Rabu, 27 Juni 2012

BAB III KETELADANAN DEBORA SEBAGAI PEMIMPIN MENURUT HAKIM-HAKIM 4:1-16


BAB III
KETELADANAN DEBORA SEBAGAI PEMIMPIN
MENURUT HAKIM-HAKIM 4:1-16
Sebagai pemimpin sebaiknya memiliki karakteristik yang baik, karena jika tanpa karakter yang baik seorang pemimpin tidak dapat memimpin dengan baik dan tidak dapat mencapai tujuan dengan maksimal.  Karakteristik yang dapat dimiliki oleh seorang pemimpin adalah rendah hati, berani.  Berani disini bukan sembarang berani, berani yang dimaksud adalah berani karena kebenaran dalam arti tidak  kompromi dengan kejahatan, korupsi dan lain sebagainya.  Kemudian terakhir karakteristik seorang pemimpin adalah menjadi motivator bagi bawahan dan murid-murid mereka.  Bab ini akan membahas mengenai kitab Hakim-hakim, biografi Debora, karakteristik Debora sebagai pemimpin dan eksegesanya.

A. Introduksi Kitab Hakim-hakim

Pada waktu umat Israel tiba di tanah yang dijanjikan, mereka tidak mempunyai raja, sebab sebenarnya hanya Tuhan Allah raja mereka.  Tetapi setelah mereka tidak setia lagi kepada Tuhan, Allah menyerahkan mereka kepada musuh selaku hukuman.[63] Ketika kesusahan itu mencapai puncaknya Tuhan membangkitkan orang-orang perkasa menjadi panglima dalam peperangan, dan setelah peperangan selesai mereka mendapat kemenangan, maka panglima itu sangat dihormati, dipandang selaku hakim-hakim.
Pada waktu Yosua memperbaharui perjanjian dengan umat Israel di Sikhem, bahwa mereka menegaskan tidak pernah meninggalkan Tuhan untuk ilah-ilah lain.  Yosua menjawab mereka, bahwa mereka tidak akan mampu untuk hidup bagi Tuhan, mereka akan tidak setia dan itu akan mendatangkan bencana atas diri mereka sendiri (Yosua 24:16-20).[64]  Peristiwa yang ditakuti Yosua terhadap bangsa Israel benar-benar menjadi kenyataan, maka selama beberapa abad Tuhan  secara berkala memberikan pemimpi-pemimpin yang datang untuk membantu mereka.  Pemimpin-pemimpi ini disebut “pelepas” atau “orang yang membawa keadilan”.  Nama yang diberikan kepada mereka adalah Hakim-hakim.
Dalam kitab Hakim-hakim ada tiga belas Hakim.[65] Pertama, adalah Otniel yang mengalahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram Mesopotamia (3:7-11).  Kedua Ehud, yang membunuh Eglon, raja Moab (3:12-30.  Ketiga, Samgar yang mengalahkan orang Filistin (3:31).  Keempat, Debora dalam pasal 4-5 berita tersebut dalam bentuk  prosa dan puisi mengenai Debora.  Di zaman Debora, Barak adalah pemimpin Israel.  Musuh bangsa Israel ialah Sisera bersama orang Kanaan yang mau mengeluarkan orang Israel berdiam di bagian utara Karmel.  Kelima, Gideon. 
Dalam pasal 6-8 didapati mengenai cerita Gideon yang mengalahkan orang Median.  Keenam, Abimelekh (pasal 9).   Juga dalam kitab ini ada Hakim-hakim yang kurang terkenal, seperti yang ketujuh, Tola (pasal 10:1,2), delapan, Yair (pasal 10:3-5), sembilan, Ebzan (pasal 12:8-10), sepuluh, Elon dari suku Zebulon (pasal 12:11-12) dan yang sebelas, Abdon (pasal 12:13-15).  Hakim-hakim ini di sebut “Hakim kecil”.  Yang lebih penting adalah Yefta dan Simson.  Dua belas, Yefta mengalahkan orang Amon (11:30-40) dan tiga belas, Simson yang mengalahkan orang-orang Filistin (pasal 13-16).[66]

1.  Penulisan Kitab Hakim-hakim
Dalam kitab Hakim-hakim tidak ada petunjuk mengenai penulisnya.  Dalam tradisi Yahudi, kitab ini ditulis oleh Samuel, namun pandangan ini tidak dapat diterima karena tidak jelas.[67]  Indikasi mengenai penulisan atau penyusun kitab ini tidak ada, mengenai Samuel penulis kitab inipun tidak jelas sementara ungkapan yang berulang-ulang oleh narator bahwa pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel (17:6; 18:1), memberikan bukti yang jelas pada waktu (si penulis) menuliskan peristiwa-peristiwa ini bangsa itu telah mempunyai raja.  Dari petunjuk ini perlu dipahami bahwa penulis melibatkan satu proses yang barangkali beberapa abad.[68] 
Penulis kitab ini tidak jelas.  Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
Pertama, penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hakim-hakim 18:31; Hakim-hakim  20:27; bandingkan.  1 Samuel 4:3-11);
Kedua, penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hakim-hakim 17:6; 18:1; 19:1; 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
Ketiga, Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hakim-Hakim 1:21; bandingkan. 2 Samuel 5:7). 
Keempat, petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM).  Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.  Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (Hakim-hakim  2:1-5).  Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ulangan  28:25,33,48).  Kitab Hakim-hakim menggaris bawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.  Tanggal penulisan kitab ini kira-kira 1050-1000 SM.

2.  Latar Belakang Kitab Hakim-hakim

Kitab Hakim-hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel.  Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku.  Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga.  
Para hakim (berjumlah tiga belas orang dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada suku mereka sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel.  Samuel yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.

3. Judul kitab Hakim-Hakim

Judul kitab ini ditemukan dari gelar atau panggilan yang diberikan kepada pemimpin-pemimpin yang diangkat oleh Tuhan untuk memerintah bangsa Israel antara zaman Yosua dan zaman raja-raja.  Judul kitab ini “Hakim” adalah seorang yang diangkat oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya, supaya mereka mengetahui bagaimana seharusnya mereka hidup sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, serta melepaskan mereka dari penjajahan dan penindasan dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka.[69] 
Nama kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut “שֹׁפְטִים” (ōpetim) yang berarti Hakim-hakim (Hakim 2:16;11:27), dalam Septuaginta disebut dengan istilah “Κριται” (Kritai), dan dalam Vulgata disebut 'Judicum'.[70]  Judul LAI: TB juga “Hakim-hakim” diambil dari versi Inggris “Judges” yang juga diadopsi dari versi Latin (Vulgata) “Judicum”.  Semua judul ini berasal dari tradisi LXX (septuaginta) yang memberi judul Kritai (“Hakim-hakim”).


4.  Tema Kitab Hakim-hakim
Tema kitab Hakim-hakim adalah “Kemurtadan dan pembebasan”.  Kemurtadan bangsa Israel adalah penyimpangan mereka terhadap Allah yang kemudian beralih kepada allah-allah asing.  Kemurtadan yang mereka lakukan membuat Allah menghukum mereka melalui penjajahan dan penindasan dari bangsa lain.  Begitu berat penindasan yang mereka hadapi sehingga mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan mendengarkan doa mereka, kemudian Tuhan membangkitkan pemimpin-pemimpin untuk melepaskan atau membebaskan mereka dari penindasan tersebut.[71]

5.  Tujuan Penulisan Kitab Hakim-hakim
Tujuan kitab Hakim-hakim adalah menyelidiki apa yang terjadi secara teologis selama tahun-tahun antara Yosua dan Daud.  Tuhan telah memberikan negeri yang dijanjikan kepada umat Israel, dan dalam perjanjian di Sikhem mereka telah merumuskan komitmen mereka untuk tetap setia kepada-Nya (Yosua 24).  Namun selama berabad-abad telah terjadi kegagalan yang pada akhirnya diselesaikan ketika Tuhan secara resmi menetapkan perintah di bawah raja melalui perjanjian (2 Samuel 7).[72]
Dari segi sejarah, Hakim-hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel.  Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.

6.  Survei Kitab Hakim-hakim

Kitab Hakim-hakim terbagi atas beberapa bagian utamaBagian pertama (1:1-3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.  Bagian kedua (3:7-16:31) merupakan bagian utama kitab ini.  Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya.  
Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (Ibrani 11: 32).  Bagian ketiga (17: 121:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel.

7. Ciri-ciri Khas Kitab Hakim-hakim
Ada enam ciri khas kitab Hakim-hakim:
Pertama, Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
Kedua, Kitab ini menggaris bawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam: 
Pertama, Menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
Kedua, Dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
Ketiga, Ketika umat Allah merendahkan diri mereka, bercela, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (2 Tawarikh 7:14).

Ketiga, Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (21:25; bandingkan. 17:6).
Keempat, Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
Pertama, Jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan.
Kedua, Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas.
Ketiga, Para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.

Kelima, siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" (2:11; 3:7).
Keenam, Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat dari pada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani.  Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.[73]

8. Teologi Kitab Hakim-hakim


Kitab Hakim-hakim mengajarkan beberapa konsep teologis yang penting.  Pertama, natur dari kepemimpinan para hakim.[74]  Para hakim tidak dipilih maupun ditahbiskan secara formal melalui pengurapan.  Mereka muncul untuk menjawab kebutuhan tertentu yang mendesak.  Allah langsung memilih mereka melalui nubuat (4:4-7) maupun malaikat (6:12-14).  Kepemimpinan mereka juga tidak diwariskan kepada keturunan mereka.  Gideon menolak permintaan bangsa Israel untuk menjadikan dirinya dan keturunannya sebagai pemimpi mereka (8:22-23). 
Keterkaitan para hakim dengan aspek-aspek kerohanian tidak terlalu tampak.  Mereka memang seharusnya membawa orang Israel menaati TUHAN, tetapi hal itu seringkali tidak terjadi, entah karena orang Israel tidak mau mendengarkan mereka (2:17) atau mereka sendiri melakukan kesalahan (8:27).  Mereka tidak pernah dihubungkan dengan kemah suci maupun tabut perjanjian.  Pemilihan mereka pun tampaknya tidak selalu didasarkan pada pertimbangan kualitas kerohanian.  
Para hakim melakukan tindakan-tindakan negatif tertentu (Gideon bersikap sebagai pengecut dan menyebabkan bangsa Israel menyembah berhala, Yefta melakukan pengorbanan anak, Simson mengumbar nafsu seksual), bahkan mencapai keberhasilan mereka dengan cara yang tidak benar (Ehud menipu Eglon).  Gambaran di atas merupakan pelajaran rohani yang penting.  Tidak semua orang yang dipakai TUHAN secara hebat adalah orang yang sempurna.
Pertama, sebagai pemimpin tidak boleh menjadikan kehidupan para hakim sebagai teladan tanpa melihatnya dari terang firman Tuhan. 
Kedua, kaitan antara TUHAN dan dosa manusia.  Kitab Hakim-hakim menceritakan bagaimana Allah berdaulat sekalipun dalam tindakan-tindakan manusia yang berdosa.  Bangsa Israel berdosa dengan tidak menghalau penduduk Kanaan (2:1-5), namun hal itu dipakai TUHAN untuk tujuan yang lain, yaitu menguji kesetiaan mereka (2:3, 21-23; 3:1, 4) dan melatih generasi yang akan datang untuk berperang (3:2).  TUHAN sengaja tidak menghalau musuh mereka (1:19; 2:3, 21).  Ketika orang-orang Israel tidak setia kepada TUHAN, Ia menghukum mereka dengan cara menyerahkan mereka ke tangan musuh yang mungkin lebih jahat daripada mereka (3:8, 12; 4:2; bdk. Hab 1:5-11, 13).
Beberapa kemenangan diraih melalui cara-cara yang tidak benar (3:19-22; 4:17-21), tetapi dalam semua itu TUHANlah yang memegang kendali (3:28; 4:9b; 5:24-27).  Ketika Simson mendesak orang tuanya untuk menikahkannya dengan seorang perempuan asing (14:1-3), hal itu memang bagian dari rencana Allah untuk mengalahkan bangsa Filistin (14:4).  Ketika Simson memohon kekuatan untuk terakhir kalinya untuk merobohkan gedung pertemuan supaya semua bangsa Filistin yang ada di dalamnya (termasuk Simson sendiri) mati, TUHAN mengabulkan permintaan itu (16:28-30). 
Ketiga, Roh TUHAN.  Frase “Roh TUHAN” muncul berkali-kali dalam kitab ini (3:10; 6:34; 11;29; 13:25; 14:6, 19; 15:14).  Karya Roh Kudus dalam Alkitab sangat beragam.  Dalam konteks Kitab Hakim-hakim karya yang ditekankan adalah pemberian kuasa (empowering).  Kehadiran Roh Kudus bukan “sekali untuk selamanya” (bdk. Ef 5:18), tetapi pada saat-saat tertentu yang diperlukan.  Simson dipenuhi Roh TUHAN beberapa kali (13:25; 14:6, 19; 15:14), yang menunjukkan bahwa kehadiran Roh Kudus bersifat tidak permanen.
Ketika rambutnya dipotong, itu berarti TUHAN telah meninggalkan Simson (16:20).  Setiap kali Roh TUHAN menghinggapi seorang hakim, maka mereka diberi otoritas kepemimpinan (3:10), kekuatan ekstra untuk memegang dalam pertempuran (3:10; 11:29; 14:6, 9; 15:14), otoritas atas suku-suku lain (6:34-35).
Keempat, penyembahan berhala.  Kitab Hakim-hakim memberikan catatan yang sangat banyak tentang dosa penyembahan berhala yang dilakukan orang Israel.  Pasal 2:19b mengatakan, “dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu”. Walaupun sudah dihukum berkali-kali mereka tetap melakukan dosa tersebut.  Kitab Hakim-hakim memberikan beberapa jawaban:
Pertama, Tidak adanya para pemimpin rohani yang kompeten (2:7; 4:1; 8:33; 17:6; 21:25); (2) kekerasan hati (2:17);
Kedua, Kurangnya pengenalan terhadap perbuatan TUHAN yang ajaib di masa lampau (2:10-11; bdk. Ul 6:4-9);
Ketiga, Pengaruh lingkungan (2:3), terutama konsep monoteisme yang sangat eksklusif dan aneh menurut ukuran waktu itu;
Keempat, Perkawinan campur (3:6; bdk. Hak 14-16).
Kelima, Anugerah TUHAN. 
Keenam, Kedaulatan TUHAN atas para dewa kafir.
Walaupun kata “kasih karunia” hanya muncul sekali (6:17), tetapi konsepnya dapat terlihat di seluruh kitab.  Konsep ini dinyatakan dalam berbagai cara.  Penyelamatan yang dilakukan TUHAN berkali-kali membuktikan anugerah-Nya yang sangat besar.  Alasan dibalik penyelamatan tersebut adalah belas-kasihan TUHAN (2:18b).[75] 
Seluruh Kitab Hakim-hakim sebaiknya dipandang dalam konteks keagamaan politeisme pada waktu itu.  Salah satu dosa utama bangsa Israel pada waktu itu adalah politeisme (2:12, 17; 3:7; 6:10; 8:33).  Ketika TUHAN memanggil Gideon, Ia memerintahkan Gideon untuk meruntuhkan mezbah Baal (6:25-26).  Beberapa kisah peperangan secara jelas menunjukkan sentimen antar allah (11:24; 16:23-24).  Dalam konteks ini TUHAN menampilkan pribadi-Nya yang berdaulat.  Kemenangan bangsa kafir atas Israel, karena TUHAN menyerahkan bangsa Israel kepada mereka, bukan karena kehebatan mereka begitu pula dengan kemenangan bangsa Israel, tetapi TUHANlah yang menyerahkan bangsa Midian ke dalam tangan bangsa Israel (7:7).

B.  Biografi Debora
Debora adalah seorang nabiah yang menerima firman Allah untuk disampaikan kepada umat-Nya yang memerintah sebagai hakim atas Israel dan memimpin bangsa Israel dalam kemenangan atas orang Kanaan bersama Barak. Debora memiliki suami yang bernama Lapidot.  Pada suatu ketika orang Israel berseru kepada Tuhan lalu Allah menyampaikan firman-Nya kepada  Debora, firman itu dikhususkan bagi Barak panglima perang.[76]
Seorang wanita hebat ini mengatur pemerintah, dan memobilisasi bangsa Israel dalam masa darurat nasional.  Debora adalah seorang perempuan yang memimpin Israel, Debora sangat dihormati.  Kualitas kepemimpinan Debora tidak diragukan lagi.  Selain nabi, mungkin juga dapat diperhatikan bahwa Debora adalah seorang wanita yang sudah menikah (Hakim-hakim 4).  Sebagai seorang hakim yang memimpin Israel Debora tetap tunduk kepada sang suami Lapidot dalam kehidupan sehari-hari.  Pernikahan tidak pernah dirancang untuk menghalangi pelayanan wanita; pernikahan justru dirancang untuk mendukung pelayanan. 
Debora adalah salah satu pahlawan wanita dalam sejarah.  Debora adalah salah satu wanita yang paling bertalenta dalam Alkitab, seorang istri, ibu, nabi, hakim, penyair, penyanyi, dan pemimpin politik.[77]  Hidup Debora adalah ilustrasi yang indah tentang kekuatan bahwa kaum wanita dapat memengaruhi masyarakat dengan hal-hal yang baik.  Pengaruh besar yang dimiliki Debora adalah bukti nyata bahwa semua orang Israel datang kepada Debora untuk meminta nasihat dan penilaian.  Kehidupan Debora dicatat di dalam Hakim-hakim pasal 4-5.  
Kalau memperhatikan kondisi dan latar-belakang dari Debora, maka Debora saat itu dibesarkan di tengah-tengah masyarakat yang patriakhal.  Sebagaimana dapat dipahami bahwa dalam masyarakat patriakhal sebenarnya tidak membuka kemungkinan bagi seorang wanita untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi memimpin perang.  Seorang wanita tidak boleh diremehkan, Debora adalah wanita yang hebat dan bijaksana serta berani membela kebenaran.
Di dalam Hakim-hakim 4:4 dicatat bahwa Debora sebenarnya hanya bertugas sebagai seorang nabiah (mulut TUHAN) yang secara khusus mengadili berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat Israel, tetapi karena kondisi umat Israel sedemikian buruk, maka Debora melakukan tugas yang mulia di bawah pohon korma.  Selain itu di Israel juga tidak ada tokoh atau pemimpin lain yang mampu berperan, sehingga kondisi patriakhal saat itu tidak mampu mencegah Debora untuk tampil sebagai seorang pemimpin utama.  Sehingga dalam keadaan yang sulit dan kritis, Debora dapat tampil sebagai panglima perang dan memerintah di Israel.  Alasan TUHAN mengangkat hakim adalah untuk melepaskan umat-Nya dari tangan orang kafir.[78]  Jadi, menurut kitab Hakim-hakim wanita boleh memimpin (band. 1 Timotius 2:12). 
Pasal 4 berisi kisah dalam bentuk narasi dan pasal 5 berisi kisah dalam bentuk puisi.  Dari itulah dapat menemukan fakta-fakta tentang kehidupan Debora.[79]  Tugas-tugas dan pelayanan Debora sama dengan tugas dan pelayanan hakim-hakim Israel lainnya, bahkan lebih banyak.  Dalam bagian ini dapat dilihat mengenai seorang Debora adalah sebagai pemimpin suatu bangsa, membantu menyelesaikan perselisihan mereka (Israel), Debora juga seorang nabiah yang memberikan petunjuk Tuhan kepada bangsa Israel, Debora dihormati oleh semua orang, Debora dipanggil oleh Allah, tanah yang ditinggali bangsa Israel menjadi damai selama 40 tahun karena pelayanan Debora (Hakim-hakim 4 dan 5).  Jika Debora ditempatkan dalam konteks sekarang, Debora menduduki posisi pendeta, nabi, dan pengajar.[80]
Debora dikhususkan sebagai pelayan Israel pada waktu Yabin menindas bangsanya.  Debora adalah seorang nabiah atau mulut Tuhan untuk bangsa Israel, mengoreksi pelanggaran dan menyelesaikan keluhan, terutama yang terkait untuk menyembah kepada Allah mereka.[81]

C.  Karakteristik Debora

Sebagai seorang pemimpin yang berkharisma dan bijaksana dalam mengambil setiap keputusan, Debora seorang yang memiliki karakter yang baik.  Karakteristik yang dimiliki Debora sangat mendukung dalam kepemimpinan dan tugas kehakimamnya bagi bangsa Israel.  Debora tidak hanya sebagai Hakim di Israel, tetapi Debora menurut kitab Hakim-hakim dapat dikatakan sebagai pahlawan iman. 
Seorang “pahlawan iman”pastilah seorang yang membela kebenaran dengan segenap hati mereka untuk menegakkan keadilan bagi setiap orang yang lemah dan tertindas.  Artinya seseorang yang dianggap dapat menyandang gelar “pahlawan iman” adalah ketika mereka tidak berkorban dengan penuh keberanian untuk membela pihak yang menjadi penindas bagi sesama mereka.[82] 
Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.[83]  Debora adalah seorang wanita hebat yang dipakai Tuhan untuk memeritah Israel.  Debora dilihat dari bahasa Ibrani דְּבוֹרָה “devôrâ” kata benda feminim tunggal, seorang nabiah yang menyampaikan pesan TUHAN atau sebagai mulut Tuhan.  Nabiah (Ibrani nevi’a; Yunani profetis).  Di seluruh Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ‘nabiah’ dipakai dalam arti yang sama dengan ‘nabi’, dan nabiah mengacu kepada perempuan dan nabi mengacu kepada laki-laki. 
Jabatan Debora adalah sebagai Hakim di Israel pada waktu itu.  Gelar Hakim dalam bahasa Ibrani שֹׁפֵט s̀hōphet”, mengandung arti seorang yang berperan untuk membawa ke dalam hubungan yang benar dengan yang berwenang.  Tugas sophetim dalam kitab ini berbeda dengan konsep umum tentang hakim.  Hakim dalam bahasa Ibrani  שׁפֵט  (dari kata kerja שָׁפַט saphat qal partisif, maskulin/feminim tunggal), Hakim ini hanya mengurusi masalah hukum untuk memutuskan suatu perkara, namun para Hakim dalam kitab ini memiliki tugas yang lebih luas dari pada itu. 
Sedangkan tugas s̀ōphetimשֹׁפְטִים”dalam kitab ini adalah menyelamatkan orang Israel secara militer dari tangan para penindas mereka (2:16, 18; 3:10).  Setelah situasi aman dan orang Israel bebas dari musuh, sophetim tetap berfungsi sebagai pemimpin (10:2, 3; 12:7; 12:11, 13; 15:20; 16:31).  Beberapa tugas yudisial (berkaitan dengan hukum) memang juga diemban oleh sophetim (4:5), namun hal tersebut hanya bagian dari tugas memimpin secara umum.  Dalam konteks kuno tidak terlalu membedakan antara aspek legislatif, eksekutif, dan yudikatif, kata sophetim dari kata kerja (saphat שָׁפַט ), kata kerja Qal partisip maskulin/feminim tunggal, sebaiknya dipahami secara luas dalam arti pemimpin.  Sophet שֹׁפֵט Kata Ibrani menjelaskan tugas seorang hakim adalah mereka sebagai hakim atau wasit melakukan pertimbangan dan yang memutuskan hukuman.[84]
 Kata Ibrani שֹׁפֵטsophet kata benda Qal partisip maskulin/feminim tunggal, memiliki arti yang sama dengan  שֹׁפְטָ֥ה (Jdg 4:4 WTT) ”sophetah”, kata kerja Qal partisip feminim tunggal, ini adalah bentuk partisip, bentuk partisip tidak menyatakan waktu, melainkan melukiskan keadaan sesuatu.[85]  
Jadi seorang hakim yang menegakkan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar. 
Debora adalah Hakim yang bijaksana, kebijakan Debora mengambil keputusan membuat bangsa Israel tidak dapat melawan keputusan yang telah diputuskan oleh Debora.  Debora menyampaikan keputusan dengan cara yang menarik sehingga bangsa itu menyetujui keputusan yang telah diputuskan oleh Debora.  Kecakapan Debora dalam mengambil keputusan adalah luar biasa hikmat yang diberikan Allah kepada Debora, sehingga Debora dapat menjalankan tugas sebagai hakim di Israel dengan baik.[86]
Kejahatan atau dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel, akibatnya mendatangkan hukuman bagi mereka sendiri.  Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan yang memerintah di Hazor.  Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim, lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya Sisera menindas bangsa Israel dengan keras.
 Hakim-Hakim 4:1 “Jahat” atau kejajahatan Kata Ibrani (רע ra) kata sifat maskulin tunggal memiliki arti jahat, buruk, susah, dan rasya berasal dari satu akar yang artinya merusak atau meremukkan sehingga tak berharga lagi, tidak menyenangkan, tidak enak, menjijikkan.  Kata ini mencakup perbuatan jahat itu dan akibat-akibatnya.  Dalam bahasa Yunani, kakos dan poneros; athesmos dan anomos, yang diterjemahkan tidak mengenal hukum dan durhaka.
Kata kakia biasanya diterjemahkan kejahatan, tetapi diterjemahkan kebusukan dalam Roma 1:29 (TB) dan keburukan dalam 1Korintus 5:8.  Jadi orang Israel dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengenal hukum yang melakukan kejahatan dimata TUHAN,  mereka tidak menyenangkan TUHAN, dan mereka bahkan melakukan hal-hal yang buruk serta menjijikkan, itulah sebabnya TUHAN menghukum mereka sebagai akibat kejahatan yang mereka lakukan.[87]
Akibat kejahatan yang dilakukan oleh bangsa itu, mereka ditindas oleh Sisera selama dua puluh tahun lamanya.  Sisera menindas bangsa Israel “Menindas” bahasa Ibranioooלָחַץ  lahaskata kerja qal perfeck orang ke tiga maskulin tunggal, memiliki arti menindih (menghimpit, menekan) kuat-kuat atau dengan barang yang berat, memperlakukan dengan sewenang-wenang (dengan lalim, dengan kekeraasan), memeras, menguasai dengan paksa, memerangi atau memberantas dengan kekerasan.  Kalimat dari kata kerja qal perfeck orang ke tiga maskulin tunggal adalah “dia telah menekan; dia telah menghimpit atau dia telah mendesak)”. [88]  Jadi Sisera dan tentaranya menindas bangsa Israel dengan keras.  Kalimat ini menyatakan peristiwa yang telah terjadi atau sudah selesai di masa lampau, sehingga membuat bangsa Israel berseru kepada TUHAN (4:3).
Atas buah dosa itu, Allah menyerahkan Israel untuk ditindas oleh Yabin dan Sisera.  Kekuatan yang besar karena mempunyai 900 kereta besi.  Ini menandakan jumlah pasukan yang besar, karena di atas dan sekeliling kereta besi itu tentara akan berbaris untuk bertempur.  Sembilan ratus kereta besi merupakan angka yang berlebihan, angka berlebihan kadang-kadang di timur kuno untuk memperbesar kekuatan lawan dan berfungsi sebagai sarana untuk menambah kemuliaan yang lebih besar ketika menang.[89] 
Oleh karena kekuatan yang besar itu, mereka dengan keras menekan, menganiaya orang-orang Israel, selama dua puluh tahun pula.  Penindasan, bukan karena Kanaan hebat, tetapi karena Tuhan mengizinkan untuk menghukum Israel sebagai akibat dosa yang mereka lakukan.[90]  Pembahasan yang selanjutnya adalah mengenai karakteristik seorang Debora yang dapat diteladani oleh pemimpin Kristen masa kini untuk mecapai kesusksesan.  Mencapai kesuksesan tidak terlepas dari campur tangan Tuhan dan memiliki hubungan secara pribadi dengan-Nya.  Adapun karakteristik Debora dalam kitab Hakim-Hakim 4:1-16 adalah sebagai berikut:

1.  Rendah Hati (Hakim-hakim 4:4-6,7)
Debora adalah seorang hakim bahkan pemimpin bagi bangsa Israel, tugas seorang hakim yang dilakukan Debora adalah tugas seorang laki-laki.  Kantor Debora untuk mengadili, menghakimi, serta menasihati bangsa Israel di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, di situlah orang Israel datang menghadap berhakim atau meminta supaya perkara mereka diadili.  Debora adalah seorang pemimpin yang rendah hati ayat (5), istilah Ibrani שֹׁפֵט”s̀ōphet” kata kerja partisip yaitu bentuk-bentuk kata kerja untuk kegiatan yang telah selesai (perfek) serta kegiatan yang akan terjadi dalam tekanan imperfek.
Sedangkan istilah s̀ōphet yang digunakan disini adalah partisip aktif, yaitu kata kerja untuk menggambarkan suatu kegiatan yang sedang berlangsung atau terus-menerus berlangsung.  Kegiatan ini dapat berlangsung pada waktu sekarang (present tens) atau pada waktu lampau sesuai dengan konteks, karena mengungkapkan suatu kegiatan yang berlangsung secara terus- menerus, maka partisip sering menyatakan suatu sifat.  Partisip ini terdiri dari tiga konsonan dasar dan memiliki urutan vokal yang khas dalam bentuk maskulin tunggal, yakni “o…e” kata kerja bentuk partisip, jpevo “s̀ōphet” hakim artinya sedang atau biasa mengadili, bentuk partisip aktif harus menyesuaikan diri dengan jenis kelamin dan jumlah dari subyeknya seperti hj'îp.vo “sophetah” kata kerja qal partisip feminim tunggal
Jadi kata “sophet” dapat berarti seorang yang memberlakukan keadilan dengan jalan menghukum pelaku kejahatan dan membela orang benar, dalam terang ketentuan hukum tertentu.[91]  Debora adalah hakim yang memerintah sambil menjalankan peradilan (Hakim-hakim 4:4-5), dengan peran panglima perang tetap ditonjolkan.  Debora hakim yang menjalankan tugas dengan baik, istilah yang diambil adalah “pemimpin yang profesional” yang bearti bertanggung jawab.  Pemimpin yang bertanggung jawab adalah mengerjakan tugas dengan senang hati, dan tidak menggerutu.  Debora adalah pemimpin yang tunduk pada profesi dalam arti tunduk kepada yang memerintah yakni TUHAN. 
Profesi adalah pekerjaan yang diberikan TUHAN kepada Debora penuh dengan tanggung jawab, dan penuh dengan ketundukan yang dipercayakan Allah kepada Debora.  Debora sudah biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim sebagai hakim bagi orang Israel, kata “biasa” berarti tidak terpisahkan dalam kehidupan Debora sehari-hari, biasa karena terbiasa artinya menghakimi sudah sering kali dilakukannya.
Dalam pasal 4:6 Debora memanggil Barak bin Abinoam dari Kadesh untuk maju berperang melawan Sisera panglima tentara Yabin dan orang-orang Kanaan.  Jadi dalam hal ini Debora tidak menganggap diri lebih tinggi dari pada Barak, meskipun Debora menjadi orang pertama dari bangsa Israel.  Debora menempatkan diri di bawah pimpinan Barak dan bersama-sama dengan Barak menempatkan diri mereka di bawah pimpinan Allah.[92]  Pesan yang disampaikan Allah kepada Debora untuk “maju” melawan musuh-musuh mereka adalah perintah langsung dari Tuhan Allah sendiri. 
Oleh sebab itulah Debora menyuruh Barak agar maju berperangan melawan Sisera panglima perang Yabin raja Kanaan, dengan keyakinan yang teguh Debora memerintahkan langsung kepada Barak untuk maju menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon. 
Hakim-hakim 4:8-9 “Jawab Barak kepada Debora: “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak .” Kata Debora “Baik, aku turut!  Hanya engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.”  Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kadesh. 
Maksud Debora untuk menyuruh Barak maju sendiri adalah untuk memberi kesempatan supaya Baraklah sendiri yang akan dikenang dalam sejarah perjuangan orang-orang Israel pada waktu itu.  Tetapi ternyata Barak enggan dan menolak maksud Debora, karena Barak sedang dikuasai oleh ketakutan terhadap kekuatan musuh.  Debor tidak suka mencari pujian terhadap diri sendiri, Debora biasa hidup dalam kerendahan hati.  Menghadapi kehidupan di tengah-tengah krisis, sikap rendah hati itu penting, karena orang yang merendahkan diri di hadapan Tuhan, mereka itulah yang akan ditinggikan pada waktunya.  Orang yang rendah hati tidak terganggu dengan segala gengsi dalam kehidupan.  Orang yang rendah hati akan mudah untuk berserah, dan mereka tetap berharap kepada Tuhan.  Orang yang rendah hati akan mendapat kemenangan  di tengah segala bentuk krisis yang sedang mereka hadapi.[93]

A.  Tunduk

Tentu tidak mudah bagi Lapidot untuk hidup "di bawah bayang-bayang istrinya".  Jabatan, kedudukan, dan peranan istrinya begitu besar di mata umat Israel, dan bagi Debora sendiri tentu sangat mudah untuk "meninggikan dirinya" di hadapan suaminya.  Namun firman Tuhan mengatakan:" Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat" (Efesus 5 :22-23).  Di bagian lain, firman Tuhan mengatakan: " Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan" (Kolose 3:18).[94]  Tunduk kepada suami adalah perintah Tuhan, dan sebagai seorang yang takut akan Tuhan, dapat diyakini bahwa itulah yang Debora lakukan.
Debora tidak hanya tunduk kepada suaminya, terlebih sebagai pemimpin yang berhasil Debora menunjukkan ketaatannya kepada semua perintah Tuhan.[95]  Di dalam kitab hakim-hakim, pemimpin-pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memperlihatkan ketaatan mereka kepada perintah Tuhan atau komitmen mereka kepada Tuhan, walaupun perintah itu kadang-kadang tidak masuk akal.  Debora dan Barak juga adalah pemimpin sukses.  Debora memperlihatkan ketaatannya kepada Allah ketika mereka maju berperang melawan Bangsa Kanaan (Hakim-hakim 4).  Hasil dari ketaatan mereka atau komitmen mereka, Allah membuat mereka menjadi pemimpin yang berhasil (Hakim-Hakim 4:16).

B.  Mengutamakan Orang Lain

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengutamakan ialah menomorsatukan, menjadikan utama, menganggap lebih penting atau mendahulukan.[96]  Berdasarkan definisi di atas mengutamakan orang lain berarti menomorsatukan, menganggap orang lain lebih penting atau mendahulukannya dari kepentingan diri sendiri.
Debora tidak menonjolkan diri, Debora mengutamakan Barak dalam Hakim-hakim 4:6a. Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali” Tuhan sudah berkata kepada Debora sebelumnya untuk maju melawan panglima Sisera, sebenarnya Deboralah yang maju untuk bertindak keyakinnya akan kemenangan sudah dimilikinya dengan pasti, akan tetapi Debora memberikan kesempatan itu kepada Barak, supaya Baraklah dikenang dalam sejarah ini. 
Debora tidak mengutamakan diri sendiri, Debora ingin Barak mejadi pemimpin yang besar, karena Barak menolak ahkirnya Debora maju dan tepat bahwa Deboralah yang dikenang sepanjang sejarah dalam kitab Hakim-hakim sebagai pahlawan bagi bangsa Israel.  Debora tidak hanya mengutamakan orang lain dengan cara mendahulukannya supaya menjadi besar, melainkan Debora mengutamakan damai sejahtera bagi bangsa Israel.

C.  Mendengar Orang Lain

Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan “mendengarkan” ialah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh; memasang telinga baik-baik untuk mendengar; memperhatikan, mengindahkan; menurut atas nasihat, bujukan dari orang yang menyampaikannya.[97]  Orang yang mendengar belum tentu mendengarkan, tetapi orang yang mendengarkan ialah orang yang benar-benar mendengar dengan memasang telinga dengan baik dengan istilah lain memperhatikan dengan cermat serta sungguh-sungguh.
Sedangkan dalam kamus bahasa Inggris mendengarkan memakai kata “phrase” memiliki arti ungkapan, ucapan dengan kata lain menyusun kata-kata.[98]  Maksudnya ialah kata-kata tersusun dengan baik sehingga membuat orang lain tertarik untuk mendengarnya.  Artinya ungkapan atau ucapan yang baik dan memilik makna membuat orang mendengar dengan sungguh-sungguh, karena keingintahuannya terhadap apa yang akan dikatakan.  Pengertian lain mendengarkan dalam bahasa Inggris ialah “listen” yang artinya mendengarkan bunyi atau memperhatikan orang yang menyampaikan.[99] 
Pada waktu Debora memanggil Barak bin Abinoam untuk memimpin orang Israel maju berperang melawan orang Kanaan.  Debora berkata bahwa Tuhan telah menyerahkan orang Kanaan kepada mereka sehingga mereka tidak perlu merasa takut.  Namun Barak menjawab kepada Debora: "Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju."
Debora berkata: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan."[100]  Debora juga seorang pendengar yang baik, ketika Barak mengajukan usulan supaya Debora menemaninya dalam pertempuran  Barak mengatakan bahwa tanpa Debora dirinya tidak akan maju (Hak 4:8).  Debora tidak memotong pembicaraan Barak ketika Barak menyampaikan suatu usulan, walaupun sebelumnya Debora tahu bahwa Tuhan sudah mengatakannya, Debora menghargainya usulannya dan mendengar tentang pernyataannya tidak maju tanpa ditemani Debora.  Debora menerima usulan Barak, tetapi konsekuensinya ialah Barak tidak akan mendapat kehormatan.

2. Berani (Hakim-hakim 4:9-10)

Debora adalah pemimpin perempuan yang berani , meskipun beresiko.
Debora berani karena kebenaran yang diyakininya sesuai dengan penyataan Tuhan.  Dalam menjalankan tugas ini Debora tidak sendiri, mereka bekerja sama untuk menjalankan tugas tersebut.  Perintah Debora kepada Barak pada saat yang sama merupakan untuk membangkitkan semangat.  “Jangan takut akan jumlah mereka yang banyak” Debora berkata penuh dengan keyakinan, Debora melihat dari sudut pandang Allah bahwa musuh mereka akan dikalahkan.
Dalam hal perang suci, kehadiran Debora adalah jaminan, di mata Israel, pemberontakan berjuang untuk akhir yang pahit melawan musuh kafir dan penindas sekuat Yabin sehingga kehadirannya menandakan kehadiran Tuhan.[101] 
Barak berpikir bahwa tidak mungkin mengalahkan mereka yang begitu banyak dengan sembilan ratus kereta besi, kalau zaman sekarang kereta besi adalah “Tangki atau Tank”.  Dalam arti alat perang yang digunakan Sisera begitu cangih pada waktu itu, dengan kata lain alat tersebut modern.[102]  Itulah yang membuat Barak tidak berani maju berperang melawan musuh-musuh mereka, karena kalau Sisera dan orang-orang Kanaan menyerang dengan kereta besi sangat cepat sekali.
Pasal 4:9 Debora menjawab Barak, kata Debora: “Baik, aku turut, hanya engkau tidak mendapatkan kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera kedalam tangan seorang perempuan”.  Tuhan akan menjual Sisera ke dalam tangan seorang wanita-Yael.  Debora membuktikan bahwa pernyataan itu benar.  Debora bukan hanya melihat kapan Allah bekerja dalam sejarah bangsa mereka, bahkan Debora mendapat pengertian yang lebih dalam mengenai metode yang tepat yang ingin Allah pergunakan untuk membebaskan umat-Nya.
Karena kebenaran inilah Debora berani maju berperang memimpin bangsa Israel bersama dengan Barak.  Keberanian yang Debora lakukan bukan sembarang berani, namum Debora berani karena kebenaran ilahi.  Yang menarik dalam bagian ini adalah keberanian Debora mengadili pemimpin bangsa.  Sebagai seorang perempuan, Debora adalah pemimpin yang tangguh dan berwibawa di hadapan orang yang dipimpin,serta pengendalian emosi yang baik dan bijaksana.[103] 
Debora tidak hanya berani menghakimi para pemimpin bangsa, dan dalam pertempuran saja, namun Debora berani mengambil kesempatan untuk memimpin bangsa Israel.  Keberanian Debora sangat luar biasa, Debora berani mengambil kesempatan menjadi pemimpin, karena kesempatan tersebut tidak akan terulang kembali.  Sebagai pemimpin Kristen sebaiknya berani mangambil langkah perubahan apa bila ada kesempatan.  Kesempatan yang baik jangan dilewatkan begitu saja.  Keberanian Debora dapat diteladani, kesempatan yang diambilnya ialah kesempatan yang baik untuk memulai langkah perubahan bagi bangsa Israel.
Jika Debora tidak berani mengambil kesempatan tersebut, maka bangsa Israel tidak akan lepas dari penindasan.  Kesempatan ini diberikan TUHAN kepada Barak, karena Barak ketakutan, maka Deboralah yang mengambil kesempatan dan peluang tersebut.  Jadi sebagai pemimpin tidak perlu takut mengambil kesempatan yang baik untuk memulai langkah perubahan bagi lembaga yang sedang dipimpinnya.  Jika seseorang ingin sukses, maka mereka harus berani mengambil kesempatan tersebut.
A.  Karena Kebenaran

Kebenaran bearti keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya atau sesuatu yang sungguh-sungguh ada.[104]  Artinya kebenaran tersebut sesuai dengan fakta, apabila seseorang menyatakan kebenaran itu, maka orang tersebut akan membuktikannya entah dengan cara apa saja supaya orang lain percaya kepadanya. 
Keberanian Debora adalah karena kebenaran yang diyakini sesuai dengan pernyataan Tuhan.  Dalam menjalankan tugas ini Debora tidak sendiri.  Mereka bekerja sama untuk menjalankan tugas tersebut.  Keberanian Debora tidak diragukan lagi, keyakinannya akan kebenaran TUHAN yang membuatnya mengambil bertindak benar (Hak 4:9).

B.  Berpegang Teguh pada Pendirian

Berpegang berarti berpaut, tetap dan pedoman atau tidak barubah-ubah.[105]  Berpegang teguh pada pendirian bearti berpaut, tetap atau tetap pada pendirian dan orang yang tidak berubah-ubah pikiran.  Orang tetap berpegang teguh biasanya ialah orang memegang suatu perkataan, janji yang telah disampaikan oleh seseorang kepadanya sebelumnya, orang seperti ini dapat dikatakan orang tidak berubah-ubah baik dari segi iman, hati, pendirian dan kesetiaan pada perkataan atau janji yang pasti. 
Perintah Debora kepada Barak pada saat yang sama juga merupakan sesuatu yang membangkitkan semangat.  “Jangan takut akan jumlah mereka yang banyak,” Debora berkata penuh dengan keyakinan, Debora melihat dari sudut pandangan Allah, bahwa musuh mereka akan dikalahkan. Debora tidak mudah digoyahkan oleh seberapa kuat dan banyaknya pasukan Sisera walapun mereka mempunyai 900 kereta besi, Debora tetap pada pendiriannya bahwa mereka pasti menang, karena Allah ada dipihak umat-Nya (Hakim-hakim 4:14b).  

C.  Berani Mengambil Resiko

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “berani” adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya maupun kesulitan; tidak takut dan gentar.[106]  Artinya orang tersebut berani mengambil keputusan meskipun itu berisiko bagi dirinya sendiri, pemimpin yang berani ialah pemimpin yang tidak gentar terhadap apapun, meskipun itu berisiko bagi dirinya.  Pemberani bearti tidak takut pada situasi yang ada dihadapannya dan kesulitan-kesulitan itu akan dilaluinya.[107] 
Begitu juga apa yang dilakukan Debora dalam kitab Hakim-hakim 4, kisah ini juga dikontraskan antara Debora dan Barak seorang panglima perang, dan ternyata Debora terbukti lebih berani dan berhasil dalam memimpin pasukan.[108]  Pada waktu itu Debora hanya memiliki 10.000 tentara yang berjalan kaki, sedangkan musuhnya memiliki 900 kereta besi.  Namun dalam kondisi yang tidak menguntungkan itu, Debora dengan berani mengambil tantangan untuk menjadi pemimpin militer dan mengalami kemenangan besar karena pertolongan TUHAN.

3.  Motivator (Hakim-hakim 4:8,14)

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.  Motif dapat dikatakan daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentuk demi mencapai tujuan.  Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.  Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila untuk mencapai tujuan yang dirasakan atau mendesak. 
Jadi, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.  Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.  Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, kemunculan itu karena terdorong oleh unsur lain, usur tersebut adalah tujuan.  Tujuan ini menyangkut kebutuhan, jadi motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak  atau melakukan sesuatu.  Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. 
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila mereka tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan  atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.  Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang.[109]
Debora adalah salah satu pemimpin wanita memiliki karateristik yang

baik, yaitu menjadi motivator bagi orang lain. 

Hakim-Hakim 4:14 Lalu berkatalah Debora kepada Barak: “Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera kedalam tanganmu.  Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?” Lalu turunlah Barak  dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia”.  Dorongan atau motivasi yang dilakukan Debora kepada Barak adalah bahwa Debora menghargai orang lain.  Perintah Debora kepada Barak untuk maju melainkan untuk memotivasi Barak.  Debora yakin dengan pesan firman Tuhan yang telah diterima dari TUHAN.  Perintah itu adalah langsung dari perintah-Nya.  Oleh sebab itulah Debora memberi keyakinan kepada Barak untuk maju supaya jangan takut, karena TUHAN akan menyerahkan Sisera kedalam tangan mereka.  Perintah “Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?”, Perintah ini adalah memberi dorongan semangat bagi Barak. 

Barak tidak mempercayai janji Allah yang diberikan kepadanya oleh Debora, tetapi karena Barak tidak percaya kekuatan sendiri sedemikian rupa sehingga merasa terlalu lemah untuk melaksanakan perintah Allah.  Debora berjanji untuk menemani Barak, tetapi mengumumkan kepadanya sebagai hukuman atas ini ingin kepercayaan dalam keberhasilan usahanya, bahwa hadiah kemenangan-yaitu, kekalahan bermusuhan umum harus diambil dari tangannya, karena TUHAN akan menjual Sisera ke dalam tangan seorang wanita, yaitu ke dalam tangan Yael…(ayat 9).[110]
Judges 4:15-16 “And the Lord discomfited Sisera, and all his chariots, and all his army, with the edge of the sword before Barak.” וַיָּהָם, as in Ex 14:24 and Josh 10:10, denotes the confounding of the hostile army by a miracle of God, mostly by some miraculous phenomenon of nature: see, besides Ex 14:24; 2 Sam 22:15; Ps 18:15, and 144:6. The expression וַיָּהָם places the defeat of Sisera and his army in the same category as the miraculous destruction of Pharaoh and of the Canaanites at Gibeon; and the combination of this verb with the expression “with the edge of the sword” is to be taken as constructio praegnans, in the sense: Jehovah threw Sisera and his army into confusion, and, like a terrible champion fighting in front of Israel, smote him without quarter, Sisera sprang from his chariot to save himself, and fled on foot; but Barak pursued the routed foe to Harosheth, and completely destroyed them. “All Sisera’s army fell by the edge of the sword; there remained not even to one,” i.e., not a single man.[111]  Arti dari Hakim 4:15-16: "Dan TUHAN mengacaukan Sisera, dan semua kereta dan segala tentaranya, oleh mata pedang didepan Barak." וַיָּהָם, seperti dalam Kel 14:24 dan Yos 10:10, menunjukkan pengganggu bala tentara musuh oleh keajaiban Tuhan, kebanyakan oleh beberapa fenomena ajaib alam: lihat, selain Kel 14:24; 2 Sam 22:15; Mzm 18:15 dan 144:6. Ekspresi וַיָּהָם tempat kekalahan Sisera dan pasukannya dalam kategori yang sama sebagai penghancuran ajaib Firaun dan orang Kanaan di Gibeon, dan kombinasi kata kerja ini dengan ekspresi "dengan mata pedang" alur cerita ini harus diambil dalam arti: TUHAN melemparkan Sisera dan pasukannya dalam kebingungan, dan, seperti pertempuran juara mengerikan di depan Israel, membunuh dia tanpa kuartal, Sisera melompat dari atas keretanya menyelamatkan diri, dan melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi Barak mengikuti musuh dialihkan ke Haroset, dan benar-benar menghancurkan mereka. "Semua tentara Sisera tewas oleh mata pedang; tidak ada satu orangpun yang tinggal hidup.”
                                                      
Di dalam Hakim-hakim 4:15 TUHAN “mengacaukan Sisera”  mengacaukan dalam bahasa Ibrani adalah וַיָּ֫הָם, wayyāhām” dari akar kata הָמַם “hamam” kata kerja Qal imperfeckt orang ke tiga maskulin tunggal dengan awalan penghubung waw konsekutif, yang memiliki arti “mengacaukan, menghamburkan.  Jadi kalimatnya adalah “ dan Dia telah mengacaukan, atau dan Dia telah menghamburkan”.  Dalam bahasa Ibrani kata kerja sering sekali dibubuhi awalan penghubung waw konsekutif (w>)). 
Untuk dapat mengerti maksud kalimat Ibrani secara tepat perlu diketahui bahwa awalan penghubung di depan kata kerja dapat mempunyai fungsi yang khusus, yakni mengubah tenses kata kerja tersebut.  Contoh “perfek’ yang didahului oleh awalan penghubung (waw konsekutif) dan menyatakan pengertian “imperfek”, sedangkan “imperfek” yang didahului oleh awalan penghubung (waw konsekutif) disebut imperfek konsekutif yang menyatakan pengertian “perfek”.  Peristiwa ini telah terjadi di masa lampau yang sudah selesai. 
Artinya TUHAN telah membingungkan atau mencerai-beraikan Sisera dan tentaranya oleh pedang, karena keajaiban Tuhan.  Sebagian besar oleh beberapa fenomena alam: yakni curah hujan yang deras menyebabkan sungai Kison meluap.  Hal ini menyebabkan kereta perang macet karena lumpur, ini merupakan perangkap kematian bagi Sisera dan tentaranya, kondisi ini mengejutkan medan pertempuran tersebut. 
Keluaran 14:24; dan Yosua 10:10; 2 Samuel 22:15; Mazmur 18:15, dan 146:6.  Ungkapan ini וַיָּ֫הָם wayyāhām, menempatkan kekalahan Sisera dan tentaranya dalam kategori yang sama sebagai kehancuran ajaib Firaun dan orang Kanaan di Gibeon, dan kombinasi kata kerja dengan ungkapan “dengan mata pedang” gagasan cerita ini memiliki arti: TUHAN melemparkan Sisera dan pasukannya dalam kebingungan, dan seperti seorang juara berkelahi di depan orang Israel yang mengerikan, memukulnya tanpa berkali-kali, Sisera melompat dari keretanya untuk menyelamatkan diri sendiri dan melarikan diri dengan berjalan kaki, tetapi Barak mengejar musuh sampai ke Haroset, dan benar-benar menghancurkan mereka. 
Semua tentara Sisera tewas oleh mata pedang; tidak ada seorangpun yang tinggal hidup.  Keputusan yang diambil oleh Debora pada saat pertempuran tersebut merupakan keputusan sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.  Pertempuran tersebut bukan antara Barak dan orang Israel, melainkan antara Sisera dan orang-orang Kanaan dengan Allah.  Akhir pertempuran ini sudah dapat dipastikan pertempuran dimulai bahwa kemenangan ada dipihak Allah. 
Jadi dalam hal ini yang bertempur bukan Barak melainkan Allah sendiri, Barak hanyalah media yang di pakai Allah untuk melakukan peperangan tersebut.  Mereka mengakui campur tangan Allah dalam peristiwa itu.  Mereka mengejar musuh dengan tekad yang sungguh-sungguh dan tidak seorangpun yang tinggal hidup.  Kegiatan dalam masyarakat dapat berfungsi dengan cara yang terbaik apabila laki-laki dan perempuan secara harmonis melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah kepada mereka.  Debora dan Barak menunjukkan betapa benarnya prinsip itu.  Biasanya laki-laki bertanggung jawab untuk memimpin, tetapi dalam peristiwa ini perempuanlah yang memegang pimpinan. 
Allah tidak selalu bekerja dengan mengikuti pola-pola tertentu saja, namun Allah selalu mencari orang-orang yang bersedia dipakai sebagai alat apa saja sesuai dengan kehendak-Nya.  Debora tidak menggunakan kekuasaan sebagai pemimpin dengan semena-mena, Debora bertindak dalam batas-batas yang menjadi tanggung jawab sebagai pemimpin.  Debora adalah seorang perempuan yang hebat dan berbakat yang dapat menjalankan tugas dengan cakap, sebagai perempuan yang memiliki kekuatan rohani dan rohani yang sangat hebat.  Debora juga mengajarkan hukum-hukum Allah kepada bangsa Israel.  Tetapi selain itu juga Debora mahir dalam memberi petunjuk-petunjuk yang tepat untuk operasi militer.  Debora pandai menggunakan pedang seperti mempergunakan pena.  Debora tidak membanggakan kekuatan terbesar kemanusiawian yang dimiliki, walaupun sangat banyak menonjol. 
Debora mengetahui bahwa kekuatan itu hanya berasal dari Allah saja.  Dalam nyanyian Debora (pasal 5) yang merupakan puisi yang paling tertua dan yang paling indah dalam puisi Ibrani kuno, membuktikan bahwa kekuatan tersebut ada di dalam Allah.  Artinya adalah sukacita terbesar yang mereka alami dari peristiwa tersebut berasal dari Allah.  Dalam kisah  ini Barak sebagai pelaku perang, tetapi tokoh yang utama diceritakan dalam kitab ini adalah Debora.[112] 
Pertempuran yang hebat dalam campur tangan Allah, membuat Debora dan Barak beserta bangsa Israel mengalami kemenangan oleh anugerah Allah.  Dalam pasal 4:16 melihat kekalahan itu Sisera mengambil kesempatan untuk lolos dan melarikan diri.  Tetapi Sisera tidak dapat meloloskan diri, akhirnya Sisera mati ditangan Yael sebagaimana yang telah dinubuatkan Debora (Hakim-hakim 4:18-21).[113] 

A.  Peduli Terhadap Orang Lain


Peduli berarti mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.[114]  Orang yang peduli berarti menyatakan sikapnya terhadap orang lain, artinya ada sesuatu yang terjadi di masyarakat yang sangat memprihatinkan sehingga membuat seseorang bertindak untuk melakukan hal yang baik terhadap orang yang akan ditolongnya. 
Markus 1:40-42, Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta ”Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu”(ayat 41).  Belas kasihan Tuhan Yesus terhadap seorang sakit kusta menandakan bahwa Ia peduli.  Tuhan Yesus adalah pemimpin yang menunjukan belas kasihan yang besar terhadap orang yang sakit kusta, Ia tahu penderitaan yang dialami oang kusta itu, karena Dia Tuhan yang sangat peduli maka Yesus segera menjamah orang kusta, lalu sembuhlah penyakit orang kusta.
Pemimpin yang merasa kasihan peduli dengan para pengikutnya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.  Seorang pemimpin sebaiknya melatih rasa belas kasihan ini dengan penuh pemikiran dan doa.[115]  Debora adalah pemimpin yang peduli terhadap bangsanya. Kepeduliannya tidak hanya dalam masalah sosial politik, Debora sangat prihatin terhadap kerohanian bangsanya yang sangat terpuruk (Hak 4:1).  Demikianlah hendaknya seorang pemimpin Kristen sebaiknya peduli terhadap para pengikut dan orang disekitarnya yang membutuhkan pertolongan seperti hati Debora.

B.  Menjadi Pendengar yang Baik


Pendengar dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah alat untuk pendengar atau mendengarkan orang yang mendengarkan, baik mendengarkan pidato, musik, dan  mata kuliah saat mahasiswa sedang belajar di dalam kelas.[116]  Debora tidak hanya menjadi pendengar yang baik bagi Barak, Debora ialah orang yang mendengarkan perintah Tuhan, kemudian melakukan perintah itu sesuai dengan firman Tuhan kepadanya. 
Ketika TUHAN memerintahnya untuk menjadi hakim di Israel Debora tidak menolaknya.  Debora mendengarkan panggilan TUHAN dengan saksama (Hakim-hakim 4:6-7) dan menunjukan kualitas kepemimpiannya dengan mempercayakan tugas-tugas kepada orang-orang yang sesuai.  Debora rela menghadapi bahaya demi TUHAN, dan dalam segala yang dilakukannya Debora menempatkan TUHAN sebagai pusat tindakan dan kepercayaannya.

C.  Mengajak pada Kebaikan


Mengajak berasal dari akar kata “ajak” yang artinya meminta, mempersilahkan, menyuruh atau membangkitkan hati supaya melakukan sesuatu.[117]  Dari pengertian ini berarti seseorang diajak untuk melakukan sifat baik atau perbuatan baik, yaitu manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.  Setelah Yosua meninggal, bangsa Israel tidak setia kepada Allah (berpaling dari Allah).  Debora adalah pemimpin bangsa Israel. Orang-orang datang kepadanya meminta nasehat.  Debora mencoba mengajak Israel kembali kepada Allah.[118] 

D.  Mengerti Keinginan Orang Lain


Mengerti dalam arti bahasa Inggris ialah “understand” yang artinya mengerti, paham, mengetahui atau menangkap.[119]  Mengerti keinginan orang lain berarti menerima apa tujuan yang dimaksudkan tentang apa yang dikatakannya, usulannya.  Dalam hal untuk mengerti keadaan orang lain seseorang perlu hikmat dan kebijaksanaan untuk memutuskan sesuatu.  Mengerti keinginan orang lain yang dimaksud ialah berusaha memahami keadaan yang sedang dialaminya yang membuat seseorang tidak bisa melakukannya seorang diri, artinya orang itu membutuhkan pertolongan dari orang yang mau mengerti keinginannya. 
Debora adalah orang yang mengerti orang lain, contohnya pada ayat 8 Barak mau maju kalau Debora menemaninya.  Debora ingin mengerti apa keinginan Barak, kemudian Debora mengabulkan keinginan Barak agar menemaninya dalam pertempuan (Hakim-hakim 4:9).





[63] Boschman. H, Disadur Oleh Supit. B, Ringkasan Pengajaran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm.  33
[64] Andrew Hill. E. dan John Walton., Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001), hlm. 277.

[65] Ibid., hlm. 82-83

[66] J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 71-75.

[67] W. S. Lasor Dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm. 308.

[68] Ibid., hlm. 278.

[69] Denis Green, Pembimbing pada: Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), hlm. 81.
                                                              
[70] Kitab-Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, Online: http://www.google.co.id/. diakses 22 Desember 2011.

[71] Thomas  Holdcroft, L., Kitab-Kitab Sejarah, (Malang: Gandum Mas, 1992), hlm. 29-30).

[72] Ibid., hlm. 282
[73] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2006), hlm. 370.

[74] Andrew E. Hill & John H. Walton, A Survey of the Old Testament, (Grand Rapids: Zondervan, 2000), hlm. 198-199.
[75] Bill T. Arnold & Bryan E. Beyer, Encountering the Old Testament, (Grand Rapids: Baker, 1999), hlm. 184.

[76] Violet Exell, Eliud Sangu dan Jacky Riley, diterjemah Yahya Ramli, Melihat kedalam Perjanjian Lama: Bagian kedua Kitab-kitab Sejarah Yosua-Ester, (Bandung: Kalam Hidup, [t.th]), hlm. 87.

[77] Michael Wilcock, Hakim-Hakim, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), hlm. 89.
[78] Ibid., hlm. 87.

[79] Debora. Online: http: //www.associate.com/ministry/. diakses 20 Desember 2011.
[80]  Debora Wanita dalam Alkitab. Online: http: //www.wanita.sabda.org/. diakses 20 Desember 2011.

[81] Matthew Henry’S, (Quick Verse versi 14.0.1.1, 2010), Commentary On The Old Testament Parsons Church Group A Division Of Findex. Com Omaha Nebraska.

[82] Pahlawan. Online: http://www.yohanesbm.com. diakses 21 Desember 2011.

[83] Gien Karsen, Ia Dinamai Perempuan, (Bandung: Kalam Hidup, 1993), hlm. 94.

[84] Ibid., hlm. 31.

[85] Agus Santoso, Bahasa Ibrani Perjanjian Lama: Sebuah Pengantar Tata Bahasa Ibrani, (Ungaran: Abdiel Press, 2009), hlm. 101.

[86] R. James Shott: diterjemahkan oleh Alida Simanjuntak, Deborah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), hlm. 122-123.

[87] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1., hlm. 468

[88] Tim Penyusun., hlm. 1525-1526.

[89]Walton, John H. Victor H. , Mark W, Matthews dan Chavalas, (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010), Ivp Bible Background Commentary: Old Testament.

[90] Hakim-hakim, Online: http://www.didaktis.blogspot.com/. diakses 30 Januari 2012.

[91] Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis atas kepemimpinan Sukarno, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999)., hlm. 121.

[92] Ibid., hlm. 98.
[93] Yuli Wahyu, Lima Sikap ditengah Krisis, Online: http://www.google.co.id/. diakses 22 Desember 2011, hlm. 3.

[94] Wanita yang Patut diingat, Online: http//www.Jawaban.com/. diakses 26 April 2012.

[95] Kepemimpinan Debora, Online: http://www.zoeartos.blogspot.com/. diakses 25 April 2012.

[96] Tim Penyusun., hlm. 1256.
[97] Tim Penyusun., hlm. 251.

[98] Jonh M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris –Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 428.

[99] Ibid., hlm. 361.
[100] Hidup Biasa yang Menjadi Luar Biasa, Online: http//www. dmanongga.blog.co.uk/. diakses 26 April 2012.

[101] Fausset Jamieson, and Brown, dkk., (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010), Old Testament Volume New Commentary On The Whole Bible Based On The Classic Commentary.

[102] Harold l Willmington, (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010), Willmington’s Bible Handbook.

[103] Keberanian: Debora, Online: http://www.book. Google.co.id/. diakses 23 Desember 2011, hlm 24.

[104] Tim Penyusun., hlm. 172.

[105] Tim Penyusun., hlm. 842.

[106] Tim Penyusun., hlm. 138.

[107] Bill Hybels, Kepemimpinan yang Berani, (Batam Centre: Gospel Press, 2004), hlm.11-15.

[108] Women in Politic, Online: http://dwimaria.blogspot.com/. diakses 27 April 2012.
[109] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 73-75.
[110] Keil, C.F. dan  Delitzsch F., (Quick Verse Versi 14.0.1.1, 2010)., Commentary On The Old Testament, Joshua–2 Samuel. 

[111] C.F. Keil & f. Delitzsch., (quick verse, 2010), Commentary on the Old Testament
Vol. 2: Joshua–2 Samuel. 
[112] Ibid., hlm. 102.

[113] Ibid.

[114] Tim Penyusun., hlm. 841.

[115] Michael W. Smith dan Jacob L. Stevenson, Kepemimpinan Visioner: 52 Prinsip yang Menjadikan Yesus Pemimpin Terbesar Sepanjang Masa, (Jakarta: Prestasi Pustaka Kasih, 2004), hlm. 21-22.

[116] Tim Penyusun., hlm. 251.

[117] Tim Penyusun., hlm. 17.

[118] Debora Berbicara atas Nama Allah, Online: http://globalrecordings.net/. diakses 27 April 2012.

[119] John M. Echols dan Hassan Shadily, hlm. 615.

3 komentar:

  1. Luar biasa dan menjadi berkat. sangat mengedukasi. Tuhan Yesus memberkati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak Ronny, selamat melayani dan tetap semangat..

      Hapus
  2. sangat2 terberkati dengan artikel ini...terima kasih pak :)

    BalasHapus