Rabu, 27 Juni 2012

Bab I/Proposal skripsi kirenius


BAB 1
PENDAHULUAN
Keteladanan karakteristik sangat dibutuhkan dalam diri seorang pemimpin, namun tidak bisa dipungkiri bahwa keteladanan karakter yang sangat diharapkan itu sering kali banyak diabaikan oleh para pemimpin Kristen.  Tuhan telah memberikan karunia kepada setiap orang percaya, karunia yang dimiliki masing-masing orang percaya berbeda-beda, karunia tersebut adalah  rasul-rasul maupun nabi-nabi, pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, itu semua untuk memperlengkapi orang-orang kudus (Efesus 4:11) artinya pemimpin adalah arsitek jiwa untuk membentuk karakter peserta didik.   
Peserta didik sangat cepat meniru orang lain, khususnya orang-orang yang mereka kagumi, maka setiap pemimpin Kristen harus merencanakan bagaimana menjadikan mereka menjadi orang-orang yang akan dibentuk.[1]  Implementasi keteladan karakteristik adalah krusial bagi pemimpin Kristen, terutama memiliki karakteristik yang baik seperti kerendahan hati, berani (berani karena kebenaran), dan menjadi motivator bagi orang lain atau anak didik mereka, supaya orang-orang di sekitar mereka melihat karakter Kristus dalam diri mereka, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.




A.    Latar Belakang Masalah


Dewasa ini tidak hanya dilanda dengan krisis moneter, tetapi juga krisis keteladan karakteristik atau characteristic crisis, sehingga keadaan semakin parah.  Krisis karakteristik tersebut sudah merambat ke sekolah-sekolah dan gereja, bahkan yang terutama krisis karakter sudah merambat kepada pemimpin Kristen.[2]
Semua umat Kristen di dunia sangat membutuhkan seorang pemimpin yang menjadi teladan bagi mereka, hal ini sangat mendesak yang dibutuhkan oleh gereja-gereja dan sekolah-sekolah masa kini.  Pemimpin yang memiliki karakter yang baik sangat berpengaruh dalam berorganisasi.  Ada banyak pemimpin Kristen yang tidak dapat menjadi teladan bagi staf dan murid-murid mereka, terutama memberi teladan dalam karakteristik. 
Di dalam lembaga pendidikan teladan itu penting, jikalau pemimpin Kristen sudah menanamkan teladan karakter kepada bawahan mereka atau peserta didik, maka dengan demikian pemimpin tersebut dapat dikatakan sukses.  Dalam skripsi ini, penulis akan mengadakan penelitian keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin berdasarkan Hakim-hakim 4:1-16, untuk dijadikan sebagai teladan karakteristik yang relevan diimplementasikan bagi pemimpin Kristen dan guru Kristen masa kini.




B.     Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan menjawab permasalahan-permasalahan yang tertulis dalam penulisan skripsi ini. Untuk mempermudah membahas pokok permasalahan yang akan dibahas dan yang akan diteliti, penulis mencantumkan poin-poin permasalahan di bawah ini.  Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
Pertama, Bagaimana keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16.
Kedua, Bagaimana karakteristik kepala sekolah Kristen yang baik.
Ketiga, Bagaimana implementasi keteladanan karakteristik Debora menurut Hakim-hakim 4:1-16 bagi kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen.
Jadi, karakteristik ini krusial bagi pemimpin Kristen masa kini, agar mereka menjadi pemimpin dan pengajar yang profesional.

C.     Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Pertama, Untuk menjelaskan bagaimana keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16.
Kedua, Menjelaskan bagaimana karakteristik pemimpin Kristen yang baik.
Ketiga, Menjelaskan bagaimana implementasi keteladanan karakteristik Debora menurut Hakim-hakim 4:1-16.


D.    Pentingnya Penelitian

Dari hasil penelitian di atas diharapakan bermanfaat bagi:
Pertama, Bagi penulis, supaya dapat meneladani karakteristik Debora sebagai pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16.
Kedua, Bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara (STTKN), dapat mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam kitab Hakim-hakim 4:1-16 dengan baik dan benar.
Ketiga, Bagi seluruh kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen dapat mengimplementasikan keteladanan karakteristik Debora menjadi pemimpin yang sukses, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
Keempat, Bagi masyarakat Kristen pada umumnya diharapkan dapat mengambil prinsip-prinsip penting  dalam keteladanan karakteristik Debora menurut kitab Hakim-hakim 4:1-16.

E.     Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian dari skripsi ini adalah membahas tentang Keteladanan Karakteristik Debora sebagai Pemimpin menurut Hakim-Hakim 4:1-16 dan Implementasinya bagi Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen.
Pertama, Bagaimana keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16.
Kedua, Bagaimana karakteristik kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen yang baik.

Ketiga, Bagaimana implementasi keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16 bagi kepala sekolah.

F.      Ruang Lingkup

Skripsi ini berjudul Keteladanan Karakteristik Debora sebagai Pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16 dan Implementasinya bagi Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen.  Bagian ini dibagi menjadi dua pokok bahasan yaitu:
Pertama, dalam bagian ini secara khusus penulis membahas, mengeksegesa dan memberi ruang lingkup batasan pada Hakim-hakim 4:1-16 serta ayat-ayat pendukung. 
Kedua, Implementasi karaktersistik Debora sebagai pemimpin bagi kepala sekolah menegah atas (SMA) Kristen.

G.    Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah:
studi kepustakaan.  Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.  Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian.  Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan.  Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.  Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.[3] 
Selain itu penulis mengeksegesisnya sesuai dengan skripsi yang akan dibahas...Eksegesis adalah menggali atau mengeluarkan arti dari sebuah tulisan. “…Kata tersebut berarti membaca atau menggali arti tulisan-tulisan itu.”[4]    Kemudian memecahkan masalah melihat dari sudut firman Tuhan mengenai karakteristik pemimpin kepala sekolah SMA Kristen yang sedang terjadi saat ini, yaitu krisis keteladanan karakteristik.  Kemudian prinsip-prinsip dapat diimplementasi oleh pemimpin Kristen masa kini.  Di samping itu juga sumber data yang dipakai ialah media elektronik, yaitu mencari data-data melalui internet sesuai dengan judul yang akan dibahas.







H.    Definisi Istilah

Judul dari skripsi ini adalah “ Keteladanan Karakteristik Debora Sebagai Pemimpin menurut Hakim-hakim 4:1-16 Dan Implementasinya Bagi Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen”.  Beberapa istilah yang akan dijelaskan sehubungan dengan judul skripsi ini adalah:
Pertama, Keteladanan adalah “ hal yang dapat ditiru atau dicontoh atau sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh, ini tentang perbuatan, kelakuan dan sifat dari orang yang akan ditiru.[5]  Artinya perbuatan dan kelakuan orang tersebut layak dan baik untuk dicontoh.  Artinya seseorang yang menjadi figur adalah bentuk, wujud, dan tokoh merupakan sentral yang menjadi pusat perhatian.
Kedua, Debora דְּבוֹרָה (Ibrani, devôrâ ‘lebah’) pengertian pertama, Inang pengasuh Ribka (Kej. 35:8) dan yang kedua, seorang nabiah seperti tertera dalam daftar para hakim Israel (kira-kira tahun 1125 sM).[6] 
Seorang nabiah ("Ibu di Israel." Hak 5:7).  Debora menjadi hakim bangsa Israel.  Debora tinggal di bawah pohon korma di antara Rama dan Betel.   Debora memerintahkan Barak untuk berperang melawan bangsa Kanaan, dan Debora adalah sebagai mulut Tuhan yang menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel.
Ketiga, Pemimpin adalah mempegaruhi orang lain.  Banyak orang yang tidak menduduki jabatan pemimpin, tetapi dapat mempengaruhi orang lain sehingga mereka dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya.  Orang semacam itulah yang sebenarnya disebut sebagai pemimpin yang sesungguhnya.[7]
Sedangkan menurut Ary H. Gunawan (1996) kepemimpinan adalah gaya atau proses mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mengarahkan usaha bersama, guna mencapai suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.  Davis (1977) mengartikan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan penuh semangat.[8]
Keempat, Hakim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah): keputusan tidak dapat diganggu gugat; pengadilan; perkaranya sudah diserahkan kepada juri; penilaian dalam perlombaan dan sebagainya.[9]  Hakim, kata Ibrani שֹׁפֵט sophet berarti seorang yang menegakan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar.[10]  Jadi menurut pengertian ini, seorang hakim membela hak orang benar dan menghukum orang salah tanpa memandang bulu.
Kelima, Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam memimpin sekolah di lembaga pendidikan.[11]  Jadi kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pendidikan di mana mereka sedang memimpin.
Keenam, Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: pelaksanaan; penerapan dari keteladanan karakteristik yang akan dilakukan.[12]  Dalam arti menerapkan langsung dan tidak hanya teori.
Ketujuh, Kepala Sekolah Menegah Atas Kristen, Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan, sedangkan Kristen adalah gelar yang diakui umum pada jaman Perjanjian Baru.  Istilah Khristian (o)i, menggambarkan “serdadu-serdadu Kristus” (Souter) atau rumah tangga Kristus (Bickerman), atau pendukung-pendukung Kristus (Peterson).[13]  Jadi kepala sekolah menengah atas Kristen ialah kepala sekolah yang sedang memimpin di lembaga pendidikan, tempat serdadu-serdadu Kristus atau rumah tangga Kristus, dan pendukung-pendukung Kristus berada.  Dengan kata lain di tempat atau kumpulan-kumpulan pengikut Kristus.

I.       Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.  Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulisan skripsi ini diuraikan dan disusun berdasarkan lima bab yaitu:
Bab satu, dalam bab ini penulis membahas tentang: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Pentingnya penelitian, Pertanyaan penelitian, Ruang lingkup penelitian, Metode penelitian, Definisi istilah dan Sistematika penulisan.
Bab dua, dalam bab ini penulis akan menjelaskan karakteristik kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen, pengertian pemimpin pendidikan, kualifikasi pemimpin Kristen, pengertian karakteristik, kepala sekolah sebagai Administrator dan fungsinya, fungsi dan tugas kepala sekolah serta macam-macam karakteristik.
Bab tiga, dalam bab ini penulis membahas tentang keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin, introduksi kitab Hakim-hakim, biografi Debora, karakteristik Debora, rendah hati, berani, motivator dan teologi kitab Hakim-hakim.
Bab empat, dalam bab ini penulis akan membahas implementasi keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin bagi kepala sekolah menengah atas (SMA) Kristen, rendah hati, berani, motivator.
Bab lima, Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran-saran bagi calon-calon pemimpin Kristen (Kepala Sekolah) masa kini, berdasarkan keteladanan karakteristik Debora sebagai pemimpin.




[1] Mery Setiawani dan StephenTong, Seni Membentuk Karakter Kristen, (Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 37.
[2] Sudomo, Ciri Utama Kepemimpinan Sejati, (Yogyakarta: ANDI, 2009), hlm. 1.
[3] Study Kepustakaan, Online: http//www. april04thiem.wordpress.com/. diakses 26 April 2012.

[4] John H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm. 1.

[5] Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.1475.

  [6] Mayes A.D.H, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, hlm. 242.

[7] Sudomo., hlm. 24.
[8] Sobri dkk, Pengelolaan Pendidikan,  (Yogyakarta: Muliti Pressindo, 2009), hlm. 71-72.

[9] Ibid., hlm. 383.               

[10] Archer G.L, Jr, dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2008), hlm. 353.

[11] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 135.

[12] Ibid., hlm. 548.

[13] Zahn dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), hlm. 593.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar