang lain tertarik untuk mendengarnya. Artinya ungkapan atau ucapan yang baik dan
memilik makna membuat orang mendengar dengan sungguh-sungguh, karena keingintahuannya
terhadap apa yang akan dikatakan.
Pengertian lain mendengarkan dalam
bahasa Inggris ialah “listen” yang
artinya mendengarkan bunyi atau memperhatikan orang yang menyampaikan.[99]
Pada waktu Debora memanggil Barak bin Abinoam untuk
memimpin orang Israel maju berperang melawan orang Kanaan. Debora berkata bahwa Tuhan telah menyerahkan
orang Kanaan kepada mereka sehingga mereka tidak perlu merasa takut. Namun Barak menjawab kepada Debora: "Jika
engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun
tidak maju."
Debora berkata: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak
akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN
akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan."[100] Debora juga seorang pendengar yang
baik, ketika Barak mengajukan usulan supaya Debora menemaninya dalam
pertempuran Barak mengatakan bahwa tanpa
Debora dirinya tidak akan maju (Hak 4:8).
Debora tidak memotong pembicaraan Barak ketika Barak menyampaikan suatu
usulan, walaupun sebelumnya Debora tahu bahwa Tuhan sudah mengatakannya, Debora
menghargainya usulannya dan mendengar tentang pernyataannya tidak maju tanpa
ditemani Debora. Debora menerima usulan
Barak, tetapi konsekuensinya ialah Barak tidak akan mendapat kehormatan.
2.
Berani (Hakim-hakim 4:9-10)
Debora adalah pemimpin perempuan yang
berani , meskipun beresiko.
Debora
berani karena kebenaran yang diyakininya sesuai dengan penyataan Tuhan. Dalam menjalankan tugas ini Debora tidak
sendiri, mereka bekerja sama untuk menjalankan tugas tersebut. Perintah Debora kepada Barak pada saat yang
sama merupakan untuk membangkitkan semangat.
“Jangan takut akan jumlah mereka yang banyak” Debora berkata penuh
dengan keyakinan, Debora melihat dari sudut pandang Allah bahwa musuh mereka
akan dikalahkan.
Dalam hal perang suci, kehadiran Debora adalah jaminan, di mata Israel, pemberontakan berjuang untuk akhir
yang pahit melawan musuh kafir dan penindas sekuat Yabin sehingga kehadirannya menandakan kehadiran Tuhan.[101]
Barak berpikir bahwa tidak mungkin
mengalahkan mereka yang begitu banyak dengan sembilan ratus kereta besi, kalau
zaman sekarang kereta besi adalah “Tangki atau Tank”.
Dalam arti alat perang yang digunakan Sisera begitu cangih pada waktu
itu, dengan kata lain alat tersebut modern.[102] Itulah yang membuat Barak tidak berani maju
berperang melawan musuh-musuh mereka, karena kalau Sisera dan orang-orang Kanaan
menyerang dengan kereta besi sangat cepat sekali.
Pasal 4:9 Debora menjawab Barak, kata
Debora: “Baik, aku turut, hanya engkau tidak mendapatkan kehormatan dalam
perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera kedalam
tangan seorang perempuan”. Tuhan akan menjual Sisera ke dalam tangan seorang
wanita-Yael. Debora membuktikan
bahwa pernyataan itu benar. Debora bukan
hanya melihat kapan Allah bekerja dalam sejarah bangsa mereka, bahkan Debora
mendapat pengertian yang lebih dalam mengenai metode yang tepat yang ingin Allah
pergunakan untuk membebaskan umat-Nya.
Karena kebenaran inilah Debora berani
maju berperang memimpin bangsa Israel bersama dengan Barak. Keberanian yang Debora lakukan bukan
sembarang berani, namum Debora berani karena kebenaran ilahi.
Yang menarik dalam bagian ini adalah keberanian Debora mengadili
pemimpin bangsa. Sebagai seorang
perempuan, Debora adalah pemimpin yang tangguh dan berwibawa di hadapan orang
yang dipimpin,serta pengendalian emosi yang baik dan bijaksana.[103]
Debora tidak hanya berani menghakimi
para pemimpin bangsa, dan dalam pertempuran saja, namun Debora berani mengambil
kesempatan untuk memimpin bangsa Israel.
Keberanian Debora sangat luar biasa, Debora berani mengambil kesempatan
menjadi pemimpin, karena kesempatan tersebut tidak akan terulang kembali. Sebagai pemimpin Kristen sebaiknya berani
mangambil langkah perubahan apa bila ada kesempatan. Kesempatan yang baik jangan dilewatkan begitu
saja. Keberanian Debora dapat
diteladani, kesempatan yang diambilnya ialah kesempatan yang baik untuk memulai
langkah perubahan bagi bangsa Israel.
Jika Debora tidak berani mengambil
kesempatan tersebut, maka bangsa Israel tidak akan lepas dari penindasan. Kesempatan ini diberikan TUHAN kepada Barak,
karena Barak ketakutan, maka Deboralah yang mengambil kesempatan dan peluang
tersebut. Jadi sebagai pemimpin tidak
perlu takut mengambil kesempatan yang baik untuk memulai langkah perubahan bagi
lembaga yang sedang dipimpinnya. Jika
seseorang ingin sukses, maka mereka harus berani mengambil kesempatan tersebut.
A.
Karena Kebenaran
Kebenaran bearti
keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya atau sesuatu yang
sungguh-sungguh ada.[104] Artinya kebenaran tersebut sesuai dengan
fakta, apabila seseorang menyatakan kebenaran itu, maka orang tersebut akan membuktikannya
entah dengan cara apa saja supaya orang lain percaya kepadanya.
Keberanian
Debora adalah karena kebenaran yang diyakini sesuai dengan pernyataan
Tuhan. Dalam menjalankan tugas ini
Debora tidak sendiri. Mereka bekerja
sama untuk menjalankan tugas tersebut.
Keberanian Debora tidak diragukan lagi, keyakinannya akan kebenaran
TUHAN yang membuatnya mengambil bertindak benar (Hak 4:9).
B.
Berpegang Teguh pada Pendirian
Berpegang
berarti berpaut, tetap dan pedoman atau tidak barubah-ubah.[105] Berpegang teguh pada pendirian bearti
berpaut, tetap atau tetap pada pendirian dan orang yang tidak berubah-ubah
pikiran. Orang tetap berpegang teguh
biasanya ialah orang memegang suatu perkataan, janji yang telah disampaikan
oleh seseorang kepadanya sebelumnya, orang seperti ini dapat dikatakan orang
tidak berubah-ubah baik dari segi iman, hati, pendirian dan kesetiaan pada
perkataan atau janji yang pasti.
Perintah Debora
kepada Barak pada saat yang sama juga merupakan sesuatu yang membangkitkan
semangat. “Jangan takut akan jumlah
mereka yang banyak,” Debora berkata penuh dengan keyakinan, Debora melihat dari
sudut pandangan Allah, bahwa musuh mereka akan dikalahkan. Debora tidak mudah
digoyahkan oleh seberapa kuat dan banyaknya pasukan Sisera walapun mereka
mempunyai 900 kereta besi, Debora tetap pada pendiriannya bahwa mereka pasti
menang, karena Allah ada dipihak umat-Nya (Hakim-hakim 4:14b).
C.
Berani Mengambil Resiko
Menurut kamus
besar bahasa Indonesia “berani” adalah
mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
bahaya maupun kesulitan; tidak takut dan gentar.[106] Artinya orang tersebut berani mengambil
keputusan meskipun itu berisiko bagi dirinya sendiri, pemimpin yang berani
ialah pemimpin yang tidak gentar terhadap apapun, meskipun itu berisiko bagi
dirinya. Pemberani bearti tidak takut
pada situasi yang ada dihadapannya dan kesulitan-kesulitan itu akan dilaluinya.[107]
Begitu juga apa
yang dilakukan Debora dalam kitab Hakim-hakim 4, kisah ini juga dikontraskan
antara Debora dan Barak seorang panglima perang, dan ternyata Debora terbukti
lebih berani dan berhasil dalam memimpin pasukan.[108] Pada waktu itu Debora hanya memiliki 10.000
tentara yang berjalan kaki, sedangkan musuhnya memiliki 900 kereta besi. Namun dalam kondisi yang tidak menguntungkan
itu, Debora dengan berani mengambil tantangan untuk menjadi pemimpin militer
dan mengalami kemenangan besar karena pertolongan TUHAN.
3.
Motivator (Hakim-hakim 4:8,14)
Kata “motif” diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan daya penggerak dari
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentuk demi mencapai
tujuan. Berawal dari kata motif, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
terutama bila untuk mencapai tujuan yang dirasakan atau mendesak.
Jadi, motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia,
kemunculan itu karena terdorong oleh unsur lain, usur tersebut adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut kebutuhan, jadi motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena
adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan bila mereka tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh dalam diri
seseorang.[109]
Debora adalah salah satu pemimpin wanita memiliki
karateristik yang
baik, yaitu menjadi motivator bagi orang lain.
Hakim-Hakim
4:14 Lalu berkatalah Debora kepada Barak:
“Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera kedalam
tanganmu. Bukankah TUHAN telah maju di
depan engkau?” Lalu turunlah Barak dari
gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia”. Dorongan atau motivasi yang
dilakukan Debora kepada Barak adalah bahwa Debora menghargai orang lain. Perintah Debora kepada Barak untuk maju
melainkan untuk memotivasi Barak. Debora
yakin dengan pesan firman Tuhan yang telah diterima dari TUHAN. Perintah itu adalah langsung dari
perintah-Nya. Oleh sebab itulah Debora
memberi keyakinan kepada Barak untuk maju supaya jangan takut, karena TUHAN
akan menyerahkan Sisera kedalam tangan mereka.
Perintah “Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?”, Perintah ini adalah memberi dorongan semangat bagi
Barak.
Barak tidak
mempercayai janji Allah yang diberikan kepadanya oleh Debora, tetapi karena Barak tidak percaya kekuatan sendiri sedemikian rupa
sehingga merasa terlalu lemah untuk melaksanakan perintah Allah. Debora berjanji untuk menemani Barak, tetapi mengumumkan kepadanya sebagai hukuman atas ini
ingin kepercayaan dalam keberhasilan usahanya, bahwa hadiah kemenangan-yaitu,
kekalahan bermusuhan umum harus diambil dari tangannya, karena TUHAN akan
menjual Sisera ke dalam tangan seorang wanita, yaitu ke dalam tangan Yael…(ayat 9).[110]
Judges 4:15-16 “And
the Lord discomfited Sisera, and all his chariots, and all his army, with the
edge of the sword before Barak.” וַיָּהָם, as in Ex
14:24 and Josh 10:10, denotes the confounding of the hostile army by a
miracle of God, mostly by some miraculous phenomenon of nature: see,
besides Ex 14:24; 2 Sam 22:15; Ps 18:15, and 144:6. The
expression וַיָּהָם places the defeat of Sisera and his army in the
same category as the miraculous destruction of Pharaoh and of the Canaanites at
Gibeon; and the combination of this verb with the expression “with the edge of
the sword” is to be taken as constructio praegnans, in the sense:
Jehovah threw Sisera and his army into confusion, and, like a terrible champion
fighting in front of Israel, smote him without quarter, Sisera sprang from his
chariot to save himself, and fled on foot; but Barak pursued the routed foe to
Harosheth, and completely destroyed them. “All Sisera’s army fell by the
edge of the sword; there remained not even to one,” i.e., not a single man.[111] Arti dari Hakim 4:15-16: "Dan TUHAN mengacaukan Sisera, dan
semua kereta dan segala tentaranya, oleh mata pedang didepan Barak." וַיָּהָם,
seperti dalam Kel 14:24 dan Yos 10:10, menunjukkan pengganggu bala tentara
musuh oleh keajaiban Tuhan, kebanyakan oleh beberapa fenomena ajaib alam: lihat, selain Kel 14:24; 2 Sam 22:15; Mzm 18:15 dan
144:6. Ekspresi וַיָּהָם tempat kekalahan Sisera dan pasukannya dalam
kategori yang sama sebagai penghancuran ajaib Firaun dan orang Kanaan di
Gibeon, dan kombinasi kata kerja ini dengan ekspresi "dengan mata
pedang" alur cerita ini harus diambil dalam arti: TUHAN
melemparkan Sisera dan pasukannya dalam kebingungan, dan, seperti pertempuran
juara mengerikan di depan Israel, membunuh dia tanpa kuartal, Sisera melompat
dari atas keretanya menyelamatkan diri, dan melarikan diri dengan berjalan
kaki, tetapi Barak mengikuti musuh dialihkan ke Haroset, dan benar-benar
menghancurkan mereka. "Semua tentara Sisera tewas oleh mata pedang;
tidak ada satu orangpun yang tinggal hidup.”
Di dalam Hakim-hakim 4:15 TUHAN “mengacaukan Sisera” mengacaukan dalam bahasa Ibrani adalah וַיָּ֫הָם,“ wayyāhām”
dari akar kata הָמַם “hamam” kata kerja Qal imperfeckt orang ke tiga maskulin tunggal
dengan awalan penghubung waw konsekutif, yang memiliki arti “mengacaukan,
menghamburkan. Jadi kalimatnya adalah “ dan Dia telah mengacaukan, atau dan Dia telah
menghamburkan”. Dalam bahasa Ibrani
kata kerja sering sekali dibubuhi awalan penghubung waw konsekutif (w>)).
Untuk dapat mengerti maksud
kalimat Ibrani secara tepat perlu diketahui bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus,
yakni mengubah tenses kata kerja tersebut.
Contoh “perfek’ yang didahului
oleh awalan penghubung (waw konsekutif) dan menyatakan pengertian “imperfek”,
sedangkan “imperfek” yang didahului
oleh awalan penghubung (waw konsekutif) disebut imperfek konsekutif yang menyatakan pengertian “perfek”. Peristiwa ini telah terjadi di masa lampau yang sudah selesai.
Artinya TUHAN telah membingungkan atau
mencerai-beraikan Sisera dan tentaranya oleh pedang, karena keajaiban Tuhan. Sebagian besar oleh beberapa fenomena alam: yakni
curah hujan yang deras menyebabkan sungai Kison meluap. Hal ini menyebabkan kereta perang macet karena
lumpur, ini merupakan perangkap kematian bagi Sisera dan tentaranya, kondisi
ini mengejutkan medan pertempuran tersebut.
Keluaran 14:24; dan Yosua 10:10; 2 Samuel 22:15;
Mazmur 18:15, dan 146:6. Ungkapan ini וַיָּ֫הָם wayyāhām, menempatkan kekalahan Sisera dan tentaranya dalam kategori
yang sama sebagai kehancuran ajaib Firaun dan orang Kanaan di Gibeon, dan
kombinasi kata kerja dengan ungkapan “dengan mata pedang” gagasan cerita ini
memiliki arti: TUHAN melemparkan Sisera dan pasukannya dalam kebingungan, dan
seperti seorang juara berkelahi di depan orang Israel yang mengerikan,
memukulnya tanpa berkali-kali, Sisera melompat dari keretanya untuk
menyelamatkan diri sendiri dan melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi
Barak mengejar musuh sampai ke Haroset, dan benar-benar menghancurkan
mereka.
Semua tentara Sisera tewas oleh
mata pedang; tidak ada seorangpun yang tinggal hidup. Keputusan
yang diambil oleh Debora pada saat pertempuran tersebut merupakan keputusan
sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.
Pertempuran tersebut bukan antara Barak dan orang Israel, melainkan
antara Sisera dan orang-orang Kanaan dengan Allah. Akhir pertempuran ini sudah dapat dipastikan
pertempuran dimulai bahwa kemenangan ada dipihak Allah.
Jadi
dalam hal ini yang bertempur bukan Barak melainkan Allah sendiri, Barak
hanyalah media yang di pakai Allah untuk melakukan peperangan tersebut. Mereka mengakui campur tangan Allah dalam
peristiwa itu. Mereka mengejar musuh
dengan tekad yang sungguh-sungguh dan tidak seorangpun yang tinggal hidup. Kegiatan dalam masyarakat dapat berfungsi
dengan cara yang terbaik apabila laki-laki dan perempuan secara harmonis
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah kepada mereka. Debora dan Barak menunjukkan betapa benarnya
prinsip itu. Biasanya laki-laki
bertanggung jawab untuk memimpin, tetapi dalam peristiwa ini perempuanlah yang
memegang pimpinan.
Allah
tidak selalu bekerja dengan mengikuti pola-pola tertentu saja, namun Allah
selalu mencari orang-orang yang bersedia dipakai sebagai alat apa saja sesuai
dengan kehendak-Nya. Debora tidak menggunakan
kekuasaan sebagai pemimpin dengan semena-mena, Debora bertindak dalam
batas-batas yang menjadi tanggung jawab sebagai pemimpin. Debora adalah seorang perempuan yang hebat
dan berbakat yang dapat menjalankan tugas dengan cakap, sebagai perempuan yang
memiliki kekuatan rohani dan rohani yang sangat hebat. Debora juga mengajarkan hukum-hukum Allah
kepada bangsa Israel. Tetapi selain itu
juga Debora mahir dalam memberi petunjuk-petunjuk yang tepat untuk operasi
militer. Debora pandai menggunakan
pedang seperti mempergunakan
pena. Debora tidak membanggakan kekuatan
terbesar kemanusiawian yang dimiliki, walaupun sangat banyak menonjol.
Debora mengetahui bahwa kekuatan itu
hanya berasal dari Allah saja. Dalam
nyanyian Debora (pasal 5) yang merupakan puisi yang paling tertua dan yang
paling indah dalam puisi Ibrani kuno, membuktikan bahwa kekuatan tersebut ada
di dalam Allah. Artinya adalah sukacita
terbesar yang mereka alami dari peristiwa tersebut berasal dari Allah. Dalam kisah
ini Barak sebagai pelaku perang, tetapi tokoh yang utama diceritakan
dalam kitab ini adalah Debora.[112]
Pertempuran yang hebat dalam campur
tangan Allah, membuat Debora dan Barak beserta bangsa Israel mengalami
kemenangan oleh anugerah Allah. Dalam
pasal 4:16 melihat kekalahan itu Sisera mengambil kesempatan untuk lolos dan
melarikan diri. Tetapi Sisera tidak dapat meloloskan diri,
akhirnya Sisera mati ditangan Yael sebagaimana yang telah dinubuatkan Debora
(Hakim-hakim 4:18-21).[113]
A. Peduli Terhadap Orang Lain
Peduli berarti
mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.[114] Orang yang peduli berarti menyatakan sikapnya
terhadap orang lain, artinya ada sesuatu yang terjadi di masyarakat yang sangat
memprihatinkan sehingga membuat seseorang bertindak untuk melakukan hal yang
baik terhadap orang yang akan ditolongnya.
Markus 1:40-42,
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta ”Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan
tangan-Nya dan menjamah orang itu”(ayat 41).
Belas kasihan Tuhan Yesus terhadap seorang sakit kusta menandakan
bahwa Ia peduli. Tuhan Yesus adalah
pemimpin yang menunjukan belas kasihan yang besar terhadap orang yang sakit
kusta, Ia tahu penderitaan yang dialami oang kusta itu, karena Dia Tuhan yang
sangat peduli maka Yesus segera menjamah orang kusta, lalu sembuhlah penyakit
orang kusta.
Pemimpin yang
merasa kasihan peduli dengan para pengikutnya, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok. Seorang pemimpin
sebaiknya melatih rasa belas kasihan ini dengan penuh pemikiran dan doa.[115] Debora adalah pemimpin yang peduli terhadap
bangsanya. Kepeduliannya tidak hanya dalam masalah sosial politik, Debora
sangat prihatin terhadap kerohanian bangsanya yang sangat terpuruk (Hak 4:1). Demikianlah hendaknya seorang pemimpin
Kristen sebaiknya peduli terhadap para pengikut dan orang disekitarnya yang
membutuhkan pertolongan seperti hati Debora.
B. Menjadi Pendengar yang Baik
Pendengar dalam
kamus besar bahasa Indonesia ialah alat untuk pendengar atau mendengarkan orang
yang mendengarkan, baik mendengarkan pidato, musik, dan mata kuliah saat mahasiswa sedang belajar di
dalam kelas.[116] Debora tidak hanya menjadi pendengar yang
baik bagi Barak, Debora ialah orang yang mendengarkan perintah Tuhan, kemudian
melakukan perintah itu sesuai dengan firman Tuhan kepadanya.
Ketika TUHAN
memerintahnya untuk menjadi hakim di Israel Debora tidak menolaknya. Debora mendengarkan panggilan TUHAN dengan saksama
(Hakim-hakim 4:6-7) dan menunjukan kualitas kepemimpiannya dengan mempercayakan
tugas-tugas kepada orang-orang yang sesuai.
Debora rela menghadapi bahaya demi TUHAN, dan dalam segala yang
dilakukannya Debora menempatkan TUHAN sebagai pusat tindakan dan
kepercayaannya.
C. Mengajak pada Kebaikan
Mengajak berasal
dari akar kata “ajak” yang artinya meminta, mempersilahkan, menyuruh atau
membangkitkan hati supaya melakukan sesuatu.[117] Dari pengertian ini berarti seseorang diajak
untuk melakukan sifat baik atau perbuatan baik, yaitu manusia yang dianggap
baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku. Setelah Yosua meninggal, bangsa Israel tidak setia kepada Allah (berpaling
dari Allah). Debora adalah pemimpin
bangsa Israel. Orang-orang datang kepadanya meminta nasehat. Debora mencoba mengajak Israel kembali kepada
Allah.[118]
D. Mengerti Keinginan Orang Lain
Mengerti dalam arti bahasa Inggris ialah
“understand” yang artinya mengerti,
paham, mengetahui atau menangkap.[119] Mengerti keinginan orang lain berarti
menerima apa tujuan yang dimaksudkan tentang apa yang dikatakannya, usulannya. Dalam hal untuk mengerti keadaan orang lain
seseorang perlu hikmat dan kebijaksanaan untuk memutuskan sesuatu. Mengerti keinginan orang lain yang dimaksud
ialah berusaha memahami keadaan yang sedang dialaminya yang membuat seseorang
tidak bisa melakukannya seorang diri, artinya orang itu membutuhkan pertolongan
dari orang yang mau mengerti keinginannya.
Debora adalah orang yang mengerti orang
lain, contohnya pada ayat 8 Barak mau maju kalau Debora menemaninya. Debora ingin mengerti apa keinginan Barak,
kemudian Debora mengabulkan keinginan Barak agar menemaninya dalam pertempuan
(Hakim-hakim 4:9).
[63] Boschman. H, Disadur Oleh Supit.
B, Ringkasan Pengajaran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
hlm. 33
[64] Andrew Hill. E. dan John Walton.,
Survei Perjanjian
Lama, (Malang:
Gandum Mas, 2001), hlm. 277.
[65] Ibid., hlm. 82-83
[66] J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1990), hlm. 71-75.
[67] W. S. Lasor Dkk, Pengantar Perjanjian Lama
1: Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm. 308.
[68] Ibid., hlm. 278.
[70] Kitab-Kitab Sejarah dalam
Perjanjian Lama, Online: http://www.google.co.id/. diakses 22
Desember 2011.
[73] Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2006), hlm. 370.
[74] Andrew E. Hill & John H. Walton, A Survey of the Old Testament,
(Grand Rapids: Zondervan, 2000), hlm. 198-199.
[75] Bill T.
Arnold & Bryan E. Beyer, Encountering
the Old Testament, (Grand Rapids: Baker, 1999), hlm. 184.
[76] V i o l e t
E x e l l ,
E l i u d S a n g u d a n J a c k y R i l e y ,
d i t e r j e m a h
Y a h y a R a m l i ,
M e l i h a t k e d a l a m P e r j a n j i a n
L a m a : B a g i a n
k e d u a K i t a b - k i t a b S e j a r a h Y o s u a - E s t e r , ( B a n d u n g : K a l a m H i d u p ,
[t .th ]) , h l m .
8 7.
[78] Ibid., hlm. 87.
[81]
Matthew Henry’S, (Quick Verse versi 14.0.1.1, 2010), Commentary
On The Old Testament Parsons Church Group A Division Of Findex. Com Omaha Nebraska.
[82] Pahlawan. Online: http://www.yohanesbm.com.
diakses 21 Desember 2011.
[84] Ibid., hlm. 31.
[85] Agus Santoso,
Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani, (Ungaran:
Abdiel Press, 2009), hlm. 101.
[86] R. James Shott:
diterjemahkan oleh
Alida Simanjuntak, Deborah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), hlm. 122-123.
[89]Walton, John H. Victor H. , Mark W, Matthews dan Chavalas, (Quick Verse Versi
14.0.1.1, 2010), Ivp Bible Background Commentary: Old Testament.
[91] Ayub Ranoh,
Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis atas kepemimpinan Sukarno,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1999).,
hlm. 121.
[93] Yuli Wahyu, Lima Sikap ditengah Krisis,
Online: http://www.google.co.id/.
diakses 22 Desember 2011, hlm. 3.
[94] Wanita yang Patut diingat,
Online: http//www.Jawaban.com/. diakses 26 April 2012.
[95] Kepemimpinan Debora, Online: http://www.zoeartos.blogspot.com/.
diakses 25 April 2012.
[98] Jonh M. Echols dan Hassan
Shadily, Kamus Inggris –Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 428.
[100] Hidup Biasa yang Menjadi Luar
Biasa, Online: http//www. dmanongga.blog.co.uk/. diakses 26 April 2012.
[101]
Fausset Jamieson, and Brown,
dkk., (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010), Old Testament Volume New Commentary On The Whole Bible Based On The Classic Commentary.
[103] Keberanian: Debora, Online: http://www.book.
Google.co.id/. diakses 23 Desember 2011, hlm 24.
[104] Tim Penyusun., hlm. 172.
[107] Bill Hybels, Kepemimpinan
yang Berani, (Batam Centre: Gospel Press, 2004), hlm.11-15.
[109] Sardiman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.
73-75.
[110] Keil, C.F. dan Delitzsch F., (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010)., Commentary
On The Old Testament, Joshua–2
Samuel.
[111] C.F. Keil
& f. Delitzsch., (quick verse, 2010),
Commentary on the Old Testament
Vol. 2: Joshua–2 Samuel.
Vol. 2: Joshua–2 Samuel.
[112] Ibid., hlm. 102.
[113] Ibid.
[115] Michael W. Smith dan Jacob L.
Stevenson, Kepemimpinan Visioner: 52 Prinsip yang Menjadikan Yesus Pemimpin
Terbesar Sepanjang Masa, (Jakarta: Prestasi Pustaka Kasih, 2004), hlm.
21-22.
[118] Debora Berbicara atas Nama
Allah, Online: http://globalrecordings.net/. diakses 27
April 2012.
Luar biasa dan menjadi berkat. sangat mengedukasi. Tuhan Yesus memberkati.
BalasHapusTerima kasih pak Ronny, selamat melayani dan tetap semangat..
Hapussangat2 terberkati dengan artikel ini...terima kasih pak :)
BalasHapus