Rabu, 27 Juni 2012

Bab II karakteristik kepala sekolah menengah atas Kristen


BAB II
KARAKTERISTIK
KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS KRISTEN
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin, oleh karena itu kepala sekolah dapat menjadi teladan, dalam arti memiliki karakteristik yang baik dan dapat mempengaruhi para peserta didik dalam kepemimpinannya di sekolah. Peserta didik sangat cepat meniru orang lain, secara khusus orang-orang yang mereka kagumi.  Jikalau anak-anak menemukan orang yang mereka kagumi, tidak lama kemudian gerak-gerik mereka akan sama seperti orang yang mereka kagumi.[14]

A.   Pengertian Karakteristik


Menurut kamus Webster, “karakter” diartikan sebagai: “kekuatan moral atau etika; integritas. “  Sedangkan dalam kamus Poerdawarminta, “karakter” diartikan sebagai: “Tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, ataupun budi pekerti.”[15]  Berdasarkan kepada definisi tentang karakter di atas, maka sesungguhnya karakter lebih kepada elemen-elemen di dalam pribadi seorang pemimpin, baik waktu mereka bersama orang lain maupun ketika mereka tidak bersama dengan orang lain.  Dengan kata lain karakter, terungkap melalui apa yang mereka lakukan ketika orang lain tidak melihat, karakter akan tampak dalam interaksi sosial mereka sebagai pemimpin, di mana mereka melakukan apa yang benar terhadap orang lain.
Karakteristik adalah sifat khas seseorang sesuai dengan perwatakan tertentu.[16]  Karakteristik merupakan bagian dari karakter yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi ciri khas orang tersebut, sehingga berbeda dari orang lain.  Sedangkan dalam pengertian sederhana karakteristik adalah sifat pribadi atau  individu yang tercermin pada sikap dan perbuatan seseorang yang membedakan orang tersebut dengan orang lain. 
Sedangkan Antonius Atasokhi dan kawan-kawannya mengemukakan mengartikan karakter: “Kharakteristik (khas, unik) menunjukan sifat individuatik tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam cara seseorang, mereka menyesuaikan diri terhadap lingkungan, artinya tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama atau tidak bisa disamakan karena setiap orang memiliki sifat yang unik tersendiri.[17] 

B.     Kepala Sekolah


Kepala sekolah merupakan pemimpin yang memimpin di sekolah, komitmen pemimpin merupakan persyaratan yang tidak dapat ditawar-tawar, karena maju dan mundurnya organisasi tergantung pada pemimpin.  Salah satu posisi kepala sekolah adalah memimpin para guru dan pegawai agar mereka antusias bekerja serta membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan.[18] 
Di samping itu juga pemimpin ialah pengambil keputusan dalam organisasi.  Membuat keputusan menuntut tindakan, keputusan yang diambil dapat berisiko bahkan ada konsekuensi-konsekuensi yang berat yang mungkin akan timbul bila pemimpin membuat keputusan yang salah.[19]  Mengambil keputusan yang akan diputuskan pemimpin dalam hal ini membutuhkan hikmat dan kebijaksanaan supaya keputusan yang diambil itu tepat.  Betapa pentingnya pemimpin di level apapun sebaiknya berani mengambil keputusan yang tepat, sekalipun beresiko, dipandang salah oleh banyak orang.
Kepala sekolah merupakan pemimpin  penentu arah bagi lembaga yang dipimpinnya, ke arah mana pemimpin membawa lembaga itu, tujuannya, dan pencapainnya.  Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan dan melibatkan orang-orang dari "get-go".  Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.[20] 
Sondang P.  Siagian menyatakan kepemimpinan pendidikan merupakan inti dari manajemen dalam pendidikan karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi organisasi.[21]  Organisasi tanpa ada penggerak tidak mungkin segala sesuatu dapat berjalan dengan baik, sama halnya dengan alat tanpa ada yang menggunakannya tidak ada fungsinya.  Alat-alat dalam organisasi adalah para staf dan karyawan, mereka bisa melakukan pekerjaan tersebut, namun tanpa  ada motivator pekerjaan yang akan dapat diselesaikan dalam waktu seminggu menjadi dua minggu. 

1.  Pemimpin Pendidikan

Kata “pemimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (Precede).  Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan.[22]
Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat berbuat sesuai dengan kemauan yang dikehendakinya.  Dengan kata lain pemimpin adalah orang yang sanggup membawa orang lain menuju kepada tujuan yang dikehendakinya.  Banyak teori tentang pemimpin dan kepemimpinan (leadership), namun teori tersebut pada intinya adalah sebagai seni mempengaruhi orang lain.[23]
Menurut Burhanuddin, kepemimpinan adalah: usaha yang dilakukan oleh seorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan individu-individu supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.[24]
Menurut Veitzal Rivai, kepemimpinan adalah: meliputi proses mempegaruhi dan menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.[25]
Menurut Gibson, (dalam Hadari Nawawi) kepemimpinan adalah: upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan.[26]
Menurut Ibrahim Bafadal, kepemimpinan adalah: Sebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak dan menggerakan serta menuntut orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[27]

Beberapa pengertian dari beberapa pakar di atas “pemimpin” dapat disimpulkan bahwa pemimpin ialah usaha untuk mempengaruhi, mendorong, seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi.  Pengaruh pemimpin sangat besar dalam organisasi atau sebuah institusi, usaha mempengaruhi orang lain berarti pemimpin ingin mencapai tujuan yang hendak dicapai berdasarkan visi dan misinya.
Kata “pemimpin” di antaranya diterjemahkan dari kata Ibrani rc' sar (Sin-Patah-Resh).  Mungkin kata ini membingungkan mengapa kata sar  yang huruf pertamanya menggunakan huruf Sin, sedangkan akar kata induknya menggunakan huruf Samekh (bukan Sin).  Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada awalnya, kata sar berasal dari turunan akar kata induk sr (Samekh-Resh).  Kata sar tidak ada pemisahan antara huruf Sin dan Samekh.  Baru dikemudian hari ada pemisahan tersebut.  Namun seluruh kata yang menggunakan huruf Sin berhubungan makna dengan kata-kata yang menggunakan huruf Samekh di tempat yang sama.  Jadi, kata sar (Sin-Patah-Resh) diturunkan dari akar kata induk sr (Samekh-Resh) dapat di pahami.  Dalam piktograf Ibrani kuno, huruf  Samekh adalah sebuah gambar duri atau onak yang mewakili ide memutar, sebagaimana binatang buas yang memutari pelindung berduri yang gagal memangsa domba-domba gembalaan.  Sedangkan huruf  Resh adalah gambar kepala.  Gabungan dua gambar ini berarti “memutar kepala”, yaitu memutar kepala ke arah yang lain.  Pemimpin berarti seorang yang mengatur putaran orang ke arahnya.  Pemutaran kepala anak atau murid ke arah tertentu, kata sar 
(pemimpin) ini memiliki akar kata induk yang sama dengan musar (didikan).[28]
Dengan demikian, kedua kata tersebut memiliki makna yang sangat dekat.  Seorang pemimpin memberikan didikan kepada orang lain.  pemimpin “memutar kepala” orang lain, supaya mengarahkan pandangannya kepada dirinya. Jadi kata “pemimpin” mengandung makna  seorang yang mengarahkan pandangan orang lain ke arahnya atau menyatukan pandangan orang lain ke arah pandangannya.

2.  Kualifikasi Kepala Sekolah Kristen

Kualifikasi ialah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan) pembatasan.[29]  Berdasarkan pengertian tersebut berarti kualifikasi adalah ukuran atau standar untuk seseorang yang ingin meduduki jabatan pemimpin, dalam pengertian lain persyaratan yang diberlakukan kepada seseorang apabila menghendaki jabatan sebagai pemimpin.  Organisasi dapat berjalan dengan baik, tumbuh dan berkembang tergantung pada kinerja pemimpin organisasi.  Pemimpin organisasi sebaiknya memenuhi kualifikasi tertentu, kualifikasi pemimpin menurut para ahli:
Ruslan Abdulgani:  Kelebihan dalam moral dan akhlak, kelebihan dalam jiwa dan semangat,  kelebihan dalam ketajaman dan intelek dan persepsi, kelebihan dalam ketekunan dan keuletan jasmani.
George R. Terry: Mental dan fisik yang kuat, stabilitas emosi (tidak mudah terbawa emosi), keterampilan hubungan antar manusia, menghormati pendapat orang lain, bersikap objektif (apa adanya), inisiatif, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mengajar dan memiliki keterampilan teknis.
Henry Fayol: Kesehatan, kecerdasan, setia, jujur, adil, berpendidikan, berpengalaman.
Ki Hajar Dewantara: Ing ngarso sung tulodho, artinya pemimpin berada di depan untuk memberi teladan, Ing madyo ambangun karso, artinya pemimpin berada ditengah untuk membangun dan menumbuhkan inovasi, dan Tutwuri handayani, artinya pemimpin berada di belakang untuk memberikan semangat sambil mengikuti perkembangannya.[30]

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualifikasi yang diperlukan untuk menjadi pemimpin organisasi yang baik adalah:  Mempunyai kelebihan dalam segala hal, mempunyai keterampilan teknis (berkomunikasi, dan mengajar), cerdas, punya inisiatif, setia, jujur, adil, dan berpengalaman, bersikap objektif, menghormati pendapat orang lain, dan tidak mudah terbawa emosi serta ing ngarso sung tulodho, ing madyo ambangun karso, dan tutwuri handayani.  Kemudian yang terpenting ialah sudah bertobat dan lahir baru.





C.     Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang dipimpinnya.  Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas dengan baik, kepala sekolah sebaiknya menguasai, memahami dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan berkenaan sesuai dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan. 
Dalam setiap administrator terkandung di dalamnya fungsi  membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah, bertindak sebagai pengarah, bertindak sebagai koordinator, dan melakukan pengawasan. 

1.  Membuat Perencanaan (Planning)


Perencanaan ialah penentuan dan pemilihan tujuan terlebih dahulu serta merumuskan tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang dianggap perlu untuk mencapainya.[31]  Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya.  Perencanaan ini dibuat sebelum melakukan suatu tindakan. 
Banghart dan Trull (1973) mengemukakan: “Educational planning is firs of all a rational procces”.  Pendapat ini menunjukan bahwa perencanaan adalah awal dari proses-proses rasional, mengandung sifat optimis didasarkan pada kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai masalah.
Gaffar 1987 mengartikan perencanaan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan.  Oleh karena itu perencanaan melalui proses penyusunan atau step by step untuk menentukan keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Sergiovanni (1987: 300) mengemukakan: “plans are guides, approximations, goal post, and compass setting not irrevocable commitments”.  Perencanaan adalah pemandu perkiraan atau tafsiran, pos-pos yang menjadi tujuan dan letak-letak komitmen yang tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali, berdasarkan hasil yang telah diputuskan bersama oleh kepala sekolah dan staf personel sekolah berdasarkan waktu yang ditentukan.

Perencanaan pendidikan dilaksanakan atas kesepakatan bersama-sama yang menyediakan bidang pendidikan, proses perencanaan secara kolaboratif atau kerja sama, artinya dengan mengikut sertakan personel sekolah dalam semua tahapan perencanaan.[32]

2.  Menyusun Organisasi Sekolah


Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia, dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.[33]
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan.  Gorton mengemukakan: “Organizing the school involves more than identifying position and defining relationship on an organizational chart, the most important factor that an administrator should consider in organizing a school are the people associated whit it”. 

Organisasi sekolah terbaginya sebuah tugas dalam berbagai unsur organisasi secara proporsional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub komponen-komponen organisasi. 

Pengorganisasian yang dimaksud mengatur mekanisme kerja organisme, sehingga dengan pengaturan tersebut dapat menjamin tujuan yang ditentukan.  Quigley, Joseph V mengemukakan ada lima kesuksesan organisasi yakni:
Pertama, Kualitas (Quality), organisasi memberikan kualitas pelayanan yang tinggi kepada pelanggan (customers) untuk menjamin kepuasan mereka;
Kedua, Pertumbuhan (growth), yaitu menjamin adanya pertumbuhan jangka panjang dan pertumbuhan pasar secara kompetitif;
Ketiga, orang-orang, yaitu menjamin bahwa pemerintah dan satuan pendidikan mempunyai orang-orang yang perlu untuk mengembankan misi;
Keempat, tingkah laku etis (ethical conduct) yaitu mengatur bisnis organisasi dalam tindakan yang konsisten yang mengacu kepada kualitas pendidikan sebagai standar pertumbuhan utama dari organisasi dan memaksimalisasi nilai-nilai pencapaian misi;
Kelima, keuangan, (Financial), yaitu kemampuan memelihara dan mengelola keuangan atau anggaran secara konsisten sabagai faktor utama pertumbuhan organisasi dan memaksimalkan nilai para pemakainya.[34] 

Jadi, pengorganisasian adalah tingkat kemampuan pemimpin sebagai pengambil kebijakan pada birokrasi pemerintah dan kepala sekolah sebagai pimpinan kegiatan pembelajaran.

3.  Bertindak Sebagai Pengarah


Pengarahan adalah upaya agar sumber daya manusia yang ada dalam manajemen melaksanakan rencana yang telah ditetapkan.[35]  Mengarahkan merupakan kegiatan membimbing karyawan dengan jalan memberi perintah (komando) memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar mereka dapat melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.  Tindakan mengarahkan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: Pertama, melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan.  Kedua, memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus baik secara lisan maupun tertulis, secara langsung maupun tidak langsung.[36] 

4.  Bertindak Sebagai Koordinator

Kepala sekolah adalah sebagai koordinator yang pemimpin untuk mengarahkan suatu pekerjaan.  Sedangkan pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukan dan menyelaraskan semua aktivitas dan usaha.[37]  Adanya koordinasi dan pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadi persaingan yang tidak sehat.  Koordinasi adalah kegiatan menghubungakan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi), dan kekosongan tindakan.  Kepala sekolah adalah koordinator, tindakan mengkoordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: Pertama, melaksanakan penjelasan singkat.  Kedua, mengadakan rapat kerja.  Ketiga, memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.  Keempat, memberikan timbal balik tentang hasil suatu kegiatan.[38] 



5.  Melakukan Pengawasan


Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan sebagai upaya mengendalian mutu dalam arti luas.  Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan baik.  Pengawasan ialah fungsi administratif yang mana setiap administrator memastikah bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut Oteng Sutisna (1983:203) mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Sedangkan Hadari Nawawi (1989:43) menegaskan bahwa pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.  Kemudian Johnson (1973:74) mengemukakan bahwa pengawasan ialah sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi.  Artinya pengawas sebagai performan petugas, proses dan output sesuai dengan rencana, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak lebih dari batas yang dapat ditoleransi (Pidarta, 1988:168).[39]

Pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk realisasi perilaku personal dalam organisasi pendidikan, apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian hasil dari pengawasan tersebut apakah perlu perbaikan.  Pengawasan memeriksa apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat atau tidak , intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.



6.  Pengendalian

Pengendalian adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.[40]  Artinya pekerjaan yang telah dilaksanakan sebaiknya dinilai dan dikoreksi apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak.  Jika pekerjaan tersebut setelah dikoreksi tidak sesuai, maka pekerjaan tersebut sebaiknya direvisi kembali.
                                                  
D.    Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah

Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar, sehingga guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik.  Dalam melaksanakan fungsi tersebut menurut Hendiyat Soetopo "kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar dengan baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan membimbing dalam pertumbuhan murid-murid.[41] 
Di samping itu kepala sekolah juga sebagai motor penggerak penentu arah kebijakkan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah bisa direalisasikan.[42]  Orang yang memegang jabatan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan.  Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan-kegiatan sekolah.  Pemimpin mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila. 
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala keadaan lingkungan sekolah dengan situasi dan kondisinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya, merupakan tanggung jawabnya pula.  Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.  Kepala sekolah mempunyai tugas penting di lembaga pendidikan, tugas kepala sekolah diantaranya adalah sebagai berikut:

1.  Supervisi

Supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberi pelayanan dan kerja sama yang lebih baik diantara sesama staf (guru-guru), karena itu lebih bersifat demokratis.[43]  Artinya seorang pemimpin dapat membangun relasi yang baik, bekerja sama sehingga staf atau bawahannya merasa dilibatkan dan dihargai oleh pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.[44]

2.  Pembinaan Kurikulum

Tugas lain kepala sekolah ialah pembinaan kurikulum sekolah.  Dapat dikatakan bahwa semua tugas kepala sekolah sebagai supervisor sebaiknya berlandaskan pada kurikulum sekolah, karena kurikulum merupakan pedoman segala kegiatan sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut M. Ngalin Purwanto mengatakan bahwa ada beberapa hal yang merupakan tugas kepala sekolah sebagai supervisi dalam rangka pembinaan kurikulum sekolah, antara lain:
Pertama, kepala sekolah hendaknya membimbing para guru agar dapat meneliti dan memilih bahan-bahan pelajaran mana yang baik dan sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam bermasyarakat.
Kedua, membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandai memilih metode-metode mengajar yang baik dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran dan kemampuan anak.
Ketiga, menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun secara periodik, khusus untuk membicarakan kurikulum metode mengajar dan sebagainya.
Keempat, mengadakan kunjungan kelas (class visit) yang teratur mengunjungi guru yang sedang mengajar, untuk meneliti bagaimana cara, metode mengajarnya, kemudian mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan.
Kelima, setiap permulaan tahun ajaran guru-guru diwajibkan menyusun suatu silabus pelajaran yang akan diajarkannya, dengan pedoman kepada rencana pelajaran kurikulum yang berlaku di sekolah.
Keenam, pada setiap akhir tahun masing-masing guru mengadakan, penilaian cara hasil kerjanya (sesuai dengan silabus) untuk selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam tahun ajaran berikutnya.
Ketujuh, setiap tahun ajaran mengadakan penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan kondisi sekolah pada umumnya dan usaha memperbaikinya, sebagai pedoman program sekolah untuk tahun ajaran berikutnya.  [45]

Melihat tugas dan tanggung jawab kepala sekolah diatas cukup banyak, disamping sebagai administrator yang bertanggung jawab terhadap kelancaran aktivitas sehari-hari.  Kepala sekolah sebaiknya pandai memanfaatkan kondisi, meneliti dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlakukan untuk kemajuan sekolah yang dipimpinya, sehingga tujuan pendidikan dapat berjalan dengan baik.  Artinya adalah kepala sekolah sebagai pemimpin mereka sebaiknya demokrasi dan mau mendengar saran-saran dari anak buah mereka (guru), menjadi pemimpin bukan berarti menganggap diri lebih pintar atau lebih baik dari bawahan. 
Menjadi pemimpin perlu mendengar orang lain, karena setiap saran pasti ada manfaatnya bagi organisasi tersebut. Sebagai supervisor, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan pada diri setiap guru oleh kepala sekolah adalah: kepribadian guru, meningkatkan profesi secara kontinu, proses pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, keragaman kemampuan guru, keragaman daerah dan kemampuan guru dalam bekerja sama dengan masyarakat.[46]

E.  Macam-Macam Karakteristik

Karakteristik merupakan bagian yang penting dalam setiap orang apa lagi seorang pemimpi, karakteristik juga membawa pengaruh dalam diri pemimpin.  Dalam bagian ini ada beberapa macam karakteristik yang akan di jelaskan.  Joko Wahyono menyatakan, seorang pemimpin minimal memiliki empat karakter diantaranya adalah: jujur, dapat dipercaya, cerdas dan mampu berkomunikasi.[47]
 Joko Wahyono menyatakan seorang pemimpin minimal memiliki empat karakter.  Sedangkan dilihat dari sisi lain ada beberapa karakteristik sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin.  Pada bagian ini penulis akan menambah beberapa karakteristik lainnya yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin.

1.  Jujur

Karakteristik jujur, merupakan sifat khas yang mutlak dimiliki oleh setiap pemimpin.  Setiap orang pasti tidak ingin dibohongi atau ditipu.  Sebagai bawahan pasti senang memiliki pemimpin yang jujur dan setiap orang ingin mendengar kejujuran bahkan setiap orang ingin mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.  Para pengikut akan menunggu apa yang ditunjukan pemimpin mereka, mereka akan mengamati perilaku, konsistensi antara kata dan perbuatan itulah cara mereka menilai seorang pemimpin.[48] 
Seorang pemimpin sebaiknya memiliki kejujuran baik terhadap orang lain maupun diri sendiri.  Jujur berarti tidak bercabang lidah, bertindak sportif, terbuka dan berani mengakui kesalahan serta tidak mencari “kambing hitam”.[49]  Artinya kesalahan mereka tidak dilemparkan kepada orang lain.  Hal ini tidak akan menurunkan wibawa seorang pemimpin, malah membuat orang lain makin respek atau menghargai pemimpin yang jujur terhadap kesalahan mereka.  Itulah sikap jujur yang sebaiknya dimiliki oleh setiap pemimpin, karaktersitik ini tidak boleh ditawar-tawar lagi.  Kejujuran sebaiknya dihargai sebagai prestasi diri sendiri bagi yang melakukannya.  Kejujuran tidak sulit untuk dilakukan jika seseorang hidup dalam kebenaran, karena kejujuran adalah bagian dari kebenaran.  Sikap ini memang dimulai dari pemimpin, bagi pemimpin Kristen mutlak sikap ini untuk dilakukan. 
2.  Dapat diPercaya

Pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang berintegritas artinya berusaha lebih keras untuk melakukan apa yang benar atau bersikap benar dalam tindakan mereka, walaupun mereka tidak dilihat oleh orang lain maupun disaat mereka sendirian.[50]  Perilaku benar seorang pemimpin penting dalam memimpin sebuah organisasi atau lembaga pendidikan yang mereka pimpin, orang yang dapat dipercaya adalah seorang yang memiliki integritas.  Secara definisi kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berasal dari akar kata “integer” yang mana artinya menyeluruh, lengkap atau segalanya.[51] 
Ini adalah bentuk ketaatan secara keagamaan terhadap kode moral, nilai dan kelakuan.  Kalau pemimpin memperagakan, maka integritas ini melebihi karakter seseorang, aksi yang dapat dipercaya (trustworthy action) dan komitmen yang bertanggung jawab (responsible commitment).  Jadi integritas itu adalah standard terhadap anti suap (incrorruptibility) menolak melakukan kesalahan terhadap kebenaran, bertanggung jawab atau janji (pledge) dan tidak mengingkarinya.[52]
Pernyataan pakar kepemimpinan Warren Bennis dalam buku yang berjudul : “Leaders: Strategies for Taking Charge” mengatakan Integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust).  Artinya seorang pemimpin yang memiliki integritas membangun kepercayaan dengan menunjukan kepada orang lain bahwa apabila mereka menghadapi tantangan moral, segala keputusan dan aksi mereka dapat diprediksi.  Pentingnya integritas pemimpin Kristen ini adalah hal yang mendasar sebaiknya dimiliki seorang pemimpin masa kini.[53]

3.  Lemah Lembut


Pemimpin yang sungguh-sungguh adalah pemimpin yang menggunakan jabatannya untuk melayani sesama, sebab mereka taat pada panggilan ilahi.[54]  Jadi pemimpin yang lemah-lembut adalah pemimpin yang mengasihi, mereka tidak otoriter, namum mereka lemah lembut dalam segala aspek, yakni dalam hal berbicara kepada orang lain, menasihati, dan tata cara hidup sehari-hari.  Pemimpin yang lemah lembut kadang dipandang sebagai kelemahan.  Orang lebih suka bersikap keras atau otoriter untuk menunjukan kuasa atau wibawa mereka. 
Padahal kelemah-lembutan lebih ampuh dari pada kekerasan, ketika Paulus berkunjung ke Tesalonika para lawan Paulus telah menghasut jemaat.[55]  Paulus dituduh gagal menjalankan misi, sehingga dianiaya di Filipi.  Menghadapi hasutan itu, Paulus tidak bersikap keras dengan menunjukan otoritas sebagai rasul, Paulus tidak menghabisi mereka atau membesarkan diri untuk merebut simpati.  Namun Paulus bersikap seperti seorang ibu yang sedang mengasuh anak.  Lemah-lembut berarti berusaha mendengar dan memahami kebutuhan orang lain, belajar merendahkan diri dan melayani.  Sikap itulah yang membuat Paulus disegani.

4.  Cerdas


Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang memberi solusi atas suatu masalah yang sedang dihadapi bawahan atau murid mereka.  Pemimpin cerdas juga disebut sebagai pemimpin yang kreatif, inovatif, dan produktif.[56]  
Cerdas merupakan sikap yang dimiliki seorang pemimpin, tanpa kecerdasan mustahil lembaga atau organisasi yang mereka pimpin akan berkembang.  Kecerdasan tidak diukur dari intelek saja, sebaiknya kecerdasan yang dimiliki seorang pemimpin Kristen ialah kecerdasan rohani, kecerdasan rohani berarti berpengalaman dengan Tuhan dan memiliki hubungan intim dengan Tuhan Yesus.  Tanpa memiliki hubungan spiritual yang baik dengan Tuhan, seorang pemimpin tidak bisa mencapai produktifitas dengan baik.  Kemampuan seorang pemimpin bisa mempengaruhi efektif dan efisiennya organisasi yang mereka pimpin. 
Chaplin (1989) mengemukakan bahwa kemampuan (Competence) adalah kelayakan untuk melaksanakan tugas, keadaan mental untuk memberikan kualifikasi seseorang untuk berwenang dan bertanggung jawab atas tindakan mereka atau perbuatan mereka.  Artinya competence adalah kemampuan melakukan tugas  atau pilihan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan, kemampuan menanamkan pengaruh, melaksanakan fungsi manajemen dengan memilih mana yang penting dan prioritas adalah krusial bagi kepemimpinan pendidikan. 
Pengelolaan sistem pendidikan nasional ditentukan oleh kemampuan, yaitu kemampuan memahami tujuan, menguasai teknologi pendidikan, melakukan pengorganisasian secara sistematis dan komitmen mereka terhadap perbaikan pengelolaan pendidikan dalam wewenang dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin.  Oleh sebab itu kedudukan pemimpin sebaiknya diisi oleh orang-orang yang beribawa, cakap, dan visioner.[57]
Dalam mengemban tugas penting seorang pemimpin dituntut untuk mampu menunjukan spiritualitas imannya.  Pemimpin sebaiknya mengetahui sebagaimana mereka memimpin berdasarkan iman Kristiani.  Karena kepala sekolah ialah seorang pemimpin, sebaiknya mereka memberikan dan mengajarkan apa yang dimilikinya.  Pemimpin Kristen hendaknya mencerminkan figur Tuhan Yesus yang mempunyai spiritualitas yang tinggi.  Hal ini terlihat dalam peran-Nya sebagai guru dan pemimpin yang patut dipercayai (perkataan-Nya pantas diperhatikan), dan ditiru (tingkah laku-Nya pantas diteladanani).  Spiritualitas adalah kualitas gaya hidup seseorang sebagai hasil dari ke dalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh.  Dalam makalahnya Pdt. Chris Hartono, mengemukakan tiga hal yang menjadi ukuran seseorang mempunyai spiritualitas atau tidak:
Pertama, orang tersebut sebaiknya berakar kuat di dalam Kristus, dalam artian menghayati spiritualitasnya seseorang sebaiknya menjadikan Kristus sebagai sumber kehidupannya; sebagai sumber keselamatannya, bukan yang lain.
Kedua, orang tersebut sebaiknya berada senantiasa dalam persekutuan dalam gerejanya dengan saudara seiman, artinya seseorang menjalin hubungan dengan sesama para pengikut Kristus.
Ketiga, orang tersebut sebaiknya senantiasa hidup dalam kegiatan yang bersifat redemptive, yaitu berusaha untuk memberi semangat, memulihkan, menolong, mengobati luka-luka batin dirinya dan orang lain di luar dirinya.[58] 

Inilah ukuran seseorang yang memiliki spiritual.  Jika seseorang mempunyai salah satu atau ketiga hal di atas, maka orang itu disebut manusia yang berspiritualitas.

5.  Peduli


Pemimpin yang peduli adalah pemimpin yang baik, mereka mengetahui peran mereka di tengah-tengah pengikut mereka.  Mereka peduli akan sekolah mereka itu artinya pemimpin yang menunjukan kepedulian mereka terhadap sekolah dan masa depan para anak didik mereka.  Mereka yang memiliki kepekaan peduli itulah yang mampu mengalahkan kepentingan diri sendiri, artinya bahwa kesulitan apapun yang sedang pemimpin hadapi, jika mereka mempunyai hati yang peka dan peduli, maka mereka akan tetap mempunyai solidaritas sosial dengan orang yang membutuhkan pertolongan dari sang pemimpin.  Debora adalah pemimpin yang peduli pada masalah-masalah sosial-politik.  Keberanian Debora untuk menghadapi resiko dan tantangan serta kesadaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap situasi yang tidak adil di sekitarnya.[59] 
Selama bangsa Israel dijajah oleh panglima Sisera tekanan atau himpitan yang amat menyakitkan bagi bangsa itu yang tidak mampu mereka hadapi lagi sehingga membuat mereka berseru kepada Tuhan Allah mereka.
Tuhan mendengarkan seruan mereka dan Tuhan membangkitkan seorang hakim perempuan yang bernama Debora untuk melepaskan mereka dari penindasan Sisera.  Kepedulian terhadap bangsa Israel yang membuat Debora meresponi panggilan TUHAN untuk menjadi hakim dan sekaligus pemimpin.
Namun dalam segala hal Debora tetap setia kepada TUHAN.  Sikap inilah yang membuat Debora pada posisi yang strategis dan terhormat dalam masyarakat.  Diharapkan kepada pemimpin Kristen masa kini, sikap seorang ibu sebaiknya dimiliki yaitu peduli terhadap anak-anak dan pengikutnya.  Peduli berarti memperhatikan atau menghiraukan orang lain yang menderita.[60] 





6.  Fasilitator

Fasilitator berasal dari kata to facilitate, yang berarti memberi kemudahan, membantu agar menjadi mudah, memfasilitasi sehingga setiap orang mudah untuk diselamatkan, mudah untuk mendapatkan berkat.[61]  Seorang fasilitator tidak mudah menyerah dalam situasi apapun dan seorang fasilitator adalah membuat hal-hal yang sulit menjadi mudah.  Artinya seorang fasilitator dapat melakukan sesuatu yang sulit menjadi mudah dan pantang menyerah.  Manusia memang terbatas melakukan pekerjaan yang tidak terbatas, namun seorang fasilitator tahu bahwa dari semuanya itu Allahlah sumber mujizat yang luar biasa menyertainya. 
Fasilitator bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi orang yang mempunyai Yesus Tuhan membuat segala sesuatu menjadi mudah merekalah fasilitator.  Alkitab mengajarkan bahwa para fasilitatorlah yang menjadi orang-orang yang mengubah sejarah.  Contohnya, Musa membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir selama 430 tahun dengan mujizat yang luar biasa.  Yusuf di Mesir membawa bangsa Mesir menjadi negeri yang memberi makan banyak bangsa.  Nehemia membangun tembok Yerusalem dalam waktu 52 hari.  Demikian pula apa yang dilakukan Tuhan Yesus, Dia memfasilitasi yang tidak bisa dilakukan oleh manusia yaitu menyelamatkan manusia dengan kematian-Nya di atas kayu salib.  Mereka memang menjadi orang besar dan terkemuka, namun bukan hal itu yang mereka kejar atau cari.  Sebenarnya hal itu tidak perlu dibingungkan karena Alkitab sudah mengajarkannya sesuai dengan firman Tuhan:
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;”  (Matius 20:26-27 TB).  Not so with you. Instead, whoever wants to become great among you must be your servant, and whoever wants to be first must be your slave (Matthew 20:26-27 NIV).

Firman Tuhan menjelaskan apa yang telah disediakan Tuhan bagi mereka yaitu mereka akan  memiliki dua hal yaitu besar (great) dan terkemuka atau (first).  Hal yang “besar” mengungkapkan bahwa umat Tuhan memiliki berkat dan kuasa Tuhan yang besar sehingga umat Tuhan mengalami mukjizat dan kuasa Allah.  Sedangkan hal yang “terkemuka” mengungkapkan mengenai posisi sebagai orang yang pertama melaluinya, sehingga rencana dan kehendak Allah dinyatakan.[62] 
Jadi sebagai umat Tuhan hendaklah memiliki kedua hal ini yaitu memiliki kuasa dan memiliki posisi sehingga mereka menjadi orang yang dipakai Allah untuk menggenapi rencana-Nya.  Ketrampilan untuk memfasilitasi penting bagi setiap orang yang hendak membimbing sekelompok orang melalui suatu proses pembelajaran atau suatu perubahan melalui suatu cara pembimbingan yang mendorong setiap anggota kelompok untuk terlibat dalam proses itu.  Setiap orang mempunyai sudut pandang yang unik serta pengetahuan yang berharga yang dapat mereka bagikan dengan orang lain.  
                                                                        





[14] Mary Setiawani, dan Stephen Tong., hlm. 37.

[15] Membangun Karakter Kepemimpinan yang Kokoh. Online: http://www.google.com/.  diakses 28 November 2011.

[16] Tim Penyusun, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 639.

[17] Markus Oci, Tesis, hlm. 46.

[18] Made Pidarta, Supevisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 17.
[19] Ted W. Engstrom dan Edward R. Dayton, dit., Yap Wei Fong., hlm. 127.

[20] Peran Pemimpin Visioner, Online: http//www. mathedu-unila.blogspot.com/. diakses 28 April 2012.

[21] H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008)., hlm. 43.

[22] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya/Wahjosumidjo, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 104.

[23] Online: http://utlubililma.wordpress.com/.  diakses 19 April 2012.

[24] Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 63.
[25] Veitzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2003), hlm. 2.

[26] Hadari Nawawi, Kepemimpinan dalam Mengaktifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2002), hlm. 21.

[27] Ibrahim Bafadol, Manajemen Mutu Sekolah Dasar dari sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 44.

[28] Hery Setyo Ady, Pemimpin Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno, Online: http//www.sabdaspace.org/. diakses 2 Mei 2012.

[29] Tim Penyusun, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 763.

[30] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), hlm. 101-102.

[31] Ibid., hlm. 9.
[32] H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 46.

[33] Ibid, hlm.9.
[34] Ibid., hlm. 49-52.

[35] Ibid., hlm. 9.

[36] Sobri dkk., hlm. 104.

[37] Ibid., hlm. 9.

[38] Ibid.
                                                                                                            
[39] Ibid.

[40] Ibid.

[41] Baharuddin, Online: http//www.Fungsi Kepala Sekolah.com//. diakses 19 April 2012.

[42] Sobri dkk.

[43] Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, ( t.p: Alfabeta, 2009), hlm. 36.

[44] Ibid., hlm. 228.

[45] Tugas Kepala Sekolah Menurut M. Ngalin Purwanto, Online: http:///www.google.co.id. diakses 19 April 2012.

[46] Ibid., hlm. 18.

[47] Wahyono, Joko, Sekolah Kaya Sekolah Miskin Guru Kaya Guru Miskin, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 82.

[48] Ibid., hlm. 83.

[49] Pemahaman Kepemimpinan Kristen. Online: http//www.google.com. diakses 28 November 2011.

[50] Joel Osteen, Your Best Life Now, (Jakarta: Immanuel, 2002)., hlm. 377).

[51] John M Echols, dan Hassan Shandily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996)., hlm. 326.
[52] Saumiman Saud,  “Integritas Orang Percaya”. Online: http://sabda.org/.  diakses 11 Desember 2011.
[53] Sendjaya, Kepemimpinan Kristen, (Yogyakarta: Kairos Books, 2004), hlm. 62.
                                       
[54] Robert Cowles,  Gembala Sidang, Bandung: Kalam Hidup, 1993., hlm. 7.

[55]Jhon Wesley Brill, Tafsiran Surat Tesalonika, (Bandung: Kalam Hidup, 1996), hlm. 27-29.

[56]Ibid., hlm. 84.

[57] Ibid.

[58] John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen: Sebagai Panggilan dan Profesi,  (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), hlm. 33-34.
[59] Retnowati, Perempuan-Perempuan dalam Alkitab: peran, partisipasi dan perjuangannya, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), hlm. 25.

[60] Tim Penyusunan., hlm. 841.

[61] Rachmat .T  Manulang,  Leadership Reformation: Kepemimpinan Sebuah Pilihan atau Panggilan, (Jakarta: Metanoia Publishing, 2007), hlm. 25
[62] Ibid., hlm. 26-27.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar