BAB II
KARAKTERISTIK
KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS
KRISTEN
Kepala
sekolah adalah seorang pemimpin, oleh karena itu kepala sekolah
dapat menjadi teladan, dalam arti memiliki karakteristik yang baik dan dapat
mempengaruhi para peserta didik dalam kepemimpinannya di sekolah. Peserta didik sangat
cepat meniru orang lain, secara khusus orang-orang yang mereka kagumi. Jikalau anak-anak menemukan orang yang mereka
kagumi, tidak lama kemudian gerak-gerik mereka akan sama seperti orang yang
mereka kagumi.[14]
A. Pengertian Karakteristik
Menurut kamus Webster, “karakter”
diartikan sebagai: “kekuatan moral atau etika; integritas. “ Sedangkan dalam kamus Poerdawarminta, “karakter”
diartikan sebagai: “Tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, ataupun budi
pekerti.”[15] Berdasarkan kepada definisi tentang karakter di
atas, maka sesungguhnya karakter lebih kepada elemen-elemen di dalam pribadi
seorang pemimpin, baik waktu mereka bersama orang lain maupun ketika mereka
tidak bersama dengan orang lain. Dengan
kata lain karakter, terungkap melalui apa yang mereka lakukan ketika orang lain
tidak melihat, karakter akan
tampak
dalam interaksi sosial mereka sebagai pemimpin, di mana mereka melakukan apa yang
benar terhadap orang lain.
Karakteristik adalah sifat khas seseorang
sesuai dengan perwatakan tertentu.[16] Karakteristik merupakan bagian dari karakter
yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi ciri khas orang tersebut, sehingga berbeda
dari orang lain. Sedangkan dalam
pengertian sederhana karakteristik adalah sifat pribadi atau individu yang tercermin pada sikap dan
perbuatan seseorang yang membedakan orang tersebut dengan orang lain.
Sedangkan Antonius
Atasokhi dan kawan-kawannya mengemukakan mengartikan karakter: “Kharakteristik
(khas, unik) menunjukan sifat individuatik tidak ada dua orang yang benar-benar
sama dalam cara seseorang, mereka menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
artinya tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama atau tidak
bisa disamakan karena setiap orang memiliki sifat yang unik tersendiri.[17]
B. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin yang
memimpin di sekolah, komitmen pemimpin merupakan persyaratan yang tidak dapat
ditawar-tawar, karena maju dan mundurnya organisasi tergantung pada pemimpin. Salah
satu posisi kepala sekolah adalah memimpin para guru dan pegawai agar mereka
antusias bekerja serta membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan.[18]
Di samping itu juga pemimpin ialah pengambil
keputusan dalam organisasi. Membuat
keputusan menuntut tindakan, keputusan yang diambil dapat berisiko bahkan ada
konsekuensi-konsekuensi yang berat yang mungkin akan timbul bila pemimpin
membuat keputusan yang salah.[19] Mengambil keputusan yang akan diputuskan
pemimpin dalam hal ini membutuhkan hikmat dan kebijaksanaan supaya keputusan
yang diambil itu tepat. Betapa pentingnya pemimpin di level apapun sebaiknya
berani mengambil keputusan yang tepat, sekalipun beresiko, dipandang salah oleh
banyak orang.
Kepala sekolah
merupakan pemimpin penentu arah bagi
lembaga yang dipimpinnya, ke arah mana pemimpin membawa lembaga itu, tujuannya,
dan pencapainnya. Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin
menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi,
guna diraih pada masa depan dan melibatkan orang-orang dari "get-go". Sebagai penentu arah, seorang pemimpin
menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta
meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan
mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju
masa depan.[20]
Sondang P. Siagian menyatakan kepemimpinan pendidikan merupakan inti dari manajemen
dalam pendidikan karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua
sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi organisasi.[21] Organisasi tanpa ada penggerak tidak mungkin
segala sesuatu dapat berjalan dengan baik, sama halnya dengan alat tanpa ada
yang menggunakannya tidak ada fungsinya.
Alat-alat dalam organisasi adalah para staf dan karyawan, mereka bisa melakukan pekerjaan tersebut, namun tanpa ada motivator pekerjaan yang akan
dapat diselesaikan dalam
waktu seminggu menjadi dua minggu.
1. Pemimpin Pendidikan
Kata “pemimpin” mempunyai arti
memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (Precede).
Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan
maksimal untuk mencapai tujuan.[22]
Pemimpin adalah orang yang
dapat mempengaruhi orang lain agar dapat berbuat sesuai dengan kemauan yang
dikehendakinya. Dengan kata lain
pemimpin adalah orang yang sanggup membawa orang lain menuju kepada tujuan yang
dikehendakinya. Banyak teori tentang pemimpin dan kepemimpinan
(leadership), namun teori tersebut pada intinya adalah sebagai seni
mempengaruhi orang lain.[23]
Menurut
Burhanuddin,
kepemimpinan adalah: usaha yang dilakukan oleh seorang dengan segenap kemampuan
yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan
individu-individu supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan
kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.[24]
Menurut
Veitzal Rivai,
kepemimpinan adalah: meliputi proses mempegaruhi dan menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, dan
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.[25]
Menurut
Gibson,
(dalam Hadari Nawawi) kepemimpinan adalah: upaya menggunakan berbagai jenis
pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi untuk mencapai
tujuan.[26]
Menurut
Ibrahim Bafadal,
kepemimpinan adalah: Sebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong,
mengajak dan menggerakan serta menuntut orang lain dalam proses kerja agar
berpikir, bersikap bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.[27]
Beberapa pengertian dari beberapa pakar
di atas “pemimpin” dapat disimpulkan bahwa pemimpin ialah usaha untuk
mempengaruhi, mendorong, seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam organisasi. Pengaruh pemimpin
sangat besar dalam organisasi atau sebuah institusi, usaha mempengaruhi orang
lain berarti pemimpin ingin mencapai tujuan yang hendak dicapai berdasarkan
visi dan misinya.
Kata “pemimpin”
di antaranya diterjemahkan dari kata Ibrani rc' sar (Sin-Patah-Resh). Mungkin kata ini membingungkan mengapa
kata sar yang huruf pertamanya menggunakan huruf Sin,
sedangkan akar kata induknya menggunakan huruf Samekh (bukan Sin). Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada awalnya, kata sar berasal
dari turunan akar kata induk sr (Samekh-Resh). Kata sar
tidak ada pemisahan antara huruf Sin dan Samekh. Baru dikemudian hari ada pemisahan tersebut. Namun seluruh kata yang menggunakan huruf Sin
berhubungan makna dengan kata-kata yang menggunakan huruf Samekh di tempat yang
sama. Jadi, kata sar (Sin-Patah-Resh)
diturunkan dari akar kata induk sr (Samekh-Resh) dapat di pahami. Dalam piktograf Ibrani kuno,
huruf Samekh adalah sebuah gambar duri atau onak yang mewakili ide
memutar, sebagaimana binatang buas yang memutari pelindung berduri yang gagal
memangsa domba-domba gembalaan. Sedangkan
huruf Resh adalah gambar kepala.
Gabungan dua gambar ini berarti “memutar kepala”, yaitu memutar kepala
ke arah yang lain. Pemimpin berarti
seorang yang mengatur putaran orang ke arahnya.
Pemutaran kepala anak atau murid ke arah tertentu, kata sar
(pemimpin) ini memiliki akar kata induk yang sama dengan musar (didikan).[28]
Dengan demikian,
kedua kata tersebut memiliki makna yang sangat dekat. Seorang pemimpin memberikan didikan kepada
orang lain. pemimpin “memutar kepala”
orang lain, supaya mengarahkan pandangannya kepada dirinya. Jadi kata
“pemimpin” mengandung makna seorang yang mengarahkan pandangan orang
lain ke arahnya atau menyatukan pandangan orang lain ke arah pandangannya.
2. Kualifikasi Kepala Sekolah Kristen
Kualifikasi ialah keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan) pembatasan.[29] Berdasarkan pengertian tersebut berarti
kualifikasi adalah ukuran atau standar untuk seseorang yang ingin meduduki
jabatan pemimpin, dalam pengertian lain persyaratan yang diberlakukan kepada
seseorang apabila menghendaki jabatan sebagai pemimpin. Organisasi dapat berjalan dengan baik, tumbuh
dan berkembang tergantung pada kinerja pemimpin organisasi. Pemimpin organisasi sebaiknya memenuhi
kualifikasi tertentu, kualifikasi pemimpin menurut para ahli:
Ruslan
Abdulgani: Kelebihan dalam moral dan akhlak, kelebihan
dalam jiwa dan semangat, kelebihan dalam
ketajaman dan intelek dan persepsi, kelebihan dalam ketekunan dan keuletan
jasmani.
George
R. Terry:
Mental dan fisik yang kuat, stabilitas emosi (tidak mudah terbawa emosi),
keterampilan hubungan antar manusia, menghormati pendapat orang lain, bersikap
objektif (apa adanya), inisiatif, keterampilan berkomunikasi, keterampilan
mengajar dan memiliki keterampilan teknis.
Henry
Fayol:
Kesehatan, kecerdasan, setia, jujur, adil, berpendidikan, berpengalaman.
Ki
Hajar Dewantara:
Ing ngarso sung tulodho, artinya
pemimpin berada di depan untuk memberi teladan, Ing madyo ambangun karso, artinya pemimpin berada ditengah untuk membangun
dan menumbuhkan inovasi, dan Tutwuri
handayani, artinya pemimpin berada di belakang untuk memberikan semangat
sambil mengikuti perkembangannya.[30]
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa kualifikasi yang diperlukan untuk menjadi pemimpin organisasi
yang baik adalah: Mempunyai kelebihan
dalam segala hal, mempunyai keterampilan teknis (berkomunikasi, dan mengajar),
cerdas, punya inisiatif, setia, jujur, adil, dan berpengalaman, bersikap
objektif, menghormati pendapat orang lain, dan tidak mudah terbawa emosi serta ing ngarso sung tulodho, ing madyo ambangun
karso, dan tutwuri handayani.
Kemudian yang terpenting ialah sudah bertobat dan lahir baru.
C. Kepala
Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah yang dipimpinnya.
Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas dengan baik, kepala sekolah
sebaiknya menguasai, memahami dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan
berkenaan sesuai dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.
Dalam setiap administrator terkandung di
dalamnya fungsi membuat perencanaan,
menyusun organisasi sekolah, bertindak sebagai pengarah, bertindak sebagai
koordinator, dan melakukan pengawasan.
1.
Membuat Perencanaan (Planning)
Perencanaan
ialah penentuan dan pemilihan tujuan terlebih dahulu serta merumuskan
tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang dianggap perlu untuk mencapainya.[31] Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa
yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang
diperlukan, dan berapa banyak biayanya.
Perencanaan ini dibuat sebelum melakukan suatu tindakan.
Banghart dan Trull (1973) mengemukakan: “Educational planning is firs of all a
rational procces”. Pendapat ini
menunjukan bahwa perencanaan adalah awal dari proses-proses rasional,
mengandung sifat optimis didasarkan pada kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi
berbagai masalah.
Gaffar 1987 mengartikan perencanaan sebagai
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan
datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan. Oleh karena itu perencanaan melalui proses
penyusunan atau step by step untuk menentukan keputusan yang akan dilaksanakan
pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Sergiovanni (1987: 300) mengemukakan: “plans are guides, approximations, goal
post, and compass setting not irrevocable commitments”. Perencanaan adalah pemandu perkiraan atau
tafsiran, pos-pos yang menjadi tujuan dan letak-letak komitmen yang tidak dapat
dibatalkan atau ditarik kembali, berdasarkan hasil yang telah diputuskan
bersama oleh kepala sekolah dan staf personel sekolah berdasarkan waktu yang
ditentukan.
Perencanaan
pendidikan dilaksanakan atas kesepakatan bersama-sama yang menyediakan bidang
pendidikan, proses perencanaan secara kolaboratif atau kerja sama, artinya
dengan mengikut sertakan personel sekolah dalam semua tahapan perencanaan.[32]
2.
Menyusun Organisasi Sekolah
Pengorganisasian
merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi,
personalia, dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disatukan
dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.[33]
Pengorganisasian
diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam
kerja sama pendidikan. Gorton mengemukakan:
“Organizing the school involves more than
identifying position and defining relationship on an organizational chart, the
most important factor that an administrator should consider in organizing a
school are the people associated whit it”.
Organisasi
sekolah terbaginya sebuah tugas dalam berbagai unsur organisasi secara
proporsional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi dan
menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub komponen-komponen organisasi.
Pengorganisasian
yang dimaksud mengatur mekanisme kerja organisme, sehingga dengan pengaturan
tersebut dapat menjamin tujuan yang ditentukan. Quigley, Joseph V mengemukakan ada lima
kesuksesan organisasi yakni:
Pertama,
Kualitas (Quality), organisasi memberikan kualitas pelayanan yang tinggi kepada
pelanggan (customers) untuk menjamin kepuasan mereka;
Kedua,
Pertumbuhan (growth), yaitu menjamin adanya pertumbuhan jangka panjang dan
pertumbuhan pasar secara kompetitif;
Ketiga,
orang-orang, yaitu menjamin bahwa pemerintah dan satuan pendidikan mempunyai
orang-orang yang perlu untuk mengembankan misi;
Keempat, tingkah
laku etis (ethical conduct) yaitu mengatur bisnis organisasi dalam tindakan
yang konsisten yang mengacu kepada kualitas pendidikan sebagai standar
pertumbuhan utama dari organisasi dan memaksimalisasi nilai-nilai pencapaian
misi;
Kelima,
keuangan, (Financial), yaitu kemampuan memelihara dan mengelola keuangan atau
anggaran secara konsisten sabagai faktor utama pertumbuhan organisasi dan
memaksimalkan nilai para pemakainya.[34]
Jadi,
pengorganisasian adalah tingkat kemampuan pemimpin sebagai pengambil kebijakan pada
birokrasi pemerintah dan kepala sekolah sebagai pimpinan kegiatan pembelajaran.
3.
Bertindak Sebagai Pengarah
Pengarahan
adalah upaya agar sumber daya manusia yang ada dalam manajemen melaksanakan
rencana yang telah ditetapkan.[35] Mengarahkan merupakan kegiatan membimbing
karyawan dengan jalan memberi perintah (komando) memberi petunjuk, mendorong
semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar
mereka dapat melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk,
peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.
Tindakan mengarahkan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan: Pertama, melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan
dilakukan. Kedua, memberikan petunjuk
umum dan petunjuk khusus baik secara lisan maupun tertulis, secara langsung
maupun tidak langsung.[36]
4.
Bertindak Sebagai Koordinator
Kepala sekolah
adalah sebagai koordinator yang pemimpin untuk mengarahkan suatu
pekerjaan. Sedangkan pengkoordinasian
berarti mengikat, mempersatukan dan menyelaraskan semua aktivitas dan usaha.[37] Adanya koordinasi dan pengarahan yang baik
dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadi persaingan yang tidak
sehat. Koordinasi adalah kegiatan
menghubungakan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau
keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah
dari timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi), dan kekosongan
tindakan. Kepala sekolah adalah koordinator,
tindakan mengkoordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: Pertama,
melaksanakan penjelasan singkat. Kedua,
mengadakan rapat kerja. Ketiga,
memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Keempat, memberikan timbal balik tentang
hasil suatu kegiatan.[38]
5.
Melakukan Pengawasan
Secara umum
pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan
sebagai upaya mengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang efektif, roda
organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat
dilaksanakan dengan baik. Pengawasan
ialah fungsi administratif yang mana setiap administrator memastikah bahwa apa
yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut Oteng Sutisna (1983:203) mengawasi ialah
proses dengan mana administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan
apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Sedangkan Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan
bahwa pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat
efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat
tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Kemudian Johnson (1973:74) mengemukakan
bahwa pengawasan ialah sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian
terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem
hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Artinya pengawas sebagai performan petugas,
proses dan output sesuai dengan rencana, kalaupun ada penyimpangan hal itu
diusahakan agar tidak lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta,
1988:168).[39]
Pengawasan dapat
diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk realisasi perilaku personal dalam
organisasi pendidikan, apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai
dengan yang dikehendaki, kemudian hasil dari pengawasan tersebut apakah perlu
perbaikan. Pengawasan memeriksa apakah
semua berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat atau tidak ,
intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
6.
Pengendalian
Pengendalian
adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.[40] Artinya pekerjaan yang telah dilaksanakan
sebaiknya dinilai dan dikoreksi apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau tidak.
Jika pekerjaan tersebut setelah dikoreksi tidak sesuai, maka pekerjaan
tersebut sebaiknya direvisi kembali.
D.
Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah
Fungsi utama kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar, sehingga guru
dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut menurut
Hendiyat Soetopo "kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu
melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar
dengan baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bertambah dalam
menjalankan tugas-tugas pengajaran dan membimbing dalam pertumbuhan
murid-murid.[41]
Di samping itu kepala sekolah juga
sebagai motor penggerak penentu arah kebijakkan sekolah yang akan menentukan
bagaimana tujuan-tujuan sekolah bisa direalisasikan.[42] Orang yang memegang jabatan kepala sekolah
adalah pemimpin pendidikan. Kepala
sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan
kegiatan-kegiatan sekolah. Pemimpin
mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh
kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar
pancasila.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung
jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi
segala keadaan lingkungan sekolah dengan situasi dan kondisinya serta hubungan
dengan masyarakat sekitarnya, merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada
perkembangan dan kemajuan sekolah adalah tugas dan tanggung jawab kepala
sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas
penting di lembaga pendidikan, tugas kepala sekolah diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Supervisi
Supervisi lebih menekankan kepada
persahabatan yang dilandasi oleh pemberi pelayanan dan kerja sama yang lebih
baik diantara sesama staf (guru-guru), karena itu lebih bersifat demokratis.[43] Artinya seorang pemimpin dapat membangun
relasi yang baik, bekerja sama sehingga staf atau bawahannya merasa dilibatkan
dan dihargai oleh pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan dalam pandangan modern
supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu
supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar
lebih baik dalam belajar.[44]
2. Pembinaan Kurikulum
Tugas lain kepala sekolah ialah
pembinaan kurikulum sekolah. Dapat
dikatakan bahwa semua tugas kepala sekolah sebagai supervisor sebaiknya
berlandaskan pada kurikulum sekolah, karena kurikulum merupakan pedoman segala
kegiatan sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut M. Ngalin Purwanto mengatakan
bahwa ada beberapa hal yang merupakan tugas kepala sekolah sebagai supervisi
dalam rangka pembinaan kurikulum sekolah, antara lain:
Pertama, kepala
sekolah hendaknya membimbing para guru agar dapat meneliti dan memilih
bahan-bahan pelajaran mana yang baik dan sesuai dengan perkembangan anak dan
tuntutan kehidupan dalam bermasyarakat.
Kedua,
membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandai memilih metode-metode
mengajar yang baik dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran
dan kemampuan anak.
Ketiga,
menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun secara
periodik, khusus untuk membicarakan kurikulum metode mengajar dan sebagainya.
Keempat,
mengadakan kunjungan kelas (class visit) yang teratur mengunjungi guru yang sedang
mengajar, untuk meneliti bagaimana cara, metode mengajarnya, kemudian
mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan.
Kelima, setiap
permulaan tahun ajaran guru-guru diwajibkan menyusun suatu silabus pelajaran
yang akan diajarkannya, dengan pedoman kepada rencana pelajaran kurikulum yang
berlaku di sekolah.
Keenam, pada
setiap akhir tahun masing-masing guru mengadakan, penilaian cara hasil kerjanya
(sesuai dengan silabus) untuk selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam
tahun ajaran berikutnya.
Ketujuh, setiap
tahun ajaran mengadakan penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan
kondisi sekolah pada umumnya dan usaha memperbaikinya, sebagai pedoman program
sekolah untuk tahun ajaran berikutnya. [45]
Melihat tugas dan tanggung jawab kepala
sekolah diatas cukup banyak, disamping sebagai administrator yang bertanggung
jawab terhadap kelancaran aktivitas sehari-hari. Kepala sekolah sebaiknya pandai memanfaatkan
kondisi, meneliti dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlakukan
untuk kemajuan sekolah yang dipimpinya, sehingga tujuan pendidikan dapat
berjalan dengan baik. Artinya adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin mereka sebaiknya demokrasi dan mau mendengar
saran-saran dari anak buah mereka (guru), menjadi pemimpin bukan berarti
menganggap diri lebih pintar atau lebih baik dari bawahan.
Menjadi pemimpin perlu mendengar orang
lain, karena setiap saran pasti ada manfaatnya bagi organisasi tersebut. Sebagai supervisor,
hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan pada diri setiap guru oleh
kepala sekolah adalah: kepribadian guru, meningkatkan profesi secara kontinu,
proses pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, keragaman kemampuan guru,
keragaman daerah dan kemampuan guru dalam bekerja sama dengan masyarakat.[46]
E.
Macam-Macam Karakteristik
Karakteristik merupakan bagian yang penting
dalam setiap orang apa lagi seorang pemimpi, karakteristik juga membawa pengaruh
dalam diri pemimpin. Dalam bagian ini
ada beberapa macam karakteristik yang akan di jelaskan. Joko Wahyono menyatakan, seorang pemimpin minimal
memiliki empat karakter diantaranya adalah: jujur, dapat dipercaya, cerdas dan
mampu berkomunikasi.[47]
Joko Wahyono menyatakan seorang pemimpin
minimal memiliki empat karakter.
Sedangkan dilihat dari sisi lain ada beberapa karakteristik sebaiknya
dimiliki oleh seorang pemimpin. Pada
bagian ini penulis akan menambah beberapa karakteristik lainnya yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang pemimpin.
1. Jujur
Karakteristik jujur,
merupakan sifat khas yang mutlak dimiliki oleh setiap pemimpin. Setiap orang pasti tidak ingin dibohongi atau
ditipu. Sebagai bawahan pasti senang
memiliki pemimpin yang jujur dan setiap orang ingin mendengar kejujuran bahkan
setiap orang ingin mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Para pengikut akan menunggu apa yang ditunjukan
pemimpin mereka, mereka akan mengamati perilaku, konsistensi antara kata dan
perbuatan itulah cara mereka menilai seorang pemimpin.[48]
Seorang pemimpin
sebaiknya memiliki kejujuran baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Jujur berarti tidak bercabang lidah,
bertindak sportif, terbuka dan berani mengakui kesalahan serta tidak mencari
“kambing hitam”.[49]
Artinya kesalahan mereka tidak dilemparkan
kepada orang lain. Hal ini tidak akan
menurunkan wibawa seorang pemimpin, malah membuat orang lain makin respek atau
menghargai pemimpin yang jujur terhadap kesalahan mereka. Itulah sikap jujur yang sebaiknya dimiliki
oleh setiap pemimpin, karaktersitik ini tidak boleh ditawar-tawar lagi. Kejujuran sebaiknya dihargai sebagai prestasi diri sendiri bagi yang
melakukannya. Kejujuran tidak sulit
untuk dilakukan jika seseorang hidup dalam kebenaran, karena kejujuran adalah
bagian dari kebenaran. Sikap ini memang
dimulai dari pemimpin, bagi
pemimpin Kristen mutlak sikap ini untuk dilakukan.
2. Dapat diPercaya
Pemimpin yang dapat
dipercaya adalah pemimpin yang berintegritas artinya berusaha lebih keras untuk melakukan apa yang benar
atau bersikap
benar dalam tindakan mereka, walaupun mereka tidak dilihat oleh orang lain
maupun disaat mereka sendirian.[50] Perilaku benar seorang pemimpin penting dalam
memimpin sebuah organisasi atau lembaga pendidikan yang mereka pimpin, orang yang dapat dipercaya adalah seorang yang
memiliki integritas. Secara definisi
kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berasal dari
akar kata “integer” yang mana artinya menyeluruh, lengkap atau segalanya.[51]
Ini adalah bentuk ketaatan secara keagamaan terhadap kode moral, nilai dan
kelakuan. Kalau pemimpin memperagakan, maka
integritas ini melebihi karakter seseorang, aksi yang dapat dipercaya
(trustworthy action) dan komitmen yang bertanggung jawab (responsible
commitment). Jadi integritas itu adalah
standard terhadap anti suap (incrorruptibility) menolak melakukan kesalahan terhadap
kebenaran, bertanggung jawab atau janji (pledge) dan tidak mengingkarinya.[52]
Pernyataan pakar kepemimpinan Warren
Bennis dalam buku yang berjudul : “Leaders: Strategies for Taking Charge”
mengatakan Integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust). Artinya seorang pemimpin yang memiliki
integritas membangun kepercayaan dengan menunjukan kepada orang lain bahwa
apabila mereka menghadapi tantangan moral, segala keputusan dan aksi mereka
dapat diprediksi. Pentingnya integritas
pemimpin Kristen
ini adalah hal yang mendasar sebaiknya dimiliki seorang pemimpin masa kini.[53]
3. Lemah Lembut
Pemimpin yang
sungguh-sungguh adalah pemimpin
yang menggunakan jabatannya untuk melayani sesama, sebab
mereka taat pada panggilan ilahi.[54] Jadi pemimpin yang lemah-lembut adalah pemimpin yang
mengasihi, mereka tidak otoriter, namum mereka lemah lembut dalam segala aspek, yakni dalam hal berbicara kepada orang lain,
menasihati, dan tata cara hidup sehari-hari. Pemimpin yang lemah lembut kadang dipandang
sebagai kelemahan. Orang lebih suka
bersikap keras atau otoriter untuk menunjukan kuasa atau wibawa mereka.
Padahal kelemah-lembutan
lebih ampuh dari pada kekerasan, ketika Paulus berkunjung ke Tesalonika para
lawan Paulus telah menghasut jemaat.[55] Paulus dituduh gagal menjalankan misi,
sehingga dianiaya di Filipi. Menghadapi
hasutan itu, Paulus tidak bersikap keras dengan menunjukan otoritas sebagai
rasul, Paulus tidak menghabisi mereka atau membesarkan diri untuk merebut
simpati. Namun Paulus bersikap seperti
seorang ibu yang sedang mengasuh anak.
Lemah-lembut berarti berusaha mendengar dan memahami kebutuhan orang
lain, belajar merendahkan diri dan melayani.
Sikap itulah yang membuat Paulus disegani.
4. Cerdas
Pemimpin yang cerdas
adalah pemimpin yang memberi solusi atas suatu masalah yang sedang dihadapi
bawahan atau murid mereka. Pemimpin
cerdas juga disebut sebagai pemimpin yang kreatif, inovatif, dan produktif.[56]
Cerdas merupakan sikap
yang dimiliki seorang pemimpin, tanpa kecerdasan mustahil lembaga atau
organisasi yang mereka pimpin akan berkembang.
Kecerdasan tidak diukur dari intelek saja, sebaiknya kecerdasan yang dimiliki
seorang pemimpin Kristen ialah kecerdasan rohani, kecerdasan rohani berarti berpengalaman
dengan Tuhan dan memiliki hubungan intim dengan Tuhan Yesus. Tanpa memiliki hubungan spiritual yang baik
dengan Tuhan, seorang pemimpin tidak bisa mencapai produktifitas dengan baik. Kemampuan seorang pemimpin bisa mempengaruhi
efektif dan efisiennya
organisasi yang mereka pimpin.
Chaplin (1989) mengemukakan
bahwa kemampuan (Competence) adalah kelayakan untuk melaksanakan tugas, keadaan
mental untuk memberikan kualifikasi seseorang untuk berwenang dan bertanggung
jawab atas tindakan mereka atau perbuatan mereka. Artinya competence adalah kemampuan melakukan
tugas atau pilihan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan, kemampuan menanamkan pengaruh,
melaksanakan fungsi manajemen dengan memilih mana yang penting dan prioritas
adalah krusial bagi kepemimpinan pendidikan.
Pengelolaan sistem
pendidikan nasional ditentukan oleh kemampuan, yaitu kemampuan memahami tujuan,
menguasai teknologi pendidikan, melakukan pengorganisasian secara sistematis
dan komitmen mereka terhadap perbaikan pengelolaan pendidikan dalam wewenang
dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin.
Oleh sebab itu kedudukan pemimpin sebaiknya diisi oleh orang-orang yang
beribawa, cakap, dan visioner.[57]
Dalam mengemban tugas
penting seorang pemimpin dituntut untuk mampu menunjukan spiritualitas
imannya. Pemimpin sebaiknya mengetahui
sebagaimana mereka memimpin berdasarkan iman Kristiani. Karena kepala sekolah ialah seorang pemimpin,
sebaiknya mereka memberikan dan mengajarkan apa yang dimilikinya. Pemimpin Kristen hendaknya mencerminkan figur
Tuhan Yesus yang mempunyai spiritualitas yang tinggi. Hal ini terlihat dalam peran-Nya sebagai guru
dan pemimpin yang patut dipercayai (perkataan-Nya pantas diperhatikan), dan
ditiru (tingkah laku-Nya pantas diteladanani).
Spiritualitas adalah kualitas gaya hidup seseorang sebagai hasil dari ke
dalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh.
Dalam makalahnya Pdt. Chris Hartono, mengemukakan tiga hal yang menjadi
ukuran seseorang mempunyai spiritualitas atau tidak:
Pertama, orang
tersebut sebaiknya berakar kuat di dalam Kristus, dalam artian menghayati
spiritualitasnya seseorang sebaiknya menjadikan Kristus sebagai sumber
kehidupannya; sebagai sumber keselamatannya, bukan yang lain.
Kedua, orang
tersebut sebaiknya berada senantiasa dalam persekutuan dalam gerejanya dengan
saudara seiman, artinya seseorang menjalin hubungan dengan sesama para pengikut
Kristus.
Ketiga, orang
tersebut sebaiknya senantiasa hidup dalam kegiatan yang bersifat redemptive,
yaitu berusaha untuk memberi semangat, memulihkan, menolong, mengobati
luka-luka batin dirinya dan orang lain di luar dirinya.[58]
Inilah ukuran seseorang
yang memiliki spiritual. Jika seseorang
mempunyai salah satu atau ketiga hal di atas, maka orang itu disebut manusia
yang berspiritualitas.
5. Peduli
Pemimpin yang peduli
adalah pemimpin yang baik, mereka mengetahui peran mereka di tengah-tengah
pengikut mereka. Mereka peduli akan
sekolah mereka itu artinya pemimpin yang menunjukan kepedulian mereka terhadap
sekolah dan masa depan para anak didik mereka. Mereka yang memiliki kepekaan peduli itulah
yang mampu mengalahkan kepentingan diri sendiri, artinya bahwa kesulitan apapun
yang sedang pemimpin hadapi, jika mereka mempunyai hati yang peka dan peduli,
maka mereka akan tetap mempunyai solidaritas sosial dengan orang yang
membutuhkan pertolongan dari sang pemimpin.
Debora adalah
pemimpin yang peduli pada masalah-masalah sosial-politik. Keberanian Debora untuk menghadapi resiko dan
tantangan serta kesadaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap situasi yang
tidak adil di sekitarnya.[59]
Selama bangsa Israel dijajah oleh panglima Sisera
tekanan atau himpitan yang amat menyakitkan bagi bangsa itu yang tidak mampu
mereka hadapi lagi sehingga membuat mereka berseru kepada Tuhan Allah mereka.
Tuhan mendengarkan seruan mereka dan Tuhan
membangkitkan seorang hakim perempuan yang bernama Debora untuk melepaskan
mereka dari penindasan Sisera.
Kepedulian terhadap bangsa Israel yang membuat Debora meresponi
panggilan TUHAN untuk menjadi hakim dan sekaligus pemimpin.
Namun dalam segala hal Debora tetap setia kepada
TUHAN. Sikap inilah yang membuat Debora
pada posisi yang strategis dan terhormat dalam masyarakat. Diharapkan kepada pemimpin Kristen masa kini,
sikap seorang ibu sebaiknya dimiliki yaitu peduli terhadap anak-anak dan pengikutnya. Peduli berarti memperhatikan atau menghiraukan orang lain yang
menderita.[60]
6.
Fasilitator
Fasilitator berasal dari kata to facilitate, yang berarti memberi kemudahan, membantu agar
menjadi mudah, memfasilitasi sehingga setiap orang mudah untuk diselamatkan,
mudah untuk mendapatkan berkat.[61] Seorang fasilitator tidak mudah menyerah
dalam situasi apapun dan seorang fasilitator adalah membuat hal-hal yang sulit
menjadi mudah. Artinya seorang
fasilitator dapat melakukan sesuatu yang sulit menjadi mudah
dan pantang menyerah. Manusia memang terbatas melakukan pekerjaan
yang tidak terbatas, namun seorang fasilitator tahu bahwa dari semuanya itu
Allahlah sumber mujizat yang luar biasa menyertainya.
Fasilitator bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi
orang yang mempunyai Yesus Tuhan membuat segala sesuatu menjadi mudah merekalah
fasilitator. Alkitab mengajarkan bahwa
para fasilitatorlah yang menjadi orang-orang yang mengubah sejarah. Contohnya, Musa membawa bangsa Israel keluar
dari perbudakan di Mesir selama 430 tahun dengan mujizat yang luar biasa. Yusuf di Mesir membawa bangsa Mesir menjadi
negeri yang memberi makan banyak bangsa.
Nehemia membangun tembok Yerusalem dalam waktu 52 hari. Demikian pula apa yang dilakukan Tuhan Yesus,
Dia memfasilitasi yang tidak bisa dilakukan oleh manusia yaitu menyelamatkan manusia
dengan kematian-Nya di atas kayu salib.
Mereka memang menjadi orang besar dan terkemuka, namun bukan hal itu
yang mereka kejar atau cari. Sebenarnya
hal itu tidak perlu dibingungkan karena Alkitab sudah mengajarkannya sesuai
dengan firman Tuhan:
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa
ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;” (Matius 20:26-27 TB). Not so with you. Instead, whoever wants to become great among
you must be your servant, and whoever wants to be first must be your slave (Matthew 20:26-27 NIV).
Firman Tuhan menjelaskan apa yang telah disediakan
Tuhan bagi mereka yaitu mereka akan memiliki dua hal yaitu besar (great) dan
terkemuka atau (first). Hal yang “besar”
mengungkapkan bahwa umat Tuhan memiliki berkat dan kuasa Tuhan yang besar
sehingga umat Tuhan mengalami mukjizat dan kuasa Allah. Sedangkan hal yang “terkemuka” mengungkapkan
mengenai posisi sebagai orang yang pertama melaluinya, sehingga rencana dan
kehendak Allah dinyatakan.[62]
Jadi sebagai umat Tuhan hendaklah memiliki kedua hal
ini yaitu memiliki kuasa dan memiliki posisi sehingga mereka menjadi orang yang
dipakai Allah untuk menggenapi rencana-Nya.
Ketrampilan
untuk memfasilitasi penting bagi setiap orang yang hendak membimbing sekelompok
orang melalui suatu proses pembelajaran atau suatu perubahan melalui suatu cara
pembimbingan yang mendorong setiap anggota kelompok untuk terlibat dalam proses
itu. Setiap orang mempunyai sudut
pandang yang unik serta pengetahuan yang berharga yang dapat mereka bagikan
dengan orang lain.
[14] Mary Setiawani,
dan Stephen Tong., hlm. 37.
[15] Membangun Karakter Kepemimpinan
yang Kokoh. Online: http://www.google.com/. diakses 28 November 2011.
[19] Ted W. Engstrom dan Edward R.
Dayton, dit., Yap Wei Fong., hlm. 127.
[20] Peran Pemimpin Visioner, Online:
http//www. mathedu-unila.blogspot.com/. diakses 28 April 2012.
[22] Wahjosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya/Wahjosumidjo,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 104.
[23] Online: http://utlubililma.wordpress.com/.
diakses 19 April 2012.
[24] Burhanuddin, Analisis
Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), hlm. 63.
[25] Veitzal Rivai, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2003), hlm. 2.
[26] Hadari Nawawi, Kepemimpinan
dalam Mengaktifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,
2002), hlm. 21.
[27] Ibrahim Bafadol, Manajemen
Mutu Sekolah Dasar dari sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 44.
[28]
Hery Setyo Ady, Pemimpin
Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno, Online: http//www.sabdaspace.org/.
diakses 2 Mei 2012.
[29] Tim Penyusun, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), hlm. 763.
[30] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar
Manajemen Kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), hlm. 101-102.
[34] Ibid., hlm. 49-52.
[35] Ibid., hlm. 9.
[36] Sobri dkk., hlm. 104.
[37] Ibid., hlm. 9.
[38] Ibid.
[39] Ibid.
[40] Ibid.
[41] Baharuddin, Online:
http//www.Fungsi Kepala Sekolah.com//. diakses 19 April 2012.
[42] Sobri dkk.
[43] Sri Banun Muslim, Supervisi
Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, ( t.p: Alfabeta,
2009), hlm. 36.
[44] Ibid., hlm. 228.
[45] Tugas Kepala Sekolah Menurut M.
Ngalin Purwanto, Online: http:///www.google.co.id. diakses 19 April
2012.
[46] Ibid., hlm. 18.
[47] Wahyono, Joko, Sekolah
Kaya Sekolah Miskin Guru Kaya Guru Miskin, (Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 82.
[48] Ibid., hlm. 83.
[49] Pemahaman Kepemimpinan Kristen.
Online: http//www.google.com. diakses 28 November 2011.
[51] John M Echols,
dan Hassan Shandily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1996)., hlm. 326.
[52]
Saumiman Saud, “Integritas Orang Percaya”. Online: http://sabda.org/. diakses 11 Desember 2011.
[54] Robert Cowles, Gembala Sidang, Bandung: Kalam Hidup,
1993., hlm. 7.
[57] Ibid.
[58] John M. Nainggolan, Guru
Agama Kristen: Sebagai Panggilan dan Profesi, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), hlm.
33-34.
[59] Retnowati,
Perempuan-Perempuan dalam Alkitab: peran, partisipasi dan perjuangannya,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2011),
hlm.
25.
[61] Rachmat .T
Manulang, Leadership Reformation: Kepemimpinan Sebuah
Pilihan atau Panggilan, (Jakarta: Metanoia Publishing, 2007), hlm. 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar